+ Add to Library
+ Add to Library
The following content is only suitable for user over 18 years old. Please make sure your age meets the requirement.

C1 Bagian 1

Vestele menyipitkan matanya ketika menyadari banyaknya orang yang pergi ke hutan. Sudah tugas Vestele sebagai peri untuk menjaga hutan. Vestele khawatir jika para manusia akan mengambil tanaman di hutan secara berlebihan.

Vestele segera turun dari rumah pohonnya dan menghampiri para manusia itu. Sayap Vestele yang berwarna putih menarik perhatian para manusia itu. Dengan cepat Vestele menghampiri mereka dan bertanya, “Apa yang kalian lakukan di sini? Pastikan untuk tidak mengambil terlalu banyak tanaman.”

“Kami sedang mencari beberapa tanaman untuk festival nanti. Kami hanya akan mengambil seperlunya saja. Lagi pula festival itu tidak berfokus pada tanaman.”

Vestele sudah tahu dengan festival yang sering diadakan di kerajaan ini. Sebelumnya dia tidak pernah tertarik dengan festival itu, namun entah mengapa kini ia ingin mengunjungi festival itu. “Kapan festival itu akan diadakan?”

“Satu minggu lagi. Anda bisa datang jika anda mau. Anda pasti tahu jika kerajaan ini sangat menghormati makhluk supernatural.”

Vestele mengangguk pelan. Ia kemudian kembali ke rumah pohonnya setelah selesai berbicara dengan mereka. Ia menatap barang-barang yang ada di rumahnya dan mendesah pelan. Sepertinya ia memang harus pergi ke festival itu.

Vestele terlahir kembali di dunia antah berantah ini. Ia terlahir sebagai peri yang merupakan makhluk supernatural. Makhluk supernatural memiliki kedudukan yang sama dengan bangsawan di dunia ini.

Sebagai peri, Vestele tidak membutuhkan makanan sama sekali. Ia mengambil energi yang dihasilkan oleh tanaman dan energinya akan keluar lalu diambil kembali oleh tanaman. Karena itulah peri benar-benar bergantung dengan tanaman.

Vestele sudah berumur empat puluh tahun, namun fisiknya tetap berada pada saat ia berusia dua puluh tahun. Peri adalah makhluk yang tidak bisa mati. Jika mereka sudah lelah dengan kehidupan mereka, maka mereka akan menyatukan energi mereka dengan alam. Dengan begitu mereka akan menghilang dari dunia ini.

Vestele belum memiliki rencana untuk mati. Di kehidupan sebelumnya ia hanya hidup hingga berusia tiga puluh lima tahun. Ada banyak sekali hal yang ia sesali di kehidupannya itu. Kini ia ingin menikmati hidupnya lebih lama lagi.

“Vestele, kenapa kau tidak pernah mengunjungi ayah dan ibumu ini? Kamilah yang selalu berkunjung ke rumahmu. Setidaknya jadilah anak yang berbakti,” ucap Arel.

Vestele mengernyit ketika melihat ayah dan ibunya yang tiba-tiba sudah berada di rumah pohonnya. “Oh ayolah. Aku bahkan tidak tahu di mana kalian berada. Setiap aku berkunjung ke rumah kalian, kalian tidak pernah ada di rumah.”

Elisen tertawa kecil mendengar hal itu. “Kau tahu jika para penyihir sudah menciptakan alat sihir untuk menghubungi orang lain. Aku sudah memberikanmu alat sihir itu. Namun sepertinya kau tidak pernah memakainya.”

“Bukankah kita semua berasal dari bumi? Aku yakin ponsel sudah ada sebelum kau mati. Aku rasa kita hanya berbeda dua puluh tahun. Apakah kau benar-benar membenci kehidupanmu yang dulu hingga kau malas memakai alat sihir itu?” tanya Arel.

Sudah hal yang umum jika para makhluk supernatural mengingat kehidupan mereka yang sebelumnya. Entah mengapa Vestele mendapatkan orang tua yang sama-sama berada dari bumi. Kesamaan dari keluarga kecil itu adalah kehidupan mereka dulu sangat menyedihkan.

Vestele menatap Elisen dan Arel yang terlihat seumuran dengannya walaupun mereka sudah hidup selama lima abad. “Kalian pasti tahu jika kehidupanku yang dulu benar-benar memiliki banyak tekanan.Aku malas mengingat semua yang berhubungan dengan kehidupan dulu,” desahnya.

Elisen memegang bahu Vestele. “Vestele, aku selalu mengatakan jika kau bisa menganggapku sebagai teman dari pada sebagai ibumu. Aku tahu jika tekanan itu terbawa hingga kau terlahir kembali. Namun lihatlah, kita semua mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki kehidupan kita.”

Vestele kemudian memeluk ibunya itu dengan erat. Walaupun empat puluh tahun sudah berlalu, Vestele tetap tidak bisa menghilangkan mimpi buruk itu. Arel dan Elisen sangat sabar dalam menghadapi ketakutan Vestele.

Arel tersenyum melihat istri dan anaknya itu. “Satu minggu lagi kerajaan akan mengadakan festival. Kau pasti sudah tahu bukan? Aku rasa festival itu akan bagus untuk menyembuhkan jiwamu. Mungkin saja kau bertemu dengan laki-laki tampan.”

“Sudah aku katakan jika aku tidak berniat mencari pasangan di kehidupan ini. Kalian tahu jika aku masih mencintai laki-laki itu,” jawab Vestele sambil memutar bola matanya.

“Kau benar-benar tidak bisa melupakannya? Serius? Aku tidak tahu apa yang dilakukan oleh laki-laki itu hingga kau masih mencintainya. Tapi kalian sudah bercerai bukan? Bercerai dengan alasan yang sangat konyol,” ejek Elisen.

Vestele mendengus mendengar itu. Elisen memang sangat suka meledeknya ketika mereka membahas masa lalu Vestele. Vestele tahu jika keputusannya itu terdengar konyol namun dia ingin laki-laki itu bahagia.

“Elisen, ingatlah jika Vestele adalah anakmu, bukan temanmu. Kau memperlakukannya seolah kau berteman baik dengan Vestele. Setidaknya kehidupan Vestele yang dulu masih lebih baik dari pada kehidupanmu,” balas Arel.

Di kehidupannya yang dulu, Elisen adalah seorang perempuan berumur empat puluh lima tahun. Dia tidak pernah menikah karena hubungannya yang terus gagal. Banyak yang mengejek Elisen karena dia tidak pernah menikah. Ia kemudian meninggal karena menolong temannya.

“Kau boleh mengatakan itu jika kau memiliki kehidupan yang lebih baik dariku, Arel. Lebih baik tidak menikah seumur hidup dari pada memergoki pasanganmu sedang berselingkuh saat kau sedang berjuang melawan penyakit,” jawab Elisen.

Di kehidupannya yang sebelumnya, Arel mengidap penyakit yang mematikan. Arel merasa sangat hancur karena hal itu. Namun dia semakin hancur ketika mengetahui bahwa istrinya berselingkuh dengan laki-laki lain selama bertahun-tahun. Bahkan anak yang selama ini ia sayangi ternyata bukanlah anak kandungnya. Arel meninggal karena istrinya tidak mau membayar biaya pengobatannya.

Vestele mendesah dan bangkit dari tempat duduknya. “Terkadang aku heran kenapa kalian bisa menikah jika yang kalian lakukan hanyalah mengejek satu sama lain. Aku yakin orang lain akan terkejut jika mengetahui bahwa kalian adalah pasangan suami istri.”

Arel terkekeh. “Setidaknya kau harus bersyukur karena jika tidak ada kami, maka kau tidak akan bisa lahir. Kita bisa hidup abadi dan memiliki kedudukan yang sama dengan bangsawan. Ini adalah kehidupan yang diimpikan semua orang.”

“Aku tidak memimpikan hidup yang seperti ini. Aku mati dan tiba-tiba saja terlahir dengan memiliki sayap di punggungku. Lalu aku dihantam kenyataan bahwa aku memiliki kehidupan yang abadi,” celetuk Elisen.

“Pada awalnya aku juga sangat terkejut. Namun aku lebih terkejut karena teman masa kecilku ternyata juga dari bumi. Aku kira aku adalah satu-satunya peri yang berasal dari bumi. Ternyata kau juga berasal dari bumi,” jawab Arel.

Vestele tahu jika Arel dan Elisen sudah saling mengenal satu sama lain sejak kecil karena mereka lahir di tahun yang sama. Sayang sekali tidak ada peri yang lahir di tahun yang sama dengan Vestele. Angka kelahiran peri memang sangat kecil.

“Aku dengar jika tetua peri mulai memaksa para peri yang masih lajang untuk segera menikah dan memiliki anak. Mereka khawatir karena populasi peri terus menurun karena peri lebih suka untuk hidup bebas,” ujar Elisen.

“Para tetua mengincar peri yang sudah berumur ratusan untuk segera menikah. Setidaknya Vestele masih aman selama enam puluh tahun ke depan. Kalau tidak salah populasi peri hanya berjumlah sekitar lima ribu, bukan?” tanya Arel.

Vestele menatap ayahnya dengan tidak percaya. Dunia ini sangatlah luas dan populasi peri hanya berjumlah lima ribu. Berarti hanya ada sekitar seratus peri di satu kerajaan. Itu adalah jumlah yang sangat sedikit.

Vestele meninggalkan kedua orang tuanya yang masih berbincang dan berbaring di ranjangnya. Ia memejamkan matanya dan membayangkan seorang laki-laki yang sangat ia cintai. Vestele masih bisa mengingat dengan jelas senyumannya.

“Kau pasti sudah memiliki kehidupan yang lebih baik, bukan? Kau pasti lebih bahagia tanpaku, Narendra,” ucap Vestele lirih.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height