LITTLE MOMMY/C13 Chapter 13
+ Add to Library
LITTLE MOMMY/C13 Chapter 13
+ Add to Library

C13 Chapter 13

"Bisa-bisanya, udah sebulan tapi tak berhasil juga." Jovan menghisap rokoknya karena kesal. Pemburuannya tak membuahkan hasil. Si perek kecil itu susah sekali ditemukan. Ayden yang bersama rombongan memilih diam, karena ia yang selalu menyelamatkan gadis itu dari rencana busuk Jovan dan kawan-kawan.

Apa Ayden tulus? Kita lihat saja nanti. Ayden memilih pura-pura menggigit roti. Selama ini Jovan dan kawan-kawan tak tahu, jika ia sengaja tak berkumpul atau pura-pura izin karena ingin terus bersama Delisha. Bersama gadis itu seperti menjadi candunya. Saat melihat tatapan polos, tapi menyimpan banyak luka di dalam. Ayden bisa melihatnya, bukan berarti ia cenayang atau seorang psikolog handal, Ayden hanya bisa melihat melalui mata itu, mata itu mengatakan segalanya.

Ayden merenggakan jari-jarinya, diam-diam ia merindukan gadis itu. Ayden senang saat melihat bagaimana Delisha melotot padanya, bagaimana ekspresi Delisha yang membuatnya selalu gemas. Masih kecil, tapi kecantikannya bikin geleng-geleng. Bukan mau lebay, terkadang Ayden merasa Delisha seperti bidadari, bukan manusia sungguhan.

Cowok itu menyesap minumannya dan tak fokus pada temannya yang mulai mengatur rencana, walau ia punya rencana sendiri.

"Lo punya ide nggak, jebak."

"Hm?" Ayden pura-pura tak tahu, karena tahu urusannya akan ribet, jika mencoba mengikuti ide gila Jovan. Temannya memang nekat, dan juga tidak akan menyerah.

"Cara lain?"

"Ngikut aja, bro. Kalian yang lebih banyak ide." Ayden menyugar rambutnya. Otaknya harus lebih cepat dari teman-temannya, jika tidak perkataan Jovan dan teman-temannya benar dilaksanakan. Ayden tahu, temannya ini nekat, dan ya bisa saja gadis manis itu jatuh di tangan orang yang salah. Lebih baik ia membuat ide gila yang terdengar konyol atau mungkin tak masuk akal.

"Kita buat taruhan. Siapa yang berhasil ambil perawannya, maka dia jadi pacarnya. Jadi, yang lain nggak boleh ganggu lagi." Sontak ke empat manusia yang duduk dalam meja bundar menatap tak percaya pada Ayden yang bisa punya ide segila itu. Otak Ayden lebih jahat dari mereka.

"Anjim, bisa-bisanya mikir kayak gitu." Ayden mengedihkan bahunya cuek. Lagian ini cara yang ampuh, agar Jovan tak lagi menganggu Delisha. Karena, Jovan nekat dan walau masih kecil tapi mulut Delisha sangat tajam. Gadis kecil itu tak takut pada apa pun.

"Berapa lama waktunya?" Varda, Rian, Ayden anggota gang Abstrak langsung menoleh tak percaya pada si ketua geng yang setuju ide konyol ini. Ini adalah ide yang sudah umum terjadi di dalam novel-novel, dan rasanya seperti mustahil untuk dilaksanakan Ayden tahu dirinya pasti berhasil.

"Seminggu." Ayden menaikan kakiknya di atas kursi, mengambil rokok dan menyulutnya. Sepertinya ini akan menarik, karena ke tiga temannya akan ikut dalam taruhan bodoh ini. Tak ada uang, karena harga perawan seorang wanita itu tak bisa dibeli, tapi dengan konyolnya Ayden memberi saran itu. Ia laki-laki yang bebas, dan juga nakal. Seks bebas adalah hal yang biasa, Delisha sudah dekat padanya, dan ciuman menjadi hal yang lumrah di antara keduanya, jadi memgambil keperawanan gadis polos dan bodoh itu tentu hal mudah.

"Apa itu nggak kecepatan?" tanya Rian membuka bungkus roti yang masih tersisa satu bungkus. Di antara gang Abstrak, hanya Varda yang sedikit baik dan polos. Tapi ia senang bergabung, karena gang Abstrak anaknya solid dan saling mendukung. Tapi sekarang, mereka harus berjuang sendirian. Varda akui, gadis yang mereka bicarakan dan sedang mereka incar memang memiliki kecantikan seperti Ratu Cleopatra konon katanya menjadi ratu tercantik di Mesir.

"Cukup, bro," jawab Jovan sambil menggaruk rambutnya, dan mematikan puntung rokok yang sudah habis. Laki-laki itu mengembuskan napas kasar, sepertinya pencarian mereka akan menarik kali ini. Gadis itu akan masuk dalam pelukannya, dan ia telah berjanji, takkan bermain dengan gadis manapun, saat ia mendapati Delisha. Semua bukan karena dendam semata-mata, tapi Jovan ternyata harus mengakui kebodohannya, jika ia terpikat dengan pesona Delisha. Cleopatra versi mereka.

Varda memandangi Jovan dan Ayden bergantian, ia tahu di antara dua laki-laki salah satu pasti berhasil. Jika bukan Jovan maka Ayden yang akan mendapatkan. Memangnya dia tidak ingin? Tentu saja mau, tapi ia tahu ia selalu kalah pesona. Jovan adalah tipe badboy yang disukai para wanita jaman sekarang, Ayden tipe laki-laki yang membuat perempuan jatuh cinta sendiri dengan karisma yang ia miliki, dan ia juga tampan. Delisha itu sangat cantik, demi apa otak kotor Varda membayangkan jika mereka punya anak. Jika bukan barbie maka, bidadari yang bisa disebut.

Varda mungkin cukup berpuas diri dengan mengangumi dari jauh, dan melihat bagaimana salah satu temannya bahagia.

"Misi dimulai!"

___________________________

Hal pertama yang Jovan lakukan tentu saja bertemu Meisha. Meisha sangat suka Jovan, jadi permintaan apapun, Jovan yakin Meisha akan menyanggupi.

"Nomor Lisha, dan kamu dapat satu ciuman," kata Jovan tanpa tedeng aling-aling bersandar di tembok belakang sekolah. Meisha meremas tangannya, setiap malam ia selalu mengkhayal Jovan menciumnya dan sekarang ia tak menyangka semuanya jadi kenyataan. Apa ini disebut mencium pangeran kodok? Tapi, Jovan bukan kodok. Jovan tampan, dan crush Meisha saat ia sudah memasuki sekolah ini. Saat desas-desus kakak kelas ganteng, dan Jovan dan Ayden adalah daftar teratas. Tapi, melihat Jovan yang lebih bad, Meisha merasa he's the one.

Meisha masih menunduk, tak berani menatap lawannya. Jika ia harus berpuas melihat Jovan dari kejauhan, sekarang cowok itu berdiri di hadapannya, dan ia bisa mencium dengan jelas wangi tubuh Jovan. Bau khas cowok aroma kayu yang kuat bercampur rokok, tapi Meisha suka.

"Gimana? Atau kasih DP dulu, nanti malam udah dikirim." Jantung Meisha rasanya mau copot. Belum sempat ia memproses semuanya, tubuhnya sudah ditarik dengan kasar, punggung Meisha menabrak tembok. Ouh, tulangnya bisa remuk.

Saat ini posisi keduanya, kelas 7 yang sudah tak dipakai lagi dan berada di gedung paling belakang sekolah, membuat yang lain tak bisa melihat posisi mereka dan apa yang mereka lakukan sekarang. Dan jikapun tertangkap, Jovan mana peduli, ia sudah terbiasa bermasalah dengan sekolah dan para guru.

Meisha mengepalkan tangannya, dan mengatupkan bibirnya, saat merasakan tubuh tinggi Jovan sudah menunduk, dan sekarang aroma nikotin lebih terasa di antara mereka. Meisha bisa mencium bau rokok, dari napas Jovan. Dan saat sebuah benda yang kenyal dan lembut menempel di bibirnya membuat Meisha tak percaya, jika ciuman pertamanya hilang oleh crush sendiri. Bukankah ini yang diinginkan oleh para gadis?

Perlahan, bibir tebal Jovan membimbing dan mulai menjilat, menyesap dan melumat bibir manis itu. Jovan sudah mencium ratusan gadis, tapi bibir amatir ini lebih menggairahkan, dan lebih menggoda. Jovan sudah membayangkan bagaimana bibir Delisha nanti. Baru membayangkan saja, milik Jovan sudah berdiri tegak, tak sabar miliknya ditancapkan dalam liang Delisha yang sempit.

Membayangkan wajah cantik Delisha dan tubuhnya yang menghiraukan, Jovan mencium Meisha semakin buas, membuat Meisha kewalahan bahkan hampir meninggal. Ia tak tahu, jika ciuman rasanya mengerikan begini. Padahal yang ia tonton dalam TV lembut, penuh cinta, penuh gairah. Tapi ini seperti terburu-buru dan seperti orang kesetanan.

Saat merasakan, gadis itu hampir pingsan karena kehabisan napas Jovan melepaskan ciumannya.

"Kutunggu malam ini." Tanpa melihat ekspresi lawan, Jovan berbalik. Gadis perek kecil kesayangannya, akan jatuh di tangannya. Dan Jovan berjanji, akan berhenti main-main. Sepertinya ingin makin seru dan menengangkan.

Game baru saja dimulai, dan kita akan melihat siapa pemenang sejatinya.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height