LITTLE MOMMY/C8 Chapter 8
+ Add to Library
LITTLE MOMMY/C8 Chapter 8
+ Add to Library

C8 Chapter 8

Aku jadi curiga, Meisha punya satu rencana padaku. Bahkan, saat istirahat ia datang ke kelasku dan membawa beberapa jajanan ringan walau tak kuhiraukan. Aku tak percaya pada siapa pun, dan tak ada orang yang benar-benar peduli kecuali diri kamu sendiri. Ini yang aku dapat setelah mengetahui kejamnya dunia.

Sekarang, sudah waktunya pulang sekolah, entah kenapa pantatku enggan untuk bangkit sebelum petugas datang dan mengunci semua pintu kelas, aku masih betah di sana. Aku malas pulang ke rumah cepat dan juga, malas melihat wajah Meisha yang jelek dan licik. Huh, kenapa tidak mati saja orang seperti itu? Kenapa harus anak manis dan cantik sepertiku yang harus menerima kenyataan pahit ini? Menghadapai betapa tidak adilnya dunia padaku.

Aku menelungkupkan kepalaku di meja, aku merasa mengantuk. Semalam aku tidak bisa tidur, oh iya setiap malam aku tak pernah merasa tidur dengan tenang, bahkan aku sering mengkonsumsi obat tidur. Aku tahu, obat tidur yang overdosis sangat berbahaya, tapi kadang aku risau dan ingin menangis, saat aku bahkan tak bisa menutup mataku. Karena saat, membuka mataku aku kembali dihadapkan kenyataan yang lebih pahit, membuatku belum siap dengan semua ini.

Aku menutup mataku, merasakan angin sepoi-sepoi yang berasal dari celah jendela yang sengaja kubuka. Setelah ini, aku akan menguncinya dan menutup pintu kelas.

Aku mendengar bunyi pintu kelas yang dibuka dengan paksa, membuat pintu kelas hampir lepas dari engselnya. Aku mengelus dadaku, hufh... Manusia rese ini ada di mana-mana, dia adalah induknya cenayang sepertinya selalu tahu di mana saja aku berada.

"Ayo, pulang," ajaknya tanpa dosa.

"Hah?" tanyaku seperti orang bego. Pulang? Oh iya, ia sepertinya mengira aku menunggunya. Yang benar saja, aku tak berminat untuk menunggu siapa pun. Aku juga tidak ingin berteman dengan orang lain, aku menikmati kesendirianku.

"Ck! ayo. Sebelum Pak Suris, nutup pintu." Laki-laki itu menarik tanganku, akhirnya aku menurut. Aku menarik tasku yang bewarna norak sangat mencolok. Besok-besok jika ganti tas, aku harus mengganti warna yang lebih kalem, karena warna cerah lebih banyak mengundang perhatian. Aku benci menjadi pusat perhatian.

Aku dan si cenayang keluar dari kelas, benar saja, Pak Suris baru menutup pintu di kelas IX.1. Entah kenapa, aku takut Pak Suris memikirkan yang tidak-tidak. Hufh ..., Aku tak ingin bermasalah.

Pak Suris hanya melihatku dan si cenayang keluar. Mungkin dia heran, anak laki-laki berseragam SMA yang masuk ke dalam kelasku, dan sekarang memegang tanganku erat. Jangan-jangan orang akan mengira aku pacaran dengan cowok ini? Oh tidak!

Aku menarik tanganku, tapi pegangannya di celah-celah jariku begitu erat, seperti tak ingin melepaskanku. Akhirnya aku membiarkan dirinya menggenggam tanganku sepanjang keluar dari sekolah, lagian sekolah sudah sepi, jadi aku bebas dari gosip besok. Sudah biasa dikatai murahan, aku seperti kebal dengan kata-kata itu.

"Aku bawa motor."

"Oh, iya."

Aku berusaha menarik tanganku saat merasakan tanganku sudah berkeringat. Aku bisa melihat sebuah motor berwarna putih terpampang gagah di sana, tapi aku tak ingin diantar sampai rumah, karena tak mau dilihat orang rumah. Aku terdengar seperti begitu percaya diri, si cenayang mau mengantarku. Siapa tahu, ia hanya mau pamer motornya padaku.

Si cenayang menyugar rambutnya dan memakai helm. Ia naik ke atas motornya, aku hanya berdiri memperhatikan dirinya.

"Ayo, naik." Ia menoleh padaku. Aku yang seperti kambing congek hanya menggeleng.

"Udah cepat." Akhirnya menarik napas panjang aku naik ke atas motornya. Karena posisi motor yang tinggi membuatku takut dan jatuh akhirnya dengan gaya norak aku memegang ujung seragamnya yang berwarna putih dan si cenayang mulai berjalan membelah jalanan. Tanpa sadar, aku menutup mataku dan tersenyum. Apa aku bahagia?

Tanpa sadar, aku semakin melingkarkan kedua tanganku ke pinggangnya, dan menyandarkan kepalaku di belakangnya. Hanya satu kata sekarang; nyaman.

Aku menutup mataku dan membiarkan laki-laki itu membawaku kemana, yang kutahu aku nyaman bersamanya.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height