+ Add to Library
+ Add to Library

C6 6

Ponsel Athalia berdering, itu panggilan dari nomor tidak dikenal. Kening Athalia berkerut, siapa orang yang menghubunginya tengah malam.

"Halo." Athalia memilih untuk menjawab panggilan itu. Mungkin saja itu sesuatu yang penting.

"Ah, Baskara. Lebih dalam... Ya, ya, seperti itu."

Tubuh Athalia menegang. Ia jelas mengenal siapa pemilik suara itu. Shylla, apakah wanita tidak tahu malu itu menghubunginya hanya untuk memberitahu bahwa sekarang ia sedang bercinta dengan Baskara?

Setelah itu Athalia mendengar suara erangan Baskara yang jelas ia hafal. Ia bercinta dengan pria itu selama tujuh tahun, tidak mungkin ia tidak mengenali suara itu.

Athalia merasa sangat jijik dengan Shylla dan Baskara sekarang. Tidak menunggu lebih lama, ia memutuskan panggilan itu.

Sepertinya Shylla dengan sengaja ingin menyakitinya, sayangnya Athalia harus mengecewakan Shylla karena ia tidak tersakiti sama sekali. Ia bahkan dengan sukarela menyerahkan Baskara pada Shylla. Wanita itu tampaknya sangat menyukai barang bekasnya, jadi ia akan membiarkan wanita itu menikmatinya selamanya.

Namun, tidak dipungkiri bahwa Athalia merasa marah. Ia marah pada dirinya sendiri karena telah begitu percaya pada bajingan seperti Baskara.

Ia menghabiskan waktunya dengan melakukan hal bodoh. Dahulu ia selalu percaya jika Baskara tidak pulang ke rumah karena lembur bekerja atau melakukan pekerjaan ke luar negeri.

Siapa yang tahu bahwa sebenarnya itu hanya alasan Baskara agar bisa berhubungan dengan wanita simpanannya.

Athalia tersenyum hambar. Ia mengasihani dirinya sendiri yang bahkan tidak bisa mencium kebohongan pria yang tidur di sebelahnya.

Berhenti menyalahkan dirinya sendiri, Athalia menghubungi Lalunna. "Di mana kau sekarang?"

"Kediamanku."

"Temani aku minum."

"Baik."

"Club malam terbaik di kota."

"Aku akan segera ke sana."

Athalia memutuskan panggilan itu. Ia turun dari ranjang, mengganti gaun tidur sutranya dengan sebuah dress selutut yang bergaya sopan.

Athalia mendengus sekali lagi, hidupnya tampaknya memang sangat membosankan dan selalu berjalan di garis yang lurus.

Lihat saja, ia bahkan tidak memiliki gaun malam yang terbuka. Ia selalu membeli pakaian yang sopan. Alasannya adalah karena Baskara. Ia tidak ingin Baskara dikritik dengan penampilannya yang tidak baik.

Athalia tidak ingin lagi menjalani hidup yang seperti itu. Ia harus pergi untuk bersenang-senang mulai dari sekarang. Hidupnya telah ia habiskan untuk mengabdi pada seseorang yang salah.

Besok ia harus mengatur ulang isi lemarinya. Membeli lebih banyak gaun terbuka untuk menyenangkan dirinya sendiri.

Athalia mengambil sepasang sepatu hak sembilan senti meter lalu mengenakannya. Kaki panjangnya terlihat sangat mempesona.

Setelahnya ia menyapu wajahnya dengan riasan tipis. Lalu mengenakan anting dan kalung untuk melengkapi penampilannya malam ini.

Athalia merasa puas dengan pantulan dirinya di cermin.

Meraih kunci mobilnya, Athalia keluar dari kediaman mewahnya dan Baskara.

Jalanan malam ini cukup sepi, hanya dalam waktu sepuluh menit mobil yang Athalia kendarai sampai di parkiran club malam yang terletak di jantung kota.

Athalia keluar dari mobilnya. Ia melangkah menuju ke pintu club malam yang dijaga oleh dua pria bertubuh kekar.

Suara musik dengan volume keras menyapa Athalia ketika ia masuk ke dalam club. Seperti biasanya, ada ribuan manusia di dalam sana. Athalia bergerak ke arah bartender. Ia mengambil tempat duduk yang kosong lalu memesan minuman.

Ia tidak khawatir jika kejadian terakhir terulang lagi ketika ia mabuk, karena kali ini ia mengajak Lalunna untuk bergabung dengannya.

Lalunna memiliki toleransi cukup baik dengan alkohol, jadi wanita itu bisa menyelamatkannya ketika ia sudah mulai kehilangan kesadaran dirinya.

"Athalia." Suara itu disertai dengan tepukan di pundak Athalia.

Athalia melihat ke samping, ia menemukan Lalunna di sebelahnya. Sahabatnya itu mengenakan dress ketat tanpa lengan berwarna merah. Lalunna terlihat seksi dan menggoda.

"Apa yang terjadi?" tanya Lalunna. Ia memberi isyarat pada bartender untuk memberikannya satu cangkir minuman. Lalunna sudah menjadi anggota VIP club malam itu, jadi bartender sudah sangat hafal pesanan Lalunna.

"Sebelum aku berangkat ke sini, aku menerima panggilan dari nomor tidak dikenal, dan ternyata itu adalah simpanan Baskara. Tahu apa yang aku dengar?" Athalia menjeda kalimatnya. Lalunna terlihat penasaran. "Suara percintaan antara Baskara dan simpanannya."

Lalunna berdecih sinis. "Aku pikir wanita itu sengaja menghubungimu agar kau tahu bahwa Baskara bersamanya."

"Tepat sekali."

"Aku masih tidak menyangka pria seperti Baskara bisa melakukan hal seburuk itu. Kau tahu sendiri Baskara merupakan gambaran suami sempurna idaman banyak wanita. Ckck, bisa-bisanya dia bermain api di belakangmu." Lalunna selalu merasa jengkel jika membahas Baskara.

Ia benar-benar membenci siapa saja yang membuat sahabatnya sedih.

"Semua orang bisa berubah, Lalunna. Kita hanya perlu menjadi pintar untuk mengenali perubahan mereka." Athalia menyesap minumannya.

Lalunna mengkhawatirkan Athalia, ia memperhatikan wajah sahabatnya dengan seksama. "Kau baik-baik saja, bukan? Jika kau membutuhkan bantuanku untuk mengirim simpanan Baskara ke neraka aku pasti akan membantumu."

Athalia tertawa geli. "Aku sangat berterima kasih atas kesetia kawananmu. Hanya saja aku tidak ingin melakukan hal bodoh terhadap simpanan Baskara. Wanita itu tidak terlalu penting untuk mendapatkan perhatian dariku."

"Tapi dia merebut suamimu."

"Jika Baskara tidak ingin maka perselingkuhan mereka tidak akan terjadi. Semua salah Baskara."

"Baiklah, lupakan saja tentang pasangan sampah itu. Mari kita mabuk malam ini. Jangan pulang sebelum mabuk, okay?" Lalunna mengangkat gelasnya.

"Okay!" Athalia juga mengangkat gelasnya, mengadu gelas itu dengan milik Lalunna.

"Mau turun ke lantai dansa?" tanya Lalunna.

"Ya, ayo." Athalia meninggalkan tempat duduknya, ia melangkah bersama dengan Lalunna ke lantai dansa.

Beberapa pria yang melihat Athalia dan Lalunna tidak tahan untuk tidak mendekati mereka. Dua wanita cantik tanpa pasangan, bukankah terlalu sia-sia jika dibiarkan.

"Nona, butuh teman?" Seorang pria bertanya pada Lalunna dengan suara keras yang diredam oleh musik yang berputar.

"Tidak, terima kasih." Lalunna menolak dengan halus. Ia memang memiliki kehidupan yang bebas, tapi ia tidak membiarkan sembarang pria menjadi temannya. Lalunna juga mewakili Athalia, malam ini Athalia tidak ingin berkencan dengan pria mana pun.

Masih cukup sulit baginya melakukan itu secara sadar.

Dari lantai atas, seseorang tengah memperhatikan Athalia yang berjoget di tengan keramaian. Meski ada banyak orang di sana, orang itu masih bisa mengenali Athalia.

Ada perasaan marah di dalam pria itu mendapati Athalia di club yang diisi oleh banyak penjahat kelamin. Tempat seperti ini terlalu berbahaya untuk Athalia.

Pria itu sesekali mendengarkan ucapan pria di sampingnya, tapi ia tidak mengalihkan pandangannya dari Athalia.

Malam semakin larut. Athalia masih berada di club dengan kesadarannya yang sudah mulai hilang. Namun, Athalia masih enggan untuk meninggalkan club. Ia terus minum ditemani oleh Lalunna.

"Athalia, kau sudah sangat mabuk. Ayo aku antar kau pulang." Lalunna meraih tubuh Athalia. Seperti yang Athalia perkirakan, Lalunna menyelamatkannya dari berakhir dengan pria tidak dikenal.

Lalunna sedikit mabuk, tapi ia masih cukup sadar untuk mengantar Athalia kembali ke kediamannya. Mungkin ia tidak akan menyetir, ia akan memanggil taksi agar tidak membahayakan keselamatan orang lain.

Keluar dari club malam, Lalunna menahan berat badan Athalia. Sesekali Athalia hampir terlepas dari pegangannya.

"Lalunna." Suara berat itu membuat Lalunna melihat ke samping.

"Kanaka." Lalunna sedikit terkejut menemukan seseorang yang ia kenali di club ini.

"Berikan Athalia padaku."

"Apa?" Lalunna merasa ia salah dengar. Mungkin efek dari minuman yang ia konsumsi tadi.

"Berikan Athalia padaku."

"Kau mengenal Athalia?"

"Ya." Kanaka kemudian mengambil alih Athalia dari Lalunna.

Lalunna tercengang sejenak. Ia jelas tahu bahwa Kanaka enggan bersentuhan dengan wanita. Namun, saat ini bukan hanya bersentuhan, Kanaka merangkul Athalia.

Seumur hidupnya, ia tidak pernah melihat Kanaka melakukan hal seperti ini pada seorang wanita. Ia mungkin tidak begitu dekat dengan Kanaka meski ia dan Kanaka masih memiliki hubungan kekeluargaan. Namun, ia cukup tahu apa yang sangat dibenci oleh Kanaka.

"Kau tidak akan berbuat buruk pada Athalia, kan?"

"Lalunna, apa kau pikir aku akan menjualnya? Aku punya banyak uang," seru Kanaka.

"Kanaka, Athalia wanita baik-baik."

"Aku tahu," seru Baskara. "Aku menyukai Athalia."

"Kalau begitu kau bisa membawanya." Lalunna menyerahkan Athalia sepenuhnya pada Kanaka. Ia merasa bahwa Kanaka akan lebih bisa menjaga Athalia daripada dirinya.

"Kalau begitu kami pergi." Kanaka menggendong Athalia setelah anggukan Lalunna.

Lalunna masih merasa apa yang terjadi barusan tidak nyata. Keluarga Rajendra telah mencarikan Kanaka wanita cantik dari berbagai belahan dunia dengan latar belakang yang baik, tapi siapa yng menyangka jika Kanaka ternyata tertarik pada Athalia.

Lalunna tidak berpikir bahwa Athalia tidak sebanding dengan wanita-wanita yang dicarikan oleh keluarga Rajendra, tapi ini hanya sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

"Sangat bagus, Athalia. Kau mendapatkan tangkapan yang besar." Lalunna merasa sangat senang untuk sahabatnya. Setelah dikhianati oleh Baskara, Athalia mendapatkan Kanaka.

Siapa di dunia ini yang bisa menyinggung Kanaka? Baskara bahkan bukan apa-apa.

Lalunna merasa sangat senang sekarang, Athalia akan menjadi bagian dari keluarganya.

tbc

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height