Mendadak Super Kaya/C5 Dia Si Pecundang!
+ Add to Library
Mendadak Super Kaya/C5 Dia Si Pecundang!
+ Add to Library

C5 Dia Si Pecundang!

"Kalian masuklah dulu. Aku mau ke kamar mandi." Edric melihat noda di pakaiannya, jadi dia memutuskan pergi ke kamar mandi.

Setelah melihat Elena dan dua gadis lainnya terlihat begitu cantik, Hansel dan Ted pun merasa gelisah. Hansel menjadi malu dan langkahnya sedikit melambat. Ted memperbaiki letak kacamatanya untuk menyembunyikan kegelisahan di hatinya.

"Elena, Kimber, Audie, apa yang kalian bicarakan? Mengapa tertawa begitu bahagia?" Winnie menghampiri mereka dengan senyum di wajahnya.

Elena dan yang lainnya menoleh, melihat teman sekamar Gary yang dibawa oleh Winnie. Ketika melihat Hansel dan Ted, senyum mereka langsung membeku. Sebelumnya, mereka masih dalam suasana hati seperti musim semi yang hangat, tetapi sekarang tiba-tiba saja terasa dingin.

Hansel tidak menarik, Ted biasa-biasa saja, sangat jauh dari yang mereka bayangkan.

Setelah melihatnya sekali, Elena dan yang lainnya tidak lagi memperhatikan mereka, dan tampak sedikit kecewa.

Melihat ekspresi sahabatnya, sedikit kecanggungan melintas di wajah Winnie. Dia sudah menduga kalau hasilnya akan demikian. Winnie menoleh dan memelototi Gary, sementara Gary hanya bisa tersenyum kecut.

"Duduklah." Gary cepat-cepat memerintah, "Ted, duduklah di samping Kimber dan kau Hansel, duduklah di sebelah Audie."

Baru saja Gary selesai membagi tempat duduk, Kimber langsung berdiri dan duduk di samping Audie. Jelas, dia tidak suka duduk bersama Ted dan yang lainnya.

Ted dan Hansel merasa sangat canggung, sementara Kimber dan Audie sedang mengobrol sambil memainkan ponsel mereka, keduanya sama sekali tidak merasa ada yang salah dengan yang mereka lakukan.

Meja tersebut totalnya memiliki empat bangku kayu, satu bangku bisa diduduki dua orang. Kimber dan Audie, Ted dan Hansel, Gary dan Winnie, sementara Elena duduk sendiri.

Winnie dan Gary sama-sama bingung. Elena adalah yang tercantik dan paling pemilih diantara teman sekamarnya. Jika Edric datang, bagaimana reaksi Elena nantinya.

Meskipun Edric cukup tampan, tetapi pakaian yang dia kenakan benar-benar lusuh!

Gary dan Winnie menyuruh mereka untuk segera memesan. Kimber dan Audie memusatkan perhatian mereka pada menu, benar-benar mengabaikan Hansel dan Ted yang berada di depan mereka.

"Mengapa baru datang dua orang saja? Apa hanya ada tiga orang di asramamu?" Elena bertanya pada Gary sambil membelai rambutnya.

"Oh, dia sedang ke kamar mandi, seharusnya segera kembali." jawab Gary cepat. Tepat setelah berkata demikian, dia melihat Edric berjalan ke arahnya. Gary pun berdiri dan melambaikan tangannya, "Edric, di sini. Cepat kemari."

Ketika Elena, Kimber, dan Audie mendengar ada satu orang lagi yang datang, mereka semua melihat ke arah Edric. Kimber dan Audie hanya meliriknya saja, sebelum akhirnya kehilangan minat, dan kembali mengalihkan perhatian mereka pada menu makanan.

Sementara Elena membuka matanya lebar-lebar, bahkan sudut matanya berkedut dan ketidakpuasan melintas di matanya.

Edric juga mengenali Elena. Melihat tatapan Elena, Edric berjalan mendekat dengan sedikit bingung, mengapa Elena sepertinya sangat membencinya.

Saat Edric mendekat dan duduk di sebelahnya, Elena menatap tajam padanya dan sedikit mendengus, lalu tersenyum sinis.

"Elena, ada apa?" Winnie penasaran karena sepertinya Elena mengenal Edric.

"Tidak apa-apa." Elena menatap Winnie sambil tersenyum dingin, lalu dia melirik Edric, dan mengalihkan pandangannya pada Kimber dan Audie, "Coba kalian katakan, kebetulan atau tidak, orang yang kutemui di Citibank ..."

"Adalah dia!"

"Lihat yang dia kenakan, benar-benar mirip."

Kimber dan Audie sama-sama melebarkan mata mereka dan menatap Edric.

"Apanya yang sangat mirip, kalian sedang membicarakan apa?" Winnie masih bingung sampai sekarang.

Melihat Elena malas untuk menjelaskan, Kimber pun berkata sambil mengerutkan kening, "Pagi tadi, Elena bersama Ayahnya pergi ke Citibank untuk melakukan beberapa urusan, dan orang ini menabrak kepalanya. Lihatlah, ada benjolan kecil di dahi Elena!"

Audie merasa apa yang dikatakan Kimber terlalu ribet, dia pun melanjutkan obrolan dan melirik ke arah Edric, "Kamu lihat bagaimana dia berpakaian, 'kan? Tempat macam apa Citibank, kamu juga mengetahuinya; perlu 2 miliar untuk membuka kartu. Dia masuk begitu saja tanpa kartu, dan terlihat begitu bodoh ketika ditanya oleh manajer lobi, mungkin akhirnya dia kabur karena malu, 'kan?"

Ketika Audie mengatakannya, Winnie, Gary dan yang lainnya menatap ke arah Edric, membayangkan betapa malunya dia saat di Citibank.

Winnie, di sisi lain, merasa cukup khawatir. Dilihat dari ekspresinya, Elena memiliki kesan yang begitu buruk terhadap Edric. Menurut karakternya yang lugas, dapatkan Elena bertahan di acara ini.

Sementara Winnie masih ragu-ragu, Elena memberikan jawabannya melalui tindakannya. Dia tetap tersenyum dingin saat menatap Gary dan Winnie, "Winnie, selamat untukmu yang sudah mendapatkan pacar setampan Gary. Aku masih ada sedikit urusan, dan tidak bisa makan bersama kalian. Selamat tinggal."

Setelah berkata demikian, Elena bangkit, berbalik dan berjalan keluar.

Bisa dikatakan kalau acara makan ini diusulkan oleh Elena. Menurutnya, Gary terlihat lumayan, apalagi dia dari jurusan Pendidikan Jasmani, diperkirakan teman sekamar Gary pasti juga terlihat lumayan.

Di dalam hatinya, Elena ingin mencari pasangan yang cocok, dan malas untuk memilih-milih lagi. Meskipun tidak cocok, tetapi bukan hal yang buruk untuk mengenal dua pria tampan lainnya.

Di luar dugaan, teman sekamar Gary, yaitu Hansel terlihat tidak menarik, Ted juga biasa saja. Dia berpikir masih bisa mentolerir keduanya.

Namun saat melihat Edric, Elena tidak bisa menahannya lagi. Di matanya, Edric adalah pecundang miskin yang belum pernah melihat dunia dan hanya bisa memalukan orang.

Tiba-tiba dia merasa kalau Tuhan sepertinya sengaja bercanda dengannya, bukankah dirinya menginginkan pria yang tinggi, kaya dan tampan? Tetapi mengapa Tuhan malah memberinya orang seperti Edric yang membuatnya jijik.

Api kemarahan di hati Elena langsung berkobar.

Dia berjalan keluar dengan marah. Karena berjalan terlalu cepat, dia pun menabrak bahu seorang pria.

Pria tersebut berpakaian hitam. Rambutnya dibuat tampak dominan dengan menambahkan minyak rambut. Kulitnya cukup putih, tangannya menggenggam iPhone X dan mengenakan jam tangan Tissot.

"Gadis cantik, kamu tidak kesakitan, 'kan?" ketika ditabrak, wajah pria tersebut menjadi gelap. Namun, setelah mengetahui kalau yang menabraknya adalah Elena si gadis cantik, ekspresinya pun berubah drastis, dan malah balik bertanya pada Elena, apakah dia kesakitan atau tidak.

"Apa kamu ingin aku membantumu memijatnya?" Pria tersebut tersenyum jahat, dan mengulurkan tangannya ke bahu Elena.

Namun, sebelum bisa menyentuh bahunya, Elena sangat marah sehingga tidak memikirkan apa pun, dan tanpa sadar menampar wajah pria tersebut, lalu menatap dan memakinya, "Apa kamu tidak melihat jalan, dasar gila!"

Satu tamparan tadi langsung membuat pria tersebut tercengang, sebelum bisa bereaksi, Elena berjalan keluar dari restoran dengan cepat.

Tadinya Gary dan yang lainnya bersiap-siap untuk membantu Elena, tetapi tamparan tersebut mengejutkan mereka hingga berkeringat dingin.

Setelah Elena pergi, Kimber dan Audie juga ingin mengikutinya, tetapi setelah Winnie membujuknya, mereka tidak jadi pergi.

Selesai makan, Winnie menemani Gary untuk membayar tagihan. Beberapa dari mereka berjalan keluar restoran. Kimber dan Audie menyapa Gary, tetapi mengabaikan Edric dan yang lainnya.

Winnie sangat kecewa pada Edric dan yang lainnya. Bagaimanapun, dia sekarang pacar Gary, sehingga tidak enak untuk membiarkan hubungan tersebut menjadi rumit. Setelah berpamitan pada Edric dan yang lainnya, Winnie pun kembali ke asrama bersama sahabatnya.

Setelah kembali ke asrama, Gary berganti pakaian olahraga dan pergi ke lapangan untuk ikut serta dalam pelatihan jurusan Pendidikan Jasmani.

Hansel sedang berbaring di tempat tidur, bertelanjang dada, dan bermain dengan ponselnya. Sedangkan Ted memainkan Mobile Legends.

Edric memasukkan kartunya ke dalam Vivo x27. Jika Easter tidak menginginkannya, lebih baik dia yang menggunakanya. Setelah mencobanya, ternyata ponsel tersebut masih berfungsi dengan baik.

Pada saat bersamaan, Hansel yang berada di ranjang seberang, dengan bersemangat berteriak pada dua kawannya, "Edric, Ted, Callie Brooke sedang siaran langsung, cepat tonton!"

Callie adalah orang yang diam-diam disukai oleh Hansel. Siaran langsungnya dimulai pada dua hari yang lalu. Siaran tersebut juga pernah diunggah di grup kelas, dan hampir semua orang di kelas memiliki akun siaran langsungnya.

Edric sedang santai, jadi dia ikut menonton setelah mendaftarkan akunnya.

Callie sudah memulai siaran langsung sejak 20 menit yang lalu. Sampai sekarang, sudah lebih dari 30 orang yang sedang menontonnya, dan kebanyakan dari mereka adalah teman sekelasnya. Tidak ada kelas sore ini, bukankah hal yang menyenangkan untuk menyaksikan siaran langsung dari gadis cantik yang sekelas dengan mereka.

Callie memegang bantal merah muda dan mengenakan headset merah saat berinteraksi di depan kamera.

"Hai Gaeesssss, aku belum pernah menerima hadiah sejak memulai siaran langsung sampai sekarang. Jika kalian punya hadiah, berikan padaku." Callie membelai rambutnya, memajukan bibirnya yang tipis, lembut, dan berwarna merah muda tersebut di depan kamera sebelum memberikan ciuman. Bahkan bibirnya tersebut hampir saja menempel pada layar.

Callie biasanya sangat populer di kelas, dan ada banyak orang yang naksir padanya. Sekarang, saat dia meminta hadiah, hati para pemuda tersebut menjadi tergerak untuk mengirimkan hadiah. Singkatnya, kado seperti [Kalung], [Bikini] dan yang lainnya hanya seharga 10 ribu rupiah saja, jadi para mahasiswa tersebut masih mampu memberikannya.

"Bintang Kejora mengirim [Kalung] x1."

"Dua Anak Anjing mengirim [Bikini] x1."

Pot Kecil yang Menawan Itu Aku mengirim [Bikini] x1."

"Terimakasih, Bintang Kejora."

"Terimakasih, Pot Kecil yang Menawan Itu Aku. Aku mencintaimu!" di layar, Callie menunjukkan lambang hati. Baru saja selesai berbicara, terdengar suara teriakan di koridor, "Callie sangat imut! Hatiku hampir meleleh!"

Hansel melihat layar dan Callie menunjukkan keimutannya pada orang yang memberinya hadiah. Hatinya merasa gatal. Hansel pun memilih hadiah dengan gemetar dan menekan tombol kirim.

Sebuah pesan muncul di layar.

"Ikan Terbang mengirim [Kalung] x1."

"Ikan Terbang: Callie, aku Hansel. Aku melihat siaran langsungmu secara khusus."

Callie tersenyum manis dan menghadap ke arah kamera, "Terima kasih, Hansel. Aku tahu."

"Callie bicara padaku." Hansel melayang dan bergumam dengan linglung, seolah-olah dia sudah mengonsumsi ganja.

Pada saat bersamaan, komentar orang lain muncul di kotak obrolan. Pesan yang dikirim lebih panjang dan sangat menarik.

"Hari demi Hari: Hansel yang menyebalkan bahkan memberikan hadiah kepada Callie! Ajaib! Aku bingung, hari ini matahari tidak terbit dari barat, 'kan?"

Ekspresi Hansel langsung berubah. Hampir semua teman sekelasnya menyaksikan siaran langsung tersebut. Jika dia berkata begitu, bagaimana dirinya bisa bergaul di kelas untuk ke depannya?

Hansel segera mengirim pesan dengan marah, "Apa salahnya aku mengirim hadiah? Apa kamu sudah memakan [Gambar Kotoran]? Mengapa bicaramu sangat bau?"

"Hari demi Hari: Dasar idiot! Kamu yang miskin masih punya uang untuk mengirimkan hadiah, apakah sudah bersiap-siap untuk menjual ginjalmu? Beraninya menantangku, nyalimu tidak kecil ya?"

Wajah Callie menjadi muram karena ada yang bertengkar dalam acara siaran langsungnya, dan efeknya begitu buruk, "Jangan bertengkar lagi, kalau tidak, aku akan memblokir akun kalian!"

Hansel dengan cepat berkata, "Maaf Callie. Dia duluan yang mencari masalah denganku."

"Hari demi Hari: Hehe, memangnya kenapa jika mencari masalah denganmu, kamu tidak senang?"

Callie sedikit mengernyit, dan bersiap untuk memblokir akun 'Hari demi Hari'. Ketika hendak melakukannya, sebuah notifikasi sistem muncul di layar siaran langsungnya.

"Hari demi Hari mengirimkan [Pistol Uang Kertas] x1."

Gerakan Callie langsung terhenti. [Pistol Uang Kertas] setara dengan 600 ribu rupiah, merupakan hadiah termahal yang telah dia terima sejauh ini.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height