Mendadak Super Kaya/C9 Wanita Cantik yang Murah Hati
+ Add to Library
Mendadak Super Kaya/C9 Wanita Cantik yang Murah Hati
+ Add to Library

C9 Wanita Cantik yang Murah Hati

Setelah berjalan masuk melalui pintu kecil dari jaring hijau di lapangan olahraga bagian barat, Edric melihat 5 atau 6 gadis muda dan cantik yang sedang berlari menghampirinya.

"Edric, akhirnya kamu datang. Kenapa sangat lambat hari ini?"

Gadis paling tinggi di antara semua gadis itulah yang bicara, dia adalah Christina yang baru saja menghubungi Edric.

Christina memberi uang sebanyak 20 ribu rupiah kepada Edric, "Belikan 6 botol minuman untuk kami."

"Kapten, kenapa kamu tidak mengatakannya tadi? Aku bisa membelinya terlebih dahulu di sepanjang jalan." kata Edric setelah menerima uang 20 ribu rupiah.

"Heh, ada apa denganmu hari ini? Hanya menambah beberapa langkah lagi, apa yang salah? Sudah tidak tahan lagi?" mata Christina melotot marah dan setiap kata yang diucapkannya bagaikan bola meriam yang ditembakkan ke arah Edric.

"Tidak. Baiklah, aku akan membelinya sekarang." Edric akhirnya memilih untuk membelinya daripada berdebat dengannya.

Setelah membeli air, Edric mengembalikan uang kembalian sebesar 8 ribu rupiah kepada Christina. Anggota tim yang lain segera mengambil satu botol dan meminumnya.

"Edric, kipasi aku!" Christina kembali memerintah Edric. Edric tidak melakukan apa pun, jadi Christina merasa dia harus dimanfaatkan sepenuhnya.

Mereka duduk di tribun lapangan basket, sedangkan lapangannya sendiri digunakan oleh tim basket kampus untuk berlatih.

Setelah beristirahat selama setengah jam, Christina bertepuk tangan sebagai tanda bahwa mereka harus kembali berlatih.

Edric duduk sendirian di tribun sambil melihat Christina dan yang lainnya berlatih. Kursi di sekitarnya semua dipenuhi tas-tas milik anggota pemandu sorak, serta beberapa materi pelatihan.

"Hei, kenapa kamu tidak bermain bersama mereka?"

Seorang gadis berjalan dari samping, tersenyum kepada Edric dan duduk di sebelahnya.

Edric tercengang sesaat. Gadis tersebut memiliki rambut yang indah, wajah oval, kulit seputih salju, mata yang bagian hitam dan putihnya terpisah jelas serta memiliki bentuk alis yang tampak bersahaja.

"Halo ..."

Tepat ketika Edric hendak mengatakan sesuatu, seorang pemuda jangkung yang mengenakan seragam basket berjalan mendekat dan berkata, "Gadis cantik, mengapa kamu peduli padanya? Dia hanyalah asisten khusus tim pemandu sorak yang melakukan semua pekerjaan kotor dan melelahkan. Jika tidak, bagaimana mungkin Christina membiarkan Si Miskin ini bergabung dengan anggota tim!"

"Oh ..." gadis tersebut menatap Edric dengan lembut.

“Sebelum kamu datang, dia mengipasi gadis-gadis pemandu sorak, begini.” pemuda tersebut membuat pose mengipasi yang sangat tidak senonoh.

Kemudian, pemuda jangkung tersebut mengulurkan tangannya kepada si gadis, "Halo, namaku Axton Ellard, pemain utama tim bola basket kampus. Keluargaku memiliki perusahaan kecil, dan pendapatan setiap tahunnya lebih dari 4 miliar rupiah."

Semakin memandangnya, semakin Axton menyukai gadis tersebut. Dengan kualifikasinya yang luar biasa, tidak masalah baginya untuk memenangkan hati para gadis!

Gadis tersebut melirik tangan Axton yang terulur, tetapi tidak mengatakan apa-apa, seolah-olah dia tidak melihatnya, dan hanya memandang Axton dengan senyum tipis, "Halo, namaku Alice Jolicia, temannya Christina."

Axton menarik kembali tangannya ke belakang dengan sedikit canggung dan berkata, "Alice, hmm, nama yang sangat bagus. Christina sedang berlatih dan aku tidak bisa mengobrol denganmu di sini. Ayo, aku akan menemanimu berkeliling lapangan sambil mengobrol."

"Terima kasih, tidak perlu." Alice tersenyum tipis.

Axton sudah ditolak 2 kali dan mulai frustrasi, tetapi di hadapan seorang gadis cantik, dia tidak mau menyerah. Ketika masih ingin memperjuangkannya, seseorang memanggilnya ke lapangan basket, dan Axton pun hanya bisa berlari kembali dengan kesal.

"Siapa namamu?" Alice menoleh dan menatap Edric sambil tersenyum lembut.

"Edric," jawab Edric. Semua perhatiannya sudah tertarik pada sikap Alice. Tidak tampak kesan menghina, ataupun belas kasihan dan simpati ketika Alice menatapnya.

Edric merasa sangat nyaman. Saat menatap mata Alice, tanpa sadar sudut mulutnya melengkung ke atas.

Di sisi lain, Christina memimpin tim pemandu sorak untuk menari dua kali lagi, lalu dia berjalan mendekat sambil mengipasi dirinya sendiri.

"Alice, kenapa kamu masih mengobrol dengannya?"

Christina melihat Alice dengan sedikit terkejut. Dia meraih bahu Edric dan 'menggesernya' agar bisa duduk di samping Alice. Christina lalu berkata pada Alice dengan sungguh-sungguh, "Aku membiarkannya ikut bergabung karena hanya ingin ada seseorang yang membantuku membawa pengeras suara dan memindahkan pakaian. Dari gaya berpakaiannya, kamu juga bisa melihat kalau dia orang miskin, tidak perlu peduli padanya!"

"Aku tidak peduli mengenai hal tersebut, aku rasa karakternya cukup baik." kata Alice sambil tersenyum.

“Apanya yang baik?!” Christina sama sekali tidak setuju dengan sudut pandang Alice. Dia lalu menatap tajam ke arah Edric dan berkata, “Aku tahu, karena melihat kecantikan Alice, maka kamu pun menggodanya. Apa kamu masih tidak tahu identitasmu sendiri? Aku memperingatkanmu, lain kali jangan pernah mencoba memikirkan Alice!"

"Aku ..." Edric masih ingin menjelaskan, tetapi ketika berbicara, dia malah tidak tahu harus berkata apa.

"Aku apa? Benar-benar ..." mata Christina menjadi lebih tajam. Melihat Edric berhenti berbicara, Alice yang ada di samping menatapnya tak berdaya.

Ponsel Christina tiba-tiba berdering. Dia pun mengeluarkan ponselnya yang berada dalam sarung pelindung berwarna merah muda tersebut. Ketika melihat nomor yang muncul di layar ponselnya, Christina tanpa sadar sedikit mengernyit. Dia lalu berdiri dan berjalan menjauh untuk menjawab teleponnya.

"Halo, Kakak Sepupu ... Jangan terlalu stres, lagipula usiamu sudah tidak muda dan keluargamu semua mengkhawatirkanmu ... Oke, oke. Jika senggang, kamu bisa pergi ke taman hiburan atau berjalan-jalan di taman. Jangan memikirkannya sepanjang waktu, hubungi saja aku jika butuh sesuatu ..."

Setelah berbicara, Christina menutup teleponnya dan duduk di samping Alice dengan wajah sedikit murung.

“Ada apa?”

Alice meletakkan tangannya di atas lutut Christina.

“Kakak Sepupuku, usianya sudah tua dan belum memiliki pasangan, keluarganya mendesaknya untuk segera menikah.” Christina melirik Alice dengan alis terkulai.

"Kakak Sepupumu adalah wanita yang sangat cantik, tidak perlu mengkhawatirkan masalah pernikahan!" kata Alice sambil tersenyum.

Christina sedikit memelototi Alice, dan agak mengatupkan bibirnya, "Aduh Alice, kenapa kamu masih tidak mengerti? Bukankah tidak masuk akal jika sepupuku tidak khawatir tentang pernikahan? Kuncinya adalah melihat siapa yang ingin kamu nikahi. Kamu juga telah melihat foto sepupuku, menurut persyaratannya, dia harus menemukan bos yang memiliki harta sebesar miliaran rupiah, 'kan?"

Ketika berbicara mengenai masalah tersebut, mata Christina mengamati Edric yang ada di depannya dengan ekspresi jijik, "Tidak mungkin menikahi pecundang miskin seperti dia, 'kan?"

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height