Memories In The Future/C3 Kamu cuti 7 hari.
+ Add to Library
Memories In The Future/C3 Kamu cuti 7 hari.
+ Add to Library

C3 Kamu cuti 7 hari.

Kennan mencium kening Milly. Dia menatap Milly yang sedang memeluknya erat. Kennan tersenyum.

Mereka berdiri di balkon apartement Kennan. Memandang indahnya lampu kota di malam hari. Waktu menjelang pagi. Kantuk belum juga menyapa dua insan yang masih mengobati rindu itu.

"Kau tidak mengantuk??" Milly menengadahkan wajahnya, menatap Kennan.

Kennan menunduk. "Tidak. Ada kamu, aku tidak mau menyia-nyiakan waktuku dengan memejamkan mata."

Milly tersenyum. "Gombal."

Kennan mencium tengkuk dan leher Milly. "Liburan. Kamu mau?"

"Hmmm??" Milly masih belum mengerti maksud dari pertanyaan Kennan.

Kennan menghentikan aktifitasnya. "Liburan berdua. Kau mau??"

"Ke mana??"

"Ke mana saja, asal bersamamu." Kennan tersenyum bahagia, dia mengeratkan pelukannya.

"Aku harus meminta ijin dulu pada, Gary."

"Aku sudah menghubungi Gary. Aku bilang kau cuti selama 7 hari. Dan aku meminta seseorang menggantikanmu sementara di Restaurant."

Milly mengerutkan alis. "Gary mengizinkan??"

"Hmm..." Kennan tersenyum, dia mengangguk. "Aku ingin menghabiskan satu minggu ini denganmu." Kennan mengangkat tubuh Milly, hingga gadis itu melingkarkan kakinya di pinggang Kennan. Tangan Kennan di pinggul Milly, menopang tubuh itu.

Kennan mendaratkan ciuman hangatnya pada bibir Milly. Milly memejamkan mata, membalas lumatan hangat bibir Kennan. Tangannya melingkar di pundak Kennan, sesaat meremas rambut belakang Kennan.

Ciuman terlepas. " Yuk tidur. Besok kita harus berangkat." Kennan menatap Milly.

Milly tersenyum manja, lalu mengangguk pelan.

Kennan berjalan menuju kamarnya, dengan tubuh Milly dalam gendongan dan pelukannya.

"Aku mencintaimu," bisik Milly pelan.

Kennan tersiupu. "Aku juga mencintaimu."

Mereka terlelap, saling berpelukan. Menelusuri mimpi indah bersama, saling mencintai. Setidaknya untuk 7 hari ke depan.

***

"Kita ke mana??"

"Ke tempat yang dingin-dingin. Biar bisa meluk kamu." Kennan mengerling manja.

"Kenapa nggak ke pantai??"

Kennan menggeleng pasti. "Bosen. Ogah ke pantai."

"Terus?" Milly sedikit menekuk wajahnya, tempat yang menjadi favitritnya adalah pantai.

"Ke Puncak. Resort keluargaku, ya? Jangan cemberut." Kennan mencium bibir Milly sesaat sebelum kembali fokus kejalanan, memecah lalu lintas siang ini.

Petang mereka tiba di lokasi, langsung menuju resort yang dimaksudkan oleh Kennan. Tempatnya indah dan cantik.

"Yuk, sayang." Kennan sudah berdiri di samping, membukakan pintu untuk Milly. Kennan mengulurkan tangannya.

Milly menyambut uluran tangan itu. Kennan menggenggamnya erat, mereka berjalan memasuki sebuah rumah. Unik, dan cantik. Semua terbuat dari kayu, dengan segala macam ukuran di atasnya.

Kennan dan Milly sudah ada di dalam rumah itu, lalu langsung menuju kamar tidur mereka yang ada di lantai 2.

Milly terpana. Kamar mereka menghadap langsung pada Sunset. Milly tersenyum tipis. Kennan melepas genggaman tangannya. Lalu memeluk Milly dari belakang.

Bibir Kennan menyusuri tengkuk dan leher Milly. Kedua tangannya membelai perut Milly dengan lembut.

Bibirnya yang sedang menikmati dan menyecap tengkuk Milly, berpindah menuju pundak yang masih di halangi oleh selembar kain.

Tangan Kennan menjulur melepas 3 kancing atas baju Milly. Kennan menyibak baju Milly hingga menampakkan pundak mulus Milly. "Aku mencintaimu." Suara parau Kennan di sela-sela kecupannya.

Milly hanya tersenyum, dan menutup mata. Dia menikmati setiap sentuhan Kennan. Entah yang berasal dari bibir atau tangan nakalnya.

Milly meleguh lirih. Dia menghembuskan napas tertahan.

"Kau mau kan??" Kennan berbisik lembut di telinga Milly lalu menjilat dan menyecap daun telinga Milly.

"Aku lapar. Bisa kita makan dulu?"

"Jika kau yang meminta, apapun akan aku lakukan." Kennan masih tetap menciumi telinga lalu tengkuk Milly.

"Kennan, aku lapar." Milly mengulangi pernyataannya, karena Kennan yang masih belum merubah posisi.

Seketika Kennan menghentikan aktifitasnya dan tersenyum. "Maaf, tolong maklum. Aroma mu membuatku lupa diri. Tunggu sebentar ya, aku harus ke kamar mandi dulu."

Milly mengangguk. Kennan melepas pelukannya. Lalu dia berjalan menuju kamar mandi.

Milly kembali menikmati Sunset di depan matanya. Milly tersenyum tipis. Dengan tatapan mata berkaca-kaca. Sekalipun hanya 7 hari. Aku harap ini kebahagian yang sejujur-jujurnya darimu.

Tidak lama. Kennan keluar dengan rambut setangah basah. Milly memandangnya. Kennan sedang di depan kaca, membenarkan tatanan rambut.

"Yuk.." Kennan menghampiri Milly. Milly tersenyum, lalu melingkarkan tangannya di lengan Kennan.

Mereka berdua keluar dan berjalan menuju kedai makan yang tidak jauh dari resort.

"Duduk di mana?" Kennan menatap Milly.

Milly menunjuk tempat kosong di teras kedai.

"Oke.."

Mereka duduk di tempat itu. Kennan mengangkat tangannya. "Ko, dua ya."

"Siap, Bos."

Setelah menunggu, hidangan yang terlihat lezat tersaji di depan mereka.

Kennan dan Milly duduk berdampingan. Alasannya sederhana. Kennan dan Milly tidak suka berhadapan, jika akan mencium pipi atau kening akan jauh.

Menikmati hidangan dalam tatapan, senyuman, dan cinta. Dalam beberapa detik terdiam, menghabiskan sisa-sisa makanan. Pikiran tentang 7 hari yang akan mereka jalani, kembali menelisip ke dalam kepala Milly. Sedetik kemudian Milly menggelengkan kepala, membuang semua perasaan dan prasangka yang entah terjadi atau tidak.

“Kenapa? Kennan menatap Milly dengan rasa penasaran, karena tiba-tiba terdiam, dengan wajah sendu. Dan tiba-tiba menggelengkan kepala.

"Kenyang.." Milly tersenyum ceria, menutupi segala keresahannya.

Kennan membelai rambut Milly dengan lembut. "Sekarang waktunya aku yang memakanmu." Kennan berbisik lirih.

Milly tersenyum. "Jangan di makan, cukup di rasakan saja. Kalau kau makan, maka setelah itu sudah selesai. Kau tidak akan bisa menikmatinya lagi."

Kennan tersenyum. "Benar juga, kalau begitu ayo pulang. Aku harus meluangkan banyak waktu merasakan mu." Kennan tersenyum dengan tatapan mata nakalnya. Begitu juga Milly.

Setelah Kennan selesai dengan urusan tagihannya. Kini mereka berjalan menuju resort yang sejuk, sebentar lagi akan berubah menjadi resort yang hangat.

"Kennan.." Milly berucap lirih, tanpa menatap orang yang baru saja di panggilnya.

"Hmm.." Kennan melirik Milly.

"Setelah 7 hari apa yang terjadi pada kita." Milly masih pada kegelisahannya.

Senyum tipis yang tadinya ada di bibir Kennan, kini menghilang seketika. "Jangan pikirkan itu. Aku,..." Kennan terdiam, dia menatap mata Milly dengan dalam.

"Aku tidak meminta apa-apa darimu. Tapi, bolehkan aku meminta satu hal saja?" Milly menghentikan langkahnya, dia menatap kennan.

Kennan mengangguk.

"Jangan pernah lupakan aku seumur hidupmu. Dengan siapapun nanti kau akan menghabiskan sisa usiamu. Aku juga akan begitu, aku tidak akan pernah melupakanmu seumur hidupku, entah bagaimanapun dan kemanapun nanti nasib akan membawaku."

Kennan berdiri di depan Milly. Menangkupkan kedua tangannya di tengkuk Milly. "Aku janji." Kennan menengadahkan wajah Milly, lalu mendaratkan ciuman di bibir gadisnya itu. Kennan melumatnya dengan hangat dan lembut. Milly dan Kennan menutup mata. Tangan Milly melingkar di pinggang Kennan.

Alunan suara jangkrik dan angin menghiasi kehangatan mereka di kegelapan malam. Suara kecapan dan lumatan mereka terdengar lirih. Rasa hangat mulai menjalari tubuh mereka. Milly mempererat pelukannya.

Tangan Kennan sudah berpindah ke pinggung Milli, dan meremasnya dengan lembut. Kennan dan Milly menghentikan ciuman. Saling menatap dengan napas yang terengah-engah.

"Yuk pulang. Aku tidak tahan." Kennan mengerlingkan matanya menggoda.

Milly tersenyum, dia mengecup bibir Kennan sesaat.

Kennan melepas pelukan mereka, dia menggandeng Milly. Mengajaknya berlari menuju resort yang letaknya tinggal benerapa langkah lagi.

Milly dan Kennan menghiasi pacu jantung mereka dengan suara tawa kebahagiaan. Saling menautkan tangan, dan menyalurkan getaran kehangatan.

Kennan langsung menbawa Milly memasuki kamar mereka.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height