+ Add to Library
+ Add to Library

C1 Bermalam

"Baby, kamu hot." Daniel mendekap tubuhku erat. Napasnya masih memburu. Lantas, ia mendaratkan bibirnya pada punggungku yang masih terbuka. Menumbuhkan desir halus di dalam dadaku. Baru saja kami menyelesaikan ritual berbagi ranjang, bermandikan peluh bersama, seperti biasanya di setiap pertemuan.

"Aku akan terus memuaskanmu di atas ranjang, Sayang. Membuatmu kecanduan, dan terus mencariku dikala kamu butuh kepuasan." Aku kian membenamkan wajah pada dada bidang milik Daniel. Merapatkan diri menghidu aroma tubuh miliknya. Pastinya sebagai trik pengikat, agar pria tampan ini tak bisa berpaling hati.

Berbagi selimut yang sama dengan tubuh tanpa sehelai benang pun. Aku dan Daniel melepaskan kerinduan karena akhir-akhir ini, ia terlalu sibuk dengan istrinya yang tengah mengandung, dan pekerjaannya sebagai pemimpin perusahaan besar menyita banyak waktu. Walau begitu, ia tetap rutin menafkahiku tanpa berkurang satu rupiah pun.

Hampir enam bulan, aku menjadi orang ketiga di keluarga kecil Daniel. Bertemu di bar saat ia kesepian karena istrinya tak bisa melayani. Kehamilan pertama dan sering mengeluh sakit, membuatnya harus berpuasa dalam waktu yang lama. Pastinya ia tak akan tahan untuk meredam gejolak itu. Butuh wanita lain sebagai pelarian untuk memenuhi nafsu biologisnya.

Baguslah, dengan begitu ada celah untukku masuk dengan mudah. Membalas dendam pada mereka, Daniel dan istrinya, orang yang telah membuatku dianggap mati oleh seluruh dunia. Walau pada kenyataannya, Tuhan masih memperpanjang jatah usiaku.

Kecelakaan rekayasa yang Daniel buat atas dorongan Clara, membuatku kehilangan bayi yang selama ini dinanti. Harta peninggalan orang tua pun, diambil alih oleh Daniel, suamiku. Asuransi kematian sudah terbit. Dalam kemiskinan, aku berusaha mengubah jati diri dan bertahan hidup untuk membalas rasa sakit hati, atas bantuan sahabatku, Dokter Rama.

Aku sengaja menjadi pelakor hanya ingin membuat mereka berdua merasakan sakitnya dikhianati, dan banyak daftar karma lain yang harus mereka nikmati. Langsung dari tanganku. Sejatinya, Daniel masih suamiku yang sah. Namun, bendera kematian yang sudah dikibarkan. Tak bisa dengan mudah kembali ke dalam posisiku semula.

Dering ponsel terdengar nyaring. Daniel yang tengah menyesap bibir ini dengan ganas pun terhenti. Aku pura-pura sewot, dan menyibak selimut untuk pergi ke kamar mandi.

"Baby, jangan marah, dong! Lihat, aku matikan ponselnya." Daniel berseru lantang. Namun, tak membuat langkah ini terhenti. Sengaja masuk ke dalam kamar mandi dan membiarkan pintunya terbuka. Agar pria sialan itu menyusul.

Tubuh mematung di depan cermin. Raut wajah cantik ini hasil operasi karena dulu hancur terkena serpihan kaca. Keberuntungan masih berpihakku. Selamat dari kecelakaan mengerikan, dan dengan mata kepala sendiri menyaksikan mobil hangus terbakar.

"Siapa yang menelepon?" tanyaku. Saat Daniel mendekap tubuh ini dari belakang. Ia masih tanpa busana sepertiku. Menonjolkan otot besar dengan 'senjata' miliknya, tampak mencuat. Menantang.

"Dia Clara. Paling hanya sekedar tanya, 'kamu di mana?' makanya aku matiin. Lebih baik bersenang-senang denganmu, Sayang. Menuntaskan hasrat kita yang masih belum terselesaikan." Daniel menyibak rambut agar bisa menelusuri tengkukku dengan bibirnya.

"Sudah. Bukannya tadi kita sudah dua ronde." Aku berbalik badan. Merengut manja agar Daniel terus menyembah.

"Kurang. Seratus kali jika itu denganmu, rasanya kurang. Aku ingin terus mendekapmu, menyesapmu, menelusuri setiap inci tubuhmu, sampai waktu jatah hidupku habis. Aku hanya ingin menikmatimu, Sayang."

Daniel mulai meracau demi sebuah kepuasan. Aku pun mengulas senyum manis. Walau ingin rasanya memuntahkan isi perut saking muaknya. Kalimat yang sama tentu ia sajikan pada Clara dahulu, sampai mau menjadi selirnya dan berhasil menyingkirkanku dengan cara yang tidak manusiawi.

"Ceraikan, Clara!" pintaku dengan menatap lekat mata Daniel. Ia sedikit membelalak. Lantas, tanganku mendorong tubuh kekarnya karena Daniel bergeming. Aku pun berlalu tak peduli jika gesture tubuhnya, masih menyiratkan nafsu yang sudah naik hingga ke ubun-ubun. Daniel, ingin meneruskan peperangan demi kenikmatan surga dunia.

Masuk ke dalam ruang kecil di mana shower berada. Aku melirik ke arah Daniel yang menyugar rambut dengan kasar. Ia pun melangkah menuju tempatku berdiri.

Tangan memutar keran menyalakan air. Aku pun mandi dengan Daniel turut bersama. Ia pun mulai aktif dengan tangan dan bibirnya menyapu tubuhku, kembali membangun gairah di bawah aliran air. Aku pun melayani bak wanita murahan tanpa harga diri. Toh, status kami masih suami-istri, walau akhir cerita nanti akan dilenyapkan dengan tanganku sendiri.

***

"Sayang, hari ini sampai besok, aku sibuk. Jadi, jangan telepon aku!" pinta Daniel. Ia tengah mengancing bajunya. Bersiap untuk bekerja. Seharusnya, semalam ia pulang setelah melakukan hubungan intim denganku.

Namun, aku berhasil menahannya hanya ingin membuat malam Clara dilalui dengan hati merana. Bagaimana rasanya hamil tanpa suami di malam hari? Menatap nanar sisi ranjang yang kosong dan hanya bisa meratapi. Itu yang aku rasakan dulu, saat ia tengah memadu cinta dengan Daniel.

"Tuh, kan! Padahal, aku ingin ajak kamu nonton." Aku merengut. Masih di atas ranjang dengan baju yang mirip wanita di rumah bordir, sangat tipis dan minim.

"Next time. Aku janji pasti luangkan waktu untukmu. Gimana kalau sebagai ganti dua hari itu, kamu belanja atau berlibur? Aku transfer uangnya sekarang juga. Mau berapa? Lima puluh juta atau seratus juta?" Daniel tengah membujukku, agar ketika ia pergi hati ini tidak dalam keadaan marah. Mendekap tubuh erat, dan aku pun bersandar pada bahu miliknya.

Hati ini tertawa miris. Apa yang ia tawarkan jelas uangku. Hanya butuh taktik dan kesabaran, semua yang sudah terlepas akan kembali menjadi milikku. Lihat saja, aku akan membalikkan keadaan bagaimanapun caranya.

Daniel pun pergi setelah mentransfer uang. Aku gegas ke kamar mandi untuk membasuh diri. Tak mau meninggalkan jejak milik pria pengkhianat itu. Jijik sebenarnya menjadi wanita jalang untuknya. Namun, tak ada pilihan. Aku ingin masuk menjadi duri dalam daging yang pastinya akan menyayat hati perlahan. Baik Clara dan Daniel, akan menyesal telah memperlakukan diriku seperti ini.

Rumah tangga yang dibangun kami dulu dengan alasan cinta yang kadung terjalin begitu indah. Asa pun terangkai berdua dengan sempurna, dan sengaja ingin seperti hidup di dalam surga. Awal-awal pernikahan tak ada celah. Sampai Clara datang merebut hati Daniel, dan merayu untuk mengambil hartaku.

Masih segar di ingatan. Bagaimana kecelakaan itu terjadi. Rem blong dengan mobil yang semula dipakai mereka. Aku yakin ini sabotase. Kendaraan yang sama dikendarai Daniel dan Clara, kenapa tiba-tiba rem tidak berfungsi saat aku gunakan sendiri?

Dering ponsel membuat lamunanku buyar. Tangan pun meraih benda pipih itu. Membaca isi pesan yang masuk dari Dokter Rama. Ia ingin memastikan jika hari ini aku datang, sudah waktunya kontrol ke rumah sakit.

[Oke, satu jam lagi aku sampai.]

Pesan balasan sudah dikirim. Aku pun lekas berganti baju. Menjadi wanita lajang di luar sana. Tanpa pasangan karena aku dan Daniel hanya bermain di balik layar.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height