+ Add to Library
+ Add to Library

C2 2

Zara termenung di dalam kamarnya, merebahkan tubuhnya di kasur. Zara masih tak menyangka Tisa akan menikamnya dari belakang. Zara tahu dan sadar kalau Zara memang tak secantik Tisa. Perlahan, Zara menyadari semuanya. Gadis ini harus ikhlas melihat orang yang disukai berpacaran dengan sahabatnya sendiri. Perih hati Zara. Zara menghela napas panjang lalu menghembuskannya perlahan, mencoba menenangkan diri yang gundah karena kejadian ini.

Zara mencoba memejamkan matanya sampai terlelap beberapa menit dan kembali membuka matanya. Ia mengerjap sambil memegangi ponselnya. Terlihat ada sebuah pesan WhatsApp yang ternyata dari Tisa.

My friend Tisa

Ra, kamu masih marah ya sama aku? Aku bener-bener nggak ada maksud.

Zara enggan membalas pesan dari Tisa. Bukan karena masih kesal, Zara hanya sedang tak ingin diganggu.

"Apa cinta selalu membawa luka?" rutuk Zara frustrasi. Gadis itu lagi-lagi menitihkan air matanya sampai membasahi pipinya. Ia kemudian menghapus air matanya. Dan berusaha ikhlas Ian bersama Tisa.

***

"Ra, kamu masih marah sama aku?" Tisa menghampiri Zara yang tengah duduk.

Zara menatap Tisa. "Nggak, Tis. Aku nggak marah sama kamu. Aku doain kamu sama Ian langgeng." Zara tersenyum, walau sebenarnya jauh di lubuk hatinya masih menyimpan rasa perih yang amat dalam.

"Bener?" tanya Tisa, Zara mengangguk.

Beberapa saat, Keyla menghampiri keduanya. "Ra, ada yang cariin kamu, katanya teman SMA kamu," ucap Keyla menunjuk salah seorang cowok di depan pintu. Gadis ini mengeryit heran, setahunya teman SMAnya tidak ada yang satu kampus dengannya. Atau Zara yang tidak mengetahuinya? Entahlah. Dengan langkah santai, Zara menghampiri cowok itu. Tepat sampai di depan pintu, Zara memmicingkan mata dan mencoba mengingat siapa laki-laki itu . Cowok itu memakai baju kotak-kotak, berambut cepak, beralis tebal dan mukanya standar. Tampangnya sungguh familiar, tapi Zara masih belum mengingatnya.

"Zara, kan?" tanyanya.

Zara mengangguk, "Kamu siapa, ya?" Zara terlihat seperti orang bodoh yang kehilangan arah.

Cowok itu menepuk jidatnya. "Zara, aku Kevin. Kita dulu satu kelas, masa nggak ingat?"

Zara kembali mengingat-ingat wajah cowok itu. Dan Zara akhirnya ingat kejadian memalukan saat SMA. Zara sudah ingat semuanya.

"Kamu yang bikin aku diledekin teman-teman dulu, kan? Gara-gara TOD bodoh itu!" Zara memutarkan kedua bola matanya.

Kevin mengangguk sambil menunjuk wajah Zara, "Betul."

Zara hanya terdiam. Ia merenung, kejadian memalukan saat SMA kembali terbayang di kepalanya.

Kevin terkekeh, "Ra, itu hanya games. Waktu aku bilang suka kamu, juga bercanda buat tantangan TODnya. Tapi... semenjak kejadian itu, kamu marah beneran sama aku, nggak mau ngobrol sama aku lagi."

Tetap saja walaupun itu hanya bercandaan, tetap saja teman-temannya menganggapnya serius. Semenjak hari itu teman-temannya selalu menjodoh-jodohkannya dengan Kevin. Dan Kevin selalu diam seolah yang terjadi di antara mereka benar adanya.

"Udah, nggak usah bahas hal itu lagi." Zara berlalu meninggalkan Kevin.

Kevin mengedikkan bahunya. "Masih aja dia bersikap kayak gitu ke aku. Zara... Zara." Ia tersenyum kecut lalu bergegas menuju ke kelasnya.

Sesampainya di kelas, Kevin duduk di kursinya. Ia menompangkan dagunya di atas meja. Ia masih memikirkan tentang Zara--kenapa gadis itu masih bersikap acuh padanya. Padahal kejadian itu sudah berlangsung 3 tahun yang lalu. Ya, mungkin Zara tak suka dijodoh-jodohkan dengannya.

"Andai kamu tahu, Ra. Aku emang suka sama kamu. Aku kuliah di sini juga ngikutin kamu," gumam Kevin pelan.

Kevin kemudian membuka tasnya--mengambil buku kenangan semasa SMA, membuka lembar demi lembar sampai pada halaman ke 50, terdapat foto Zara dan Kevin memandangi foto gadis itu.

"Lihat aja, Ra. Aku bakal buktikan, kalau aku benar-benar tulus sama kamu."

Zara berjalan dari parkiran menuju kelasnya. Tiba-tiba ada seseorang yang berjalan di sampingnya, menyamakan langkah kakinya. Zara menengok malas. Zara sudah tahu siapa laki-laki tersebut.

"Mau kamu apa?" tanya Zara judes.

"Nggak apa, Ra. Kamu kenapa sih selalu bersikap acuh ke aku?" tanya Kevin.

Zara hanya mengedikkan bahu.

"Ra... berhenti bersikap kayak gini! Sikapmu tanpa kamu sadarin nyadarin perasaan orang," ucap Kevin dengan nada tinggi. Sebenarnya, Kevin tak mau berkata kasar pada cewek itu. Tapi... sikap Zara lah yang membuatnya bersikap demikian.

"Sori," gumam Zara. Ia tetap bersikap cuek pada Kevin. Zara akhirnya menghentikan langkahnya saat melihat Tisa dengan Ian bergandengan saat di depan kelas.

"Kenapa kamu cemburu lihat mereka?" Kevin mendesak dengan pertanyaaan yang spontan membuat Zara tertohok.

Zara hanya diam, ia tak berani menjawab. Tetap saja, Kevin mengulang pertanyaannya kembali--membuat Zara semakin kesal.

Kevin nekat mengandeng tangan Zara.

"Jangan gandeng aku. Aku bisa jalan sendiri, aku nggak buta." Zara menghempaskan genggaman tangan Kevin, Kevin hanya bisa melongo.

Tisa dan Ian menghampiri Zara. Dan menggoda kedua sejoli itu.

"Cieee... Zara, ada yang baru." Tisa mencolek tubuh Zara.

"Apaan sih, Tis. Ini teman SMA-ku," gumam Zara sedikit kesal.

Kevin hanya tersenyum saat Tisa dan Zara saling beradu argumen.

"Ra, aku ke kelas dulu, ya," pamit Kevin. Ia beranjak menuju kelasnya yang tak jauh dari kelas Zara.

"Ngaku, itu pacar kamu, kan?" Tisa mulai mengintimidasi Zara dengan pertanyaan horor yang mematikannya.

Zara hanya menggeleng.

"Amit-amit." Zara mengepalkan tangannya kemudian mengetok-ngetokkannya di atas kepalanya.

Tisa kemudian menarik Zara masuk ke dalam kelas, diikuti Ian. Zara duduk di kursinya sambil menompang dagunya di atas meja.

Gara-gara Kevin, aku jadi diejekin.

Zara sedikit kesal, baginya, hari ini adalah hari yang sial. Mulut Zara komat-kamit seperti dukun. Tanpa ia sadari, Keyla yang duduk di sebelah Zara memperhatikan sikap Zara yang aneh.

"Kamu kenapa, Ra?" tanya Keyla bingung.

"Sebel!"

"Kenapa?"

"Gara-gara Kevin, Tisa ngira aku pacaran sama Kevin."

Keyla menahan tawa. Ia menggeleng sambil menepuk bahu Zara. "Bagus, itu artinya... kamu bakal bisa lupain Ian."

Zara hanya mengangguk. Apa benar, Kevin didatangkan di kehidupannya untuk melupakan sosok Ian yang sudah berpacaran dengan Tisa. Zara menggeleng lalu berteriak. Membayangkannya saja, ia sudah ngeri. Kevin? Cowok aneh itu. Tidak. Tidak akan.

**

Saat istirahat tiba, Kevin menuju ke kelas Zara untuk mengajaknya makan siang. Sesampainya di sana, Kevin langsung masuk ke kelas dan menarik tangan Zara yang sedang berbincang-bincang dengan beberapa temannya. Zara menghempaskan genggaman tangan Kevin, Kevin tidak menyerah begitu saja. Ia tetap menarik tangan Zara dan akhirnya Zara hanya pasrah diajak Kevin ke kantin yang tak jauh dari kelasnya.

"Tanganku sakit tahu!" pekik Zara kesal sesampainya di kantin. Zara dan Kevin duduk berhadapan. Kevin hanya terkekeh seperti tidak bersalah. "Maaf, Ra," gumam Kevin menaikkan sebelah alisnya.

Zara hanya mengangguk diiringi rasa masih sebal.

"Kamu mau makan apa?" tanya Kevin bangkit dari kursinya.

"Aku mau minum aja, nggak lapar," balas Zara. Padahal sebenarnya Zara lapar, tapi rasa gengsi menutupi dirinya.

Kevin memesan makanan dan beberapa saat kemudian kembali sambil membawa baki lalu diletakkan di meja.

"Aku pesanin makanan kesukaan kamu. Soto." Kevin menyodorkan soto ke Zara yang langsung diterima Zara.

"Kamu tahu dari mana kalau aku suka soto?" tanya Zara heran.

"Mau tahu aja atau mau tahu banget?" Kevin melebarkan senyumnya yang menawan.

"Udah jawab aja!" Zara mulai kesal dengan sikap Kevin.

"Tahu dari SMA," gumam Kevin seadanya.

Zara membulatkan mulutnya.

Kevin dan Zara akhirnya memakan hidangan yang ada di meja mereka. Dan setelah itu Kevin mengajak Zara ke perpustakaan. Perpustakaan yang terbilang luas ini, berdinding putih dan mempunyai banyak jenis buku seperti novel, skripsi dan masih banyak lagi.

"Kamu mau cari buku apa?" tanya Zara menatap Kevin serius.

"Mau cari buku Bahasa Indonesia. Disuruh sama dosennya," gumam Kevin sambil mencari buku yang dicarinya.

"Aku ke kelas dulu, Vin."

Kevin hanya mengangguk.

Beberapa saat kemudian, Kevin sudah menemukan buku yang dicari langsung menuju ke kelas.

Kevin terpikir Zara yang masih belum bisa menerka hati Zara yang susah ditebak.

"Aku harus bisa menerka hatinya," gumam Kevin sambil tersenyum melihat foto Zara di buku alumni SMAnya.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height