+ Add to Library
+ Add to Library

C7 7

“Tadi pagi aku nyariin kamu.” Kevin menghampiri Zara di kelasnya saat istirahat tiba.

“Maaf tadi aku belum datang, Vin,” jawab Zara.

“Aku boleh nanya sesuatu?” tanya Kevin, serius.

“Silakan.”

“Kamu masih suka sama Ian?”

Perkataan Kevin membuat Zara bingung apa yang harus dijawab. Di lain sisi, jujur dia masih sedikit menyimpan rasa pada Ian, di lain sisi kalau dia menjawab jujur akan menyakiti perasaan Kevin.

Zara hanya menggeleng tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Kevin mengerti dan mengajak kekasihnya itu pergi ke kantin yang tak jauh dari kelas.

“Kamu mau pesan apa?” tanya Kevin sesampainya di kantin.

“Es jeruk aja, Vin.”

Kevin beranjak untuk memesan dan beberapa saat dia kembali membawa psanan mereka, lalu duduk dihadapan Zara sambil meletakkan minuman pesanan Zara.

Zara hanya terdiam, dia tak tahu harus mulai mengobrol apa dengan Kevin padahal cowok itu adalah pacarnya, tetapi rasa canggung masih menyelimutinya.

“Aku bawa sesuatu buat kamu, Ra.” Kevin mengambil sesuatu dari balik badannya dan menyodorkan sebuah cokelat pada Zara.

Zara langsung menerimanya. “Sejak kapan kamu bawa cokelat?”

“Itu sulapan,” Kevin menjawab pertanyaan gadis itu dengan bercanda.

Zara yang mendengar jawaban Kevin hanya menggeleng dan dalam hatinya tertawa. Kevin ternyata bukan laki-laki yang terlalu buruk untuk dijadikan kekasih, dia baik dan perhatian, selain itu penyabar.

***

Tisa mendekatkan diri pada Kevin yang tengah sendirian di taman kampus. Sikap pelakornya mulai muncul.

"Hai,"sapa Tisa.

Kevin setengah melirik. "Kenapa?" tanya Kevin, cuek.

"Nggak. Kalau aku lihat-lihat kamu ganteng juga, ya, Vin?"

Kevin mengernyit dengan perkataan Tisa barusan. Dia hanya mengedikkan bahu acuh dan memilih berlalu meninggalkan Tisa. Tisa tidak diam begitu saja, dia menyusul Kevin dan menarik lengannya.

"Lo apaan, sih?" Kevin menaikkan sebelah alisnya.

Tisa kemudian menarik tangan Kevin menuju kelasnya. Akal liciknya mulai bersarang. Di depan Zara dia mengaku kalau dia jadian dengan Kevin. Sengaja supaya Zara sakit hati. Perkataan Tisa membuat Zara panas dan langsung percaya begitu saja.

"Semua cowok sama aja!" seru Zara lalu menampar wajah Kevin dan berlalu meninggalkan kelas.

Kevin tidak bergeming sedikitpun. Dia menggeleng dan mengejar Zara untuk menjelaskan semuanya.

"Ra, tunggu," panggil Kevin.

Zara tidak memedulikan panggilan Kevin, dia tetap berlari menuju keluar kampus. Pikirannya kacau. Dia tak menyangka Kevin ternyata sama saja dengan laki-laki lain. Sementara Kevin kehilangan jejak Zara.

"Ini semua gara-gara cewek sialan itu. Gue harus samperin dia sekarang juga dan minta dia jelasin semuanya!"

Kevin kembali ke kelas Zara dan menemui Tisa.

"Lo harus jelasin ke Zara, Tis. Gue nggak mau tahu!"

Tisa mengibaskan rambutnya. "Males. Udah lah, Vin, nggak usah munafik. Semua cowok di sini suka sama aku, masak kamu enggak ,sih?"

Kevin jijik melihat Tisa yang sok kecantikan itu. Bagi Kevin, Tisa tak ada menariknya sama sekali. Hanya laki-laki bodoh saja yang mau menjalin cinta dengan perempuan playgirl seperti dia.

Kevin sudah muak dengan Tisa akhirnya berlalu pergi. Tisa menyunggingkan bibir dan berkata. "Lihat aja gue bakalan dapetin lo Kevin. Gue tahu lo anak orang kaya. Habis dapatin lo, gue bakal putusin pacar gue yang sekarang."

Zara termenung di sebuah halte yang tak jauh dari kampus. Dia menangis, dan dia tidak menyangka Kevin akan melakukan hal setega itu. Air matanya terus bercucuran mengenai wajah dan pipinya. Seketika ada seseorang yang menepuk bahu dan Zara menoleh.

"Ian?"

Ian mengangguk. "Iya, Ra. Kamu ngapain di sini?"

"Aku sedih Kevin jahatin aku," jawab Zara.

"Kenapa?"

"Kevin jadian sama Tisa."

Ian terbelalak kaget dan dia juga tidak menyangka Kevin yang terlihat baik ternyata sama saja dengan yang lain, yang mau saja dipacari Tisa yang playgirl itu. Tapi di sisi lain, sebenarnya Ian tidak percaya sepenuhnya. Bisa saja itu hanya akal-akalan Tisa. Ian paham sepertinya Tisa tidak suka kalau melihat Zara bahagia.

"Kamu bicara baik-baik dulu sama Kevin, Ra," saran Ian. "Aku takut ini cuma akal-akalan Tisa aja. Kamu tahu lah sikap dia gimana kalau ada cowok ganteng sedikit aja. Contohnya aku, dia cepet banget, ninggalin aku."

Zara mengangguk dan menyeka air matanya. "Iya, Ian. Aku nggak tahu salah aku apa kenapa Tisa selalu bersikap seperti itu. Dia kan sahabatku."

Ian menyunggingkan bibir. "Mana ada sahabat yang tega ngerusak kebahagiaan sahabatnya sendiri. Kamu masih aja nganggep dia sahabat?"

Zara mengangguk.

"Hebat, ya, kamu. Udah diperlakukan kayak gitu masih aja nganggep sahabat. Kalau aku jadi kamu, aku udah males anggep dia sahabat," ucap Ian, sinis.

"Dia tetap sahabatku seburuk apapun dia," jawab Zara.

Ian melirik ke arah jarum jam yang menunjukkan pukul satu siang."Ke kelas yuk, Ra. Udah mau masuk nih." Ian bangkit dan Zara mengikuti langkah Ian.

Kedekatan Kevin dan Tisa membuat Zara semakin panas. Setiap hari, Zara harus melihat dia sejoli itu bermesraan di depan kelas. Zara hanya bisa menahan rasa sakit.

"Udah, Ra, ikhlasin aja," kata Keyla.

Zara mengangguk. Tetapi dalam lubuk hatinya gadis itu merasa terpukul. Ian datang bergabung dengan Zara dan Keyla.

"Kayaknya mereka nggak bisa dibiarin, deh, Ra," ucap Ian tiba-tiba.

"Maksud kamu?" Zara mengernyit.

"Ya, aku nggak mau aja si Tisa morotin si Kevin."

"Bukan urusan aku lagi," tukas Zara. Sebenarnya dia peduli dengan Kevin , tetapi Zara hanya tak tahu bagaimana cara memperlihatkan kepeduliannya.

"Oke kalau gitu. Aku cuma nyaranin aja, kok." Ian tersenyum.

"Tapi kata Ian ada benernya juga loh, Ra."

Zara terdiam, tak menanggapi.

"Biarin aja," jawab Zara.

Kevin dan Tisa lewat begitu saja. Saat Tisa lewat, gadis itu sengaja mengibaskan rambut panjangnya, bermaksud mengejek Zara karena akhirnya Tisa bisa mendapatkan Kevin. Keyla yang geram dengan tingkah Tisa langsung mengumpat. "Dasar cewek nggak tahu diri! Tukang tikung!"

Teriakan Keyla spontan membuat Tisa menoleh, tetapi Tisa tak memedulikan perkataan itu.

"Udah, La, biarin aja." Zara berusaha menenangkan Keyla yang dirundung emosi. Keyla mencoba mengatur emosi dan menarik napas panjang.

"Kalau udah miskin pasti juga ditinggalin!" seru Keyla, lagi.

Zara tersenyum mendengar perkataan Keyla. Mungkin Zara memang harus berhenti peduli pada Kevin dan mulai harus melupakan cowok itu.

"Sabar, ya, Ra?" Ian menepuk bahu Zara. "Kamu gadis baik, pasti dapat yang lebih baik. Biarin aja si Kevin sama Tisa. Aneh aja , udah tahu itu cewek kayak gitu masih aja mau jadi pacar dia. Aku aja nyesel pernah pacaran sama cewek kayak dia!"

"Udah, nggak baik ngomongin orang. Jujur aku juga sakit hati sama Tisa. Setelah aku pikir-pikir, ya udah, lah." Zara berbalik menepuk bahu Ian.

Zara merangkai kata sedemikian rupa seolah dirinya tabah, padahal hatinya benar-benar hancur berkeping-keping.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height