+ Add to Library
+ Add to Library

C8 8

Kevin dan Tisa makan malam di restoran mahal bernuansa mewah. Lampu-lampu menyinari restoran itu dan suasana sangat romantis.

"Vin, aku tahu kita pacaran baru kemarin. Emm--" Tisa tidak melanjutkan perkataannya.

"Kenapa, Sayang?" Kevin mengenggam tangan Tisa erat.

"Mau nggak kamu beliin aku handphone baru?"

"Tentu. Habis dari sini kita langsung beli, ya?" Kevin tersenyum. Tisa senang mendengar jawaban Kevin. Tisa tidak salah pilih mendekati Kevin dan memutuskan pacarnya yang kemarin.

Seusai makan malam, dua sejoli itu mampir membeli ponsel di sebuah mal. Kevin dan Tisa bergandengan tangan erat.

"Silakan kamu pilih," kata Kevin sesampainya di salah satu tempat penjualan ponsel.

Tisa melirik kanan dan kiri memilih ponsel yang sekiranya mahal. Akhirnya mata Tisa tertuju pada satu ponsel dengan harga 5 juta.

"Aku mau yang itu," tunjuk Tisa.

"Mbak, yang ini satu," tunjuk Kevin.

Penjual ponsel langsung mengambil dan memasukkan ke dalam tas plastik. "Lima juta, ya, Kak."

Kevin langsung mengeluarkan uang senilai lima juta dengan cash dan memberikan pada penjual ponsel yang langsung diterimanya.

Kevin memberikan tas plastik berisi ponsel itu pada Tisa. Tisa tersenyum dan menempelkan diri pada tubuh Kevin. "Makasih, ya, Sayang."

"Sama-sama." Kevin mengangguk dan mengusap lembut Tisa yang terurai panjang.

"Kamu sayang sama aku, kan?" tanya Tisa.

Kevin mengangguk lagi. "Iya."

Tisa mengenggam tangan Kevin dan mengutarakan maksudnya. "Kapan kita tunangan?" Aku mau bahagia hidup sama kamu, Vin."

"Secepatnya."

Tisa kembali tersenyum licik. Akhirnya, dia menemukan laki-laki yang kaya dan mau menuruti perintahnya.

"Oke, aku nggak mau lama-lama. Bentar lagi kita udah mau skripsi juga. Aku mau sebelum skripsi , kita tunangan dulu."

Kevin mengangguk. "Pasti. Apa yang nggak buat kamu. Aku beruntung banget punya pacar kayak kamu, udah cantik dan nggak ngebosenin kayak Zara. Zara itu nggak ada apa-apanya dibandingkan kamu. Kamu indah dipandang mata dan kalau diajak ke mana-mana nggak malu-maluin."

"Kamu udah nggak ada rasa sama Zara, kan, Vin?" tanya Tisa.

"Nggak. Lagian aku pacarin dia karena aku mau balas dendam sama dia. Dulu aku suka sama dia, tapi dia nggak menghargai aku. Semenjak itu aku bersumpah akan balas dendam dan ternyata usahaku berhasil." Kevin tersenyum licik.

"Bagus, deh. Aku juga nggak suka sama Zara." Tisa menarik tangan Kevin keluar mal dan masuk mobil.

Kevin fokus menyetir mobil, sedangkan Tisa memandangi ponsel baru miliknya.

"Kamu suka sama handphone-nya?" tanya Kevin, masih fokus menyetir.

"Suka banget. Sayang, baju aku udah jelek-jelek, besok kita beli ya?"

"Pasti. Aku udah bilang pasti akan menuruti kemauan kamu."

Tisa tersenyum senang dan tidak lama lagi dia akan bertunangan dengan orang kaya. Hidupnya tidak akan susah lagi.

***

Tisa memamerkan ponsel barunya di depan Zara dan Keyla bermaksud untuk pamer dan sengaja untuk memanas-manasi Zara karena telah berhasil merebut Kevin dari Zara.

"Kevin baik banget, sih. Baru aja jadian, udah dikasih barang mahal seharga lima juta. Beruntung banget aku punya pacar kayak Kevin," ucap Tisa sambil menaikkan ponsel baru di udara.

Zara dan Keyla bertukar pandang. Zara sebenarnya tahu maksud Tisa berkata seperti itu apa. Ya, sengaja untuk memanas-manasi hati Zara.

"Biasa aja kali!" seru Keyla, kesal. Lantas gadis itu berdiri di hadapan Tisa. "Dasar cewek nggak tahu malu!"

"Maksud kamu nggak tahu malu gimana, ya?" Tisa mengernyit, pura-pura tidak mengerti maksud perkataan Keyla.

Keyla menjambak rambut Tisa dengan erat. "Ya, kamu itu tukang rebutin pacar orang! Jijik gue sama lo, Tis! Nyesel gue pernah punya temen kayak lo!"

Tisa masih berusaha melepaskan rambutnya yang masih dijambak oleh Keyla.

"Lepasin!" pekik Tisa, kesakitan.

Zara yang melihat pertengkaran keduanya langsung melerai dan meminta Keyla untuk melepaskan jambakan, tetapi Keyla menolak. Zara terus membujuk dan akhirnya Keyla melepaskan jambakan itu.

"Sakit tahu! Rambut gue nanti jadi kusut! Mahal tahu perawatannya!" Tisa melotot ke arah Keyla.

"Belagu lo! Uang perawatan lo paling-paling dari cowok-cowok yang lo porotin!" sindir Keyla, balik menatap Tisa dengan tatapan yang tak kalah tajam.

"Udah, La. Kalau Kevin bahagia sama Tisa, aku ikhlas, kok." Zara tersenyum walaupun sebenarnya hati Zara terluka.

"Dengerin! Orang Zara biasa aja. Ngapa lo yang sewot!"

Keyla menghiraukan perkataan Tisa dan menarik Zara dari hadapan Tisa. Keduanya berlalu menuju ke kantin.

Kebetulan Kevin lewat. Zara setengah melirik ke arah Kevin, tetapi pandangan Kevin lurus dan tidak memandang Zara sedikitpun.

Cepet banget kamu lupain aku,Vin.

Dari kejauhan, Keyla mendengar Tisa merengek manja pada pacar barunya itu dan berkata. "Masak rambut bagusku dijambak sama Keyla." Lantas Kevin menjawab. "Nggak apa, Sayang, nanti kita ke salon, ya."

Keyla merasa jijik dengan obrolan dua sejoli itu. Di lain sisi, Keyla juga merasa kasihan pada Zara. Dulu Ian direbut Tisa dan sekarang Kevin, apa semua laki-laki hanya memandang perempuan dari segi fisik saja? Kenapa seolah laki-laki di kampusnya semua tertarik pada Tisa yang matrealistis. Keyla menahan napas dan menghembuskan dengan kasar, lama-lama dia menjadi kesal ssndiri dengan tingkah Tisa.

"Kamu nggak bisa diemin Tisa, Ra," ucap Keyla.

"Udah, aku nggak apa, kok." Zara tersenyum sambil menepuk nahu temannya itu. "Semua pasti ada sebab dan akibat, Key. Tenang saja."

Keyla tersenyum mendengar jawaban Zara yang sangat ikhlas. Keyla tahu, tidak semua orang bisa menyikapi masalah seperti Zara.

***

Tisa duduk di sebuah kafe yang tidak jauh dari rumahnya. Tisa sebal karena malam ini Kevin tidak bisa menemaninya makan malam bersama. Tidak masalah bagi Tisa, dia bisa berangkat sendiri dan barang kali saja ada laki-laki tampan dan tajir yang tercantol olehnya. Jujur, Tisa masih ingin mengaet laki-laki lain lagi yang lebih kaya dari Kevin dan jaga-jaga untuk cadangan untuk mendompang hidup mewahnya.

Lama-lama Tisa bosan, harapannya pupus. Tidak ada pangeran kaya dan tampan yang mampir dan mengajak kenalan. Tisa hanya menompang dagu sambil meminum jus apel yang dipesannya. Tak lama kemudian, ada seorang laki-laki berparas tampan menghampiri Tisa dan berkata. "Aku boleh duduk sini?" kata laki-laki itu.

Tisa mendongak dan melihat tampilan dari laki-laki itu sepertinya kaya dan berkelas. Tidak boleh disia-siakan, pikir Tisa.

"Silakan," jawab Tisa.

Laki-laki itu duduk di hadapan Tisa dan mengulurkan tangan. "Kenalin aku Rehan, kalau kamu?"

Tisa menjabat tangan laki-laki bernama Rehan itu. "Aku Tisa."

"Senang bisa kenalan sama kamu. Kamu sendirian di sini?" tanya Rehan.

Tisa mengangguk. "Iya, maklum nggak ada pasangan."

"Berarti aku boleh dong deket sama kamu?"

Tisa mengangguk lagi. "Boleh dan nggak ada yang marah."

Rehan menyodorkan ponsel dan meminta Tisa untuk menuliskan nomor ponselnya. Tisa segera menulis nomornya dan meyimpannya dalam ponsel Rehan.

"Nanti aku telepon, ya?" Rehan tersenyum sangat manis membuat Tisa semakin terkesima.

Ini cowok lebih ganteng dari Kevin. Lebih kaya juga kalau dilihat-lihat.

"Kapan-kapan mau nggak aku ajak makan bareng?" tanya Rehan lagi.

"Dengan senang hati." Tisa mengangguk.

Report
Share
Comments
|
New chapter is coming soon
+ Add to Library

Write a Review

Write a Review
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height