Mommy! Where's Daddy?/C10 MENJAGA DARI JAUH
+ Add to Library
Mommy! Where's Daddy?/C10 MENJAGA DARI JAUH
+ Add to Library

C10 MENJAGA DARI JAUH

"anak - anak ayo pulang, waktunya bobo. " ucap wanita dewasa dengan anak bayi di troly yang ia dorong saat ini, kedua bocah yang berwajah mirip itu sontak menhampiri sang wanita tersebut dan mereka berjalan beriringan menuju rumah .

mereka adalah Arsana dan dua bocah kembar keponakannya, Shabyl dan Reyand meminta bermain di taman malam - malam begini, berhubung sang Mommy sedang lembur di kantor membuat mereka jadi bebas berkeliaran di luar rumah malam - malam begini.

sebenarnya Arsana hanya mengajak dua bocah itu ke taman komplek untuk menyenangkan mereka, walaupun hanya sebentar namun cukup membuat mereka tersenyum bahagia. seperti saat ini, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam dan mereka sudah berjalan menuju rumah. angin malam juga tidak terlalu baik untuk anak - anak.

"Mama, adek Anta udah bobo?"

"iya sayang, sekarang giliran kalian ya.."

"ehm tapi thabyl matih mau main."

"hemmm mau kena marah Mommy? kalo mau ya silahkan! Mama mah gak melarang, mama sama abang pulang aja, biar Shabyl yang diluar sendirian."

"aaaaaa... ndak mau!"

"yaudah kalau gak mau, yang nurut!" celetuk Reyand kemudian mendahului mereka berjalan di depan.

tanpa mereka sadari ada sosok laki - laki dewasa yang sedang berada di dalam mobilnya sedari tadi, lelaki itu mengikuti mereka sejak dari taman tadi. masih nyaman dengan memperhatikan kedua bocah itu dari jauh.

Regan sebenarnya ingin menghampiri kedua bocah itu namun langkahnya terhenti karena wanita yang bersama mereka. Arsana.. sahabat sekaligus adik dari Shalom, ia tak mungkin tiba - tiba muncul di hadapan mereka, apalagi ia dan Arsana dulu mempunyai satu masalah pribadi dan sudah 5 tahun ini menghilang tanpa kata maaf secara langsung.

ia butuh waktu untuk itu, maka dari itu Regan hanya bisa berdiam diri di mobil hingga mengikuti ketiga nya masuk ke dalam rumah minimalis itu.

lima menit.. sepuluh menit Regan menunggu hingga satu jam kemudian sebuah mobil terparkir di pinggir jalan, Regan mengernyit ketika mendapati Shalom turun dari mobil tersebut dan wanita itu di antar pulang oleh seseorang yang sama sekali tak di kenalnya. teman kantor kah?

Shalom turun dari mobil itu dengan senyum sopan, senyum tipis itu saja bisa membuatnya mati rasa jika harus orang lain yang mendapatkannya apalagi senyuman manis wanita itu.

Regan meremas stir mobil dengan perasaan kalut, bagaimana bisa Shalom dengan sangat mudah melupakannya? ah iya dirinya ingat sekarang bahwa Shalom sejak dulu pun tak pernah menaruh hati padanya, wanita itu tak pernah mencintai seorang Regan.

lama masih duduk menatap lampu lantai dua rumah itu tak kunjung mati hingga seorang wanita dan lelaki keluar dari rumah tersebut seraya mengendong seorang bayi. Regan pikir dua pasangan tersebut adalah Arsana dan Abraham.

masih bingung dengan keputusannya Regan akhirnya menelpon sang bawahan untuk merencanakan sesuatu. senyum devil terbit dari bibir nya karena semua yang ia inginkan mudah terwujud. Regan akhirnya meninggalkan rumah tersebut setelah memastikan lampu di lantai dua padam. dengan raut wajah datar lelaki itu menjalankan mobilnya dengan tenang.

...............

pagi hari di kediaman sang bocah kembar akan selalu terjadi keributan karena rutinitas setiap pagi. Reyand yang mandiri namun sulit dibangunkan, Shabyl yang susah di ajak kompromi akan selalu ngambek dan menangis jika keinginannya tak terpenuhi, ataupun Shalom yang selalu sibuk mengurus kedua bocah berisik itu apalagi dirinya yang berstatus qanita karir.

"Reyand.... udah jangan ganggu adik mu!" teriak Shalom kesal karena sedari tadi dirinya mendengar rengekan Shabyl yang mengatakan bahwa abangnya sangat jahil terhadap dirinya.

"no Mom! I didn't!!" ucap Reyand ketika bocah itu berjalan ke arah meja makan, dimana Shalom saat ini sedang menata sarapan mereka.

"but I hear your voices, You are bothering your sister again!"

(tapi Mom mendengar suara kalian, kau mengganggu adikmu lagi) sarkas Shalom tak ingin anaknya berbohong.

"ok fine! i did."

tok tok tok...............

"siapa ya pagi - pagi begini? Papa kalian kah?" terkah Shalom saat mendengar suara pintu di ketuk. biasanya Abraham jika tidak ada hal mendesak akan mampir dan setia mengantar kedua bocah itu ke sekolah.

"ehmm I don't know, aku akan bukakan pintunya!" ucap sang jagoan kecilnya. layaknya orang dewasa Reyand turun dari kursi nya dan berjalan pelan ke arah pintu depan.

"ok thanks dear.." balas Shalom kemudian wanita itu malah menaiki tangga melihat keadaan anak gadisnya yang sepertinya kesulitan dalam memakai seragam sekolahnya.

Reyand mengernyit ketika suara ketukkan itu tak lagi berbunyi, tapi tetap saja bocah itu mencoba membuka pintu dan melihat gerangan yang bertamu pagi - pagi seperti ini.

Reyand membulatkan matanya saat mendapati sosok yang ia tunggu datang ke rumah. "Daddy!"

"Assalamu'alaikum." ucap Regan pelan yang langsung di jawab Reyand semangat.

"wa'alaikumsalam Dad."

"hey son!" Regan mensejajarkan tubuhnya agar sama dengan tinggi Reyand dan memeluk bocah lelaki itu.

"Dad, i really miss you!" ucap Reyand pelan namun menekan kata rindunya.

"me too!" balas Regan tak kalah pelan, jujur ia begitu merindukan kedua bocah berisik ini walaupun kebenarannya belum terungkap namun keyakinan di dalam hatinya mengatakan bahwa ia mempunyai ikatan batin terhadap kedua bocah tersebut.

"Rey... siapa yang datang?" teriak Shalom dari dalam rumah menuju pintu depan, wanita itu berjalan ke depans etelah mendudukan Shabyl di kursi meja makan.

"Rey..." Shalom terdiam saat melihat Reyand melepas pelukan eratnya kepada Regan yang juga mulai berdiri.

"Shal?" sapa Regan dengan raut wajah datar.

"oh hmm Pak Regan? ada apa ya?" ucap Shalom berusaha bersikap formal sebagaimana permintaan Regan sendiri.

"ehmm saya.."

"Reyand cepat kembali ke ruang makan, habiskan sarapanmu!" perintah Shalom sebelum Regan mengucapkan tujuan lelaki itu ke rumahnya.

"baik Mom." ucap bocah itu kemudian berlari menuju meja makan bergabung bersama sang adik.

"saya hanya berkunjung , ternyata kalian tetangga baru saya."

"Hah? maksud anda?"

"saya baru pindah di sebelah rumah kamu!"

"APA??" Shalom benar - benar syok mendengar penuturan Regan, Apa? pindah di sebelah?

"biasa aja, APA nya biasa aja! jangan kayak mau nelen orang!" sarkas Regan menahan tawanya.

"lah Bapak ngapain pindah disini? perasaan sebelah rumah nya Mbak Sri!"

"Mbak Sri butuh duit cepat jadi saya beli rumahnya!"

"hah? masa sih? gak cerita tuh sama saya." Shalom mengernyitkan dahinya bingung.

"emang kamu siapa? mana mungkin dia mau cerita sama sembarang orang!"

"yaa kami kan temen deket, kalau gitu saya kan bisa bantu." ucap Shalom mengecilkan kalimat akhirnya.

"gausah, udah saya bantu. sekarang saya gak ditawarin masuk ni?"

"lah yang suruh bertamu siapa?" ketus Shalom kesal pagi - pagi begini bossnya sudah datang bertamu tanpa malu lagi.

"inisiatif sendiri sih."

"inget ya pak, Bapak sendiri yang bilang anggap kita gak pernah kenal trus kita harus seformal aja sebatas rekan kerja, gak usah sok akrab. lah ini Bapak ngapain pagi - pagi ke rumah saya sok akrab lagi sama anak saya!" ucap Shalom tanpa titik koma sedangkan Regan hanya bisa diam dengan wajah datarnya.

"saya cuma bertamu apa salahnya?"

"bukan apa - apa! saya pagi ini sibuk kalau mau meladeni tamu!"

"lagian udah lupa apa sama omongan sendiri."sindir Shalom mendelik kesal ke arah Regan.

"loh kan maksud saya dulu anggap gak pernah kenal, sekarang kita udah kenal sebagai rekan kerja."

"lah Bapak apa - apaan! mana bisa begitu."

"bisa kalau saya mah, yaudah ayo saya mau sarapan juga!" Regan langsung menyelonong masuk tanpa izin Shalom, lelaki itu masuk seenak jidat nya dan ikut duduk di antara Reyand dan Shabyl.

Shalom hanya mendumel dan mengepalkan tangannya kesal, ingin sekali ia menimpuk pot bunga beserta isinya ke kepala boss nya itu.

di meja makan kini sudah lengkap bak keluarga kecil. mereka ehm maksudnya Shalom memakan sarapan dalam diam sedangkan ketiga manusia lainnya terus bersahutan begitu pula Regan yang seolah - olah bagaikan sosok Ayah yang daddyable.

sang Daddy yang akan menjawab semua pertanyaan sang anak dengan cerdas dan jangan lupakan nasihat - nasihat lelaki itu yang menurut Shalom lumayan untuk mengisi keheningan pagi ini.

" Daddy ntal malem bobo tini?"

"ehmm iya kalau Mommy izinin!"

"enggak!" sahut Shalom langsung memutuskan ucapan sang anak yang hendak bertanya.

"baru juga mau nanya, galak amat Mommy kalian!" sindir Regan sedikit melirik ke arah Shalom yang memakan sarapannya tanpa mood.

"anak - anak udah siang ini, cepet nanti terlambat Mommy yang antar kalian." ucap Shalom kemudian membereskan semua peralatan makan mereka yang kotor.

" gak usah biar mereka saya yang antar, kamu langsung ke kantor aja. nanti ada meeting sama petinggi perlu persiapan, kita meeting di ruangan yang tersedia."

"tapi kan ada OB sama secretariat Pak? kenapa harus saya?"

"ibarat semua kebutuhan suami. istri yang siapin, emang kamu rela kalo misal baju suami kamu, wanita lain yang siapin?"

"maksudnya?"

"semua kebutuhan boss asisten yang siapin, saya gak mau yang lain!"

"ya beda nya apaaa.....Bapak Regantara yang terhormat?" masih bersikap Sopan Shalom tetap menampilkan senyum manisnya, ehm sedikit terpaksa sebenarnya.

"dia gak akan bisa tau maunya saya.!"

"emang maunya Bapak apa sih?" geram Shalom melihat wajah tanpa dosa Regan yang selalu protes begini.

"Kamu!"

"HAh?"

"saya maunya kamu yang siapin meeting hari ini. udah, gak usah protes!"

mengalihkan pandangannya ke arah anak - anak Regan mencoba membujuk kedua bocah itu untuk berangkat bersama nya.

"ayo anak Daddy kita berangkat!"

"ok Dad!" teriak Shabyl semangat.

" Dad.. daddy yakin pake baju begitu? kenapa belom pake seragam kerja, nanti telat lo.. kata Mommy kalau gak siap - siap pas antar kami nanti bisa telat kerja!" komentar Reyand panjang lebar, karena memang Regan masih mengenakan celana training sehabis jogging tadi. komentar Reyand panjang lebar, karena memang Regan masih mengenakan celana training sehabis jogging tadi

"its okay, Daddy kan boss nya. jadi bebas mau datang jam berapa!"

"begitu ya Dad? Reyand nanti kalau udah gede mau jadi macam Daddy!" ucap bocah laki - laki itu girang.

"tentu, Daddy pastiin mimpi Reyand terwujud." balas Regan dengan mengepalkan tangannya di ahdapan Reyand dan di balas bocah laki - laki itu.

"ck udah deh drama pagi nya, anak saya bisa telat!" sarkas Shalom mendelik tajam melihat Regan yang tersenyum manis kepada anak laki - lakinya. " lagipula jangan menjanjikan sesuatu yang tidak mungkin untuk anak saya!" gumam wanita itu kemudian berjalan di depan mereka.

mendengar celetukan Shalom membuat Regan menarik lengan wanita itu dan menatap matanya intens. "tunggu aja! semua akan aku buktiin!" ucap Regan tepat dihadapan Shalom yang membeku akibat tatapan dingin lelaki itu.

"ck Mommy kalian emang gitu ya?" Regan berjalan mendahului Shalom yang terdiam dan mengajak dua kembar mengobrol.

"emang Mommy kenapa Dad?" celetuk Shabyl, kini mereka di gandeng oleh Regan keluar rumah dengan Shalom yang mengikuti dari belakang, wanita itu masih syok.

"galak kayak singa.!"

"hahahahha kok Daddy tau sih?" balas Reyand dengan tawa renyah.

"Heh!!" tegur Shalom dari belakang, siapa yang tau bahwa saat ini wanita itu tersenyum diam - diam.

"kaburrrr......." teriak kedua bocah itu kemudian berlari ke arah gerbang, dimana Putra telah berdiri di ambang pagar rumah mereka sedari tadi. lelaki itu mempersilahkan Reyand dan Shabyl memasuki mobil boss nya.

Putra memang menginap di rumah sebelah sehabis acara pindahan sang boss. sebenarnya yang tidur di rumah sebelah adalah Putra dan Regan baru saja akan pindah hari ini. lelaki itu sengaja memakai pakaian jogging setelah jongging di dekat Apartemennya dan berkendara menuju rumah Shalom dengan sengaja, dan tak lupa menghubungi Putra untuk ke rumah sebelah. akal bulusnya berjalan kan. hmmmm....

"by the way.. kamu cantik dengan pakaian ini, saya suka.!" Regan berucap dengan tenang tanpa nada jahil di sana, kemudian berjalan menyusul anak - anak untuk berangkat ke sekolah mereka.

"Hah.?" Regan meninggalkan Shalom berdiri di ambang pintu, wajahnya kini muncul semburat merah menahan malu.

.

.

.

tobe continued*

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height