+ Add to Library
+ Add to Library

C2 TAKDIR

lama mengolah data - data di komputer nya Shalom di kejutkan oleh suara pria yang begitu familiar di telingahnya.

"ehem.. excuse me, bisa saya bertemu Pak Direktur?" ucap seseorang itu membuat Shalom yang sedari tadi fokus kepada komputernya menongak melihat sang empuh suara.

Tubuh gadis itu langsung membeku, saat pertama kali nya mata itu melihat kearah depan, mata coklat itu tak pernah dilupakan olehnya, laki - laki yang penuh kasih sayang mencintai nya dengan tulus kini berdiri di hadapannya.

"Regan..."

"ehem.." dehem orang tersebut menyadarkan lamunan Shalom, merasa sesak di hati nya karena sang pria terlihat biasa saja saat bertemu pandang kembali dengannya setelah lima tahun terakhir.

Shalom mencoba menelan kegugupannya dengan kembali berekspresi biasa dan merilekskan respon tubuhnya terhadap lelaki dihadapannya ini. "ehemm ... eehm tapi maaf Pak, Pak Bryan nya belum datang, mungkin sebentar lagi beliau sampai. apa anda mau menunggu?"

"ah ya, bisa saya menunggu di ruangannya, saya sengaja datang pagi untuk memberi dia kejutan." ucap laki - laki itu dengan santai nya kemudian meraih ponselnya yang berbunyi.

"ah baiklah, mari saya antar." Shalom mencoba menetralkan nada suara nya yang bergetar, hati nya sakit saat lelaki yang sampai detik ini di tunggunya seolah tak mengenal nya sama sekali.

"kalau begitu, bisa tunggu sebentar. calon istri saya sedang menuju kemari." intruksi lelaki itu yang tak lain adalah Regantara sang mantan kekasih yang sudah lama meninggalkan negara nya, ucapan Regan membuat Shalom memandang lelaki itu dari belakang karena memang Regan sedang berdiri membelakanginya.

menunggu seseorang yang baru saja di sebut sebagai calon istri. hancur sudah kepingan hati yang tertinggal itu, remuk sudah jantungnya, sesak semakin menyakitinya saat seorang wanita cantik berbodi bagus datang dari arah lift menuju sang lelaki dengan wajah manisnya.

hemm sungguh sangat tidak bisa di bandingkan dengan dirinya saat ini, Shalom hanya berusaha menjadi ibu yang baik untuk anak - anaknya, jadi hal yang mengenai gaya fashionnya sangat jauh berbeda dari yang dulu.

miris hati nya di sini menunggu tapi lelaki itu sudah mencintai gadis lain, mungkin Tuhan memang memberinya sebuah tamparan yang telak melukai seluruh syaraf nya hingga saat ini ia tak mampu memasang wajah baik - baik saja dan bahkan ia tidak sanggup berdiri dengan benar.

"sayang? temen kamu udah dateng ? terlalu pagi gak sih, aku masih ngantuk padahal." ucap sang gadis merajuk, Shalom yang melihat interaksi keduannya hanya bisa menunduk malu. sial, hatinya terasa diremas -remas, sakit sekali.

"silahkan Pak, Bu.." Shalom mempersilahkan kedua orang tersebut untuk memasuki ruangan Bryan, dimana terdapat sofa di dalam ruangan tersebut jadinya bisa menunggu di sana.

"Bu? gak ngaca? situ yang malah mirip ibu - ibu! saya cantik begini kamu panggil Bu! sejak kapan saya punya anak kayak kamu. " ketus Natali

"ehm maaf.. saya hanya menyamakan panggilan anda dengan Tuan.." ucap Shalom berusaha sopan

"Regantara." ucap Regan tegas dan masa bodo melewati mereka yang masih di ambang pintu kemudian segera duduk dengan kaki kanan diatas kaki kirinya, lelaki itu tampak langsung mengecek ponselnya.

"yaa, Pak Regantar-a...."

"eww, mulai sekarang panggil saya Nyonya!" gadis berambut blonde itu melenggang masuk , duduk di samping Regan dengan sangat menempel dan meninggalkan Shalom yang terdiam di ambang pintu.

"silahkan keluar, terima kasih sebelumnya." ucap Regan tegas tanpa memandang wajah Shalom sama sekali.

"baik." balas Shalom sembari menunduk kemudian menutup pintu ruangan Bryan.

" sakit banget Ya Allah." Lirih Shalom pelan setelah menutup pintu ruangan tersebut.

selang beberapa menit Shalom mendapati Bryan keluar dari dalam lift, eksekutif muda itu tersenyum ramah kepada Shalom. " morning! " sapa lelaki itu

"morning.. ehm Pak, anda ada tamu di dalam." Bryan mengangguk seolah mengatakan ia sudah mengetahuinya.

"ya Regan udah chat gue, yak elah Shal biasa aja sama gue. jangan formal mulu!" protes Bryan dengan wajah jengah melihat ekspresi datar Shalom yang selalu begitu saat bersama nya di kantor.

"Bryan walaupun lo temen Sma gue, gue harus jaga attitude gue pas di kantor kan." Shalom akan selalu ada jawaban saat Bryan meminta wanita itu seperti mereka dulu, berteman bukan canggung begini.

"ya ya ada jawaban mulu lo, ok deh. have a good day beauty!"akhir lelaki itu dengan mengedipkan satu matanya Bryan akhirnya memasuki ruangannya.

.........

Bryan memasuki ruangannya dengan wajah ceria dan segera memeluk pria yang sudah menunggu nya sedari tadi ala lelaki.

"wess apa kabar Pak Bos?" sarkas Bryan dengan gaya nya yang tetap sama semasa sekolah dulu.

"seperti yang lo liat." jawab Regan dengan cool nya hanya memasang wajah datar.

"ohh yah, siapa?" tegur Bryan mendapati seorang gadis yang hanya diam memandangi mereka yang sedang melepas rindu.

"oh ya kenalin, dia Natali, Natali dia Bryan sahabat Sma aku." ucap Regan memperkenalkan mereka.

"ohya, salam kenal. Bryan!"

"Natali, salam kenal." balas Natali dengan senyum manis.

"ohya, gue kaget tadi di luar..." ucapan Regan terpotong kala ada seseorang yang mengetuk untuk mengantarkan minuman untuk mereka.

"permisi... minuman-nya Pak, Nyonya dan Tuan." ucap Shalom sedikit berjongkok sopan karena memang meja kaca sofa di ruangan tersebut rendah.

"Terimakasih Shalom. kenalin dia Shalom asisten gue, dan yaa lo tau kan temen Sma kita dulu, Shalom anak Bapak Widjoyo." ucap Bryan kepada Natali dan Regan.

lelaki itu hanya diam memandangi wajah pucat Shalom namun Regan menepis kekhawatirannya, lelaki itu segera mengalihkan tatapannya.

"Asisten itu kerjaannya sebelas dua belas sama pembantu ya?" sindir Natali membuat Shalom tersentak lalu terdiam dan menunduk.

"Nat-"

"saya permisi Tuan - Tuan dan Nyonya!" potong Shalom cepat kemudian berbalik keluar dengan cepat.

"bisa jaga ucapan kamu ketika di luar?"

"ck, gitu aja ke singgung. gue kan ngomong fakta!" sarkas Natali mendengus kesal mengomentari sikap Shalom tadi.

Regan terdiam memandangi kopi buatan Shalom, bayangan masa lalu memenuhi kepalanya saat ini. "Apa kabar kamu?" rasanya Regan ingin menanyakan itu kepada Shalom namun lagi - lagi terhalang oleh gengsi dan bibir yang terlalu kaku untuk berbicara.

"jadi gimana?" tanya Bryan sembari menyeruput kopi buatan Shalom.

"apaa?" tanya Regan balik tanpa dosa memandang sahabatnya ini, sebenarnya laki - laki itu sudah mengetahui rencana mereka namun ya, Regan mencoba sedikit menjahili sahabatnya ini.

"ck.. gantiin gue karyo! gue akan ada beberapa keperluan di hongkong, karena Widjoyo dan Hartono membuka cabang baru!"

"dan lo mau, gue lepasin tanggung jawab gue sama perusahaan gue sendiri gitu?"sarkas Regan yang memang sudah memiliki perusahaan sendiri di jerman maupun indonesia yang kini sedang berkembang pesat, perusahannya terdiri dari beberapa mall dan bidang fashion yang terkenal saat ini, salah satunya di pegang oleh Natalie.

"yaaa, yaudah kalo lo gak mau sih. cuma percuma dong lo balik ke indonesia tapi gak berguna."

"Anjg kasar lo!!!" ketus Regan tak terima.

"hahaha ya makanya sesuai perjanjian kita ."

"ck iyee. lo tenang aja, gue paham sama perusahaan ini, lagian bukannya Aditama corps udah pernah kerja sama kan sama Wj Inc." Bryan mengangguk sebagai jawaban.

...............

lama berbincang akhirnya Regan dan Natali keluar dari ruangan Bryan, menyisahkan Bryan sendirian di dalam ruang direktur tersebut.

Regan berjalan keluar tanpa melihat sama sekali ke arah Shalom, dengan tegas nya lelaki itu berjalan menuju lift dengan di gandeng Natalie, wanita itu bahkan menatap sinis Shalom yang mengintip kepergian mereka lewat meja kerjanya.

sampai di dalam lift barulah Regan memandang sendu sesuatu di hadapannya, walaupun pintu besi yang hanya ia pandang tapi pikirannya terpusat pada wanita yang tampak pucat di meja kerja nya tadi. wanita itu apa baik - baik saja? batin Regan ingin sekali menatap mata itu dan mengatakan bahwa..

Drtt...drtt...

"Ya."

"ok."

"ehm Re, nanti aku pulang sendiri ya, soalnya ada urusan di butik kita. " Regan mengangguk dan segera berpisah dengan Natali di lobi. Regan yang memang mengantarkan Natali sampai ke dalam mobil taksi.

setelahnya Regan juga memasuki mobilnya sendiri di parkiran, namun sebelum benar - benar menghidupkan mesin mobil nya, Regan melihat Shalom juga keluar kantor dengan memasuki mobil camry putih yang terparkir tak jauh dari mobilnya.

tanpa pikir panjang Regan menginjak gas nya mengikuti wanita itu dengan berusaha tak terlalu kentara. Regan mengernyit ketika Shalom memasuki kawasan sekolah Paud.

"ngapain dia disini.?" gumam lelaki itu pada dirinya sendiri. akhirnya karena rasa penasaran dalam dirinya yang tinggi lelaki itu ikut memasuki kawasan sekolah Paud elit itu dengan memarkirkan mobilnya dekat dengan mobil Shalom, beruntung kaca mobil nya gelap sehingga tidak terlihat dari luar.

Shalom keluar dari mobilnya ketika melihat anak - anak kecil seusia anaknya sudah pada keluar kelas untuk pulang, begitu pula dengan Reyand dan Shabyl.

"Mommy..." teriak bocah perempuan dengan riangnya berlari ke arah Shalom. Regan terdiam kaku di dalam mobil melihat adegan pelukan antara Shalom dan bocah itu. mommy?

hati Regan berdetak tak karuan saat memandang wajah manis bocah itu, ada rasa berdesir di hatinya. apakah Shalom sudah menikah, dengan Abraham kah? Shabat semasa SMA mereka dulu. benak laki - laki itu bertanya - tanya.

wah... sudah banyak sekali perubahan yang terjadi setelah ia pergi meninggalkan kampung halamannya ini, Regan tetap berdiam diri di dalam mobil tersebut dan matanya tak pernah sekalipun lepas dari dua insan yang sedang berpelukkan itu hingga bocah laki - laki yang terlihat mirip dengan sang bocah perempuan datang menghampiri dan langsung mencium pipi Shalom.

setelah acara peluk - pelukkan yang di lakukan mereka, Shalom dan anak - anaknya bergegas memasuki mobil dan melesat pergi.

Regan tersenyum kecut menyadari sikapnya yang tidak bisa move on dari wanita itu sejak dulu, sulit bagi Regan membuka hati nya kembali, hanya wanita itulah yang selalu dalam pikirannya hingga ia dijodohkan pun hati nya tidak bisa berbohong bahwa ia masih menginginkan Shalom menunggunya ketika ia kembali. dan semua terjawab sudah, wanita itu sudah bahagia tanpanya. kini tinggal ia yang harus mencari kebahagiaan lain.

Regan mengetukkan jarinya di stir, berpikir keras tentang tawaran sang sahabat. hingga satu pemikiran berhasil di raihnya, pria itu berpikir akan tetap menerima tawaran itu sebelum acara penikahannya dan tentu saja bisa melihat dia disana. sebagai asistennya kan?

Regan meraih ponselnya dan menghubungi Bryan, dengan nada tegas lelaki itu menerima tawaran Bryan, bekerja sama dengan Regan yang memimpin di perusahaan cabang ini.

"yo, Bro ada apa?" tanya Bryan.

"gue terima tawaran lo, dan gue mau besok gue udah bisa kerja!" tekan Regan tanpa basa basi.

"gila gercep amat, yaudah bisa! tenang aja, besok ni ruangan udah bisa jadi milik lo selama tiga bulan kedepan."

"ehm.." sahut Regan dengan senyum liciknya.

"btw, thanks bro. sukses!"

"lo juga, semoga sukses di sana."

"yoo pasti."

Regan mematikan sambungan telponnya dengan senyuman smirk yang penuh mistery. "tunggu aku baby!" gumam Regan pelan.

.

.

.

tobe continued*

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height