+ Add to Library
+ Add to Library

C3 BOSS BARU

"Mommy... "

"yes Love.!"

"we have guests."

"who is the guest.?"

" I don't know.! aku ndak buka pintu nya mom, aku manggil mommy buat bukain." sahut bocah itu polos, Shalom menghelah napasnya mendapat balasan sang anak.

"hemmm yaudah, kalau gitu Shabyl tunggu di dalam saja ya." Shabyl mengangguk kemudian berjalan kearah ruang keluarga dan duduk di sofa dan bocah perempuan itu anteng dengan menghidupkan televisi menonton acara kesukaannya.

Shalom berjalan kearah pintu utama dengan pelan, ia merasa agak takut pasalnya jam sudah menunjukkna pukul 10 malam, siapa kira - kira bertamu.?

tok tok tok...

pintu di depannya masih terdengar diketuk oleh seseorang dengan membuka kuncinya Shalom akhirnya membuka pintu dengan pelan.

"Assalamu'alaikum kak.."

" oh Arsana.?"

"kenapa kok malam banget .?" tanya Shalom kemudian menarik tangan adiknya untuk masuk.

"kangen bocil - bocil.!"

"hemm kamu ini, trus sama siapa kesini, Antariksa gak ikut.?"

"ada tuh bareng Papa nya."

"oalah .. yaudah masuk. mau nginap kah.?" Arsana mengangguk kemudian mendekati Shabyl yang terlihat mengantuk di ruang tv.

"loh... sayangnya Mama kenapa belom bobo.?" tanya Arsana pelan sembari menyisipkan rambut sebahu Shabyl yang kerli itu.

"oh Mama...! Shabyl beyom ngantuk ihh.!"

"boong.! ini matanya udah sayu - sayu. "

"ihh ndak ya.!" bela Shabyl terhadap diri sendiri.

"ihh mana Abang sayang.?" tanya Arsana sembari celingak - celinguk, sedangkan suaminya sudah anteng duduk di sofa sebelah sembari menidurkan anak mereka berdua.

"Abang.? entah pun Shabyl tak tau.!" jawab bocah itu menirukan logat kartun kesukaannya.

"yaudah, bobo yok, sama adek Anta juga. Mama nginep lo.!"

"benelan Ma.?" Arsana mengangguk meniyakan pertanyaan bocah perempuan itu sehingga membuat bocah itu loncat - loncat kegirangan.

bisa di bilang sebelum benar - benar pindah di rumah sendiri, Arsana adalah teman bermain dua bocah itu, panggilan Mama pun sudah tersemat lekat di antara mereka.

"yaudah ajak Shabyl tidur aja Na, Abram juga. tidur gih kalian di kamar tamu. kakak juga mau tidur." berhubung sudah sangat malam, Shalom langsung memerintahkan adik - adiknya yang baru saja tiba untuk langsung istirahat.

mendengar titah Shalom mereka segera berjalan ke arah kamar tamu, sedangkan Shalom ke kamar utama di rumah ini yang memang kamar pribadinya.

.........

matahari menelusup di jendela dengan malu - malu menampakkan sinar yang sebentar lagi akan memberikan kehidupan bagi bumi. Shalom terkesiap melihat sinar matahari saat mata nya baru saja terbuka.

"sudah terang.? jam berapa sekarang.?" gumam Shalom pada diri sendiri.

"Astagah..... jam 6 : 20 anak - anak..." Shalom dengan cepat melesat ke kamar mandi dan bersiap ke kantor, setelah bersiap dengan seragamnya Shalom membangunkan kedua anaknya serta pasangan semalam yang sempat - sempatnya menginap diruamh miliknya ini, kemudian menyiapkan sarapan untuk mereka semua.

selang beberapa menit anak - anaknya dan Arsana serta Abram sudah berkumpul di meja makan," atasan lo nanti baru kak." ucap Abraham pelan, dan Shalom menoleh ke arahnya meminta penjelasan.

"Bryan, dia gue suruh buat urus cabang dihongkong, nah kan lu gak mau tuh pegang jabatan direktur jadi mau gak mau ya ada yang gantiin sementara."

"siapa.?" tanya Shalom merespon cerita sang adik ipar.

"nanti lo juga bakal tau.!" ucap Abraham acuh.

"iss apaan sih lo pake rahasia - rahasiaan pula." ketus Shalom dengan wajah jengkelnya sedangkan Abraham terkekeh.

"ehmm.. kakak baik - baik aja kan tinggal cuma bertiga begini.!"

"kakak akan baik - baik aja , kamu jangan khawatir." tegas Shalom membuat Arsana menghelah napsnya lelah, lelah membujuk kakak nya untuk tinggal di rumah orangtuanya saja. karena Devan dan Sonya sekarang hanya tinggal berdua saja di ruamh besar mereka. sedangkan Arsana dan Abraham telah menempati rumah milik mereka sendiri juga, yaa walaupun begitu Arsana dan anaknya ada sosok pria yang akan melindungi mereka walaupun jauh dari saudara.

"kakak gak ada niat cari daddy buat anak- anak.?"

Shalom tersedak mendengar ucapan sang adik, " enggak dulu deh, kakak sekarang mau fokus dengan perkembangan anak - anak."

"nah masa - masa perkembangan anak - anak lah kakak harus ada pendamping, jadi mereka ada sosok Ayah yang akan membuat mereka bertumbuh dengan baik di masa itu."

"nanti kakak pikirin deh sama usulan kamu, lagian juga ya karena agak sulit dapetin cowok yang nerima kakak dengan dua buntut gini.! kakak gak mau egois Na, apalagi dengan cuma mau memikirkan kebahagiaan kakak." bukan apa - apa Shalom pernah melakukan apa yang di usulkan Arsana, namun kebanyakkan dari mereka menolak ketika tau Shalom sudah mempunyai anak.

"ya aku ngerti kok, maaf jika aku nyingguk kakak. tapi, aku liat dikantor banyak yang suka sama kakak, apalagi Bryan perhatian banget gitu ." Arsana memandang wajah Shalom lekat berusaha meyakinkan sang kakak untuk mencari sosok Ayah buat si kembar.

"kakak bakal terima laki - laki yang terima anak kakak dengan tulus Na, itu aja.!" jawab Shalom mantap.

"semoga laki - laki itu segera dateng ke kakak secepatnya. Tuhan gak tidur, Ia tau mana yang terbaik buat kita kak."

"iya, makasih atas nasihatnya ya."

setelah sarapan Shalom kelimpungan pasalnya jam sudah menunjukkan bahwa sebentar lagi

jam kerjanya di mulai, haduh pasti gara - gara megobrol tentang masa depan ni.!

"Astaga udah jam segini, mana katanya boss baru mau dateng."

"yaudah kakak berangkat aja duluan , biar gue yang anter si kembar."

"serius lo Bram."

"iyeee kek sama siapa aja, gini - gini aku Papa mereka juga."

"ehmm thanks banget ya. Na, kakak berangkat ya, titip duo kembar nanti kakak yang bakal jemput." ucap shalom kemudian dengan cepat mencium kedua pipi anaknya serta Arsana. ini yang Arsana suka dari perubahan Shalom, wanita itu menjadi lembut dan penyayang.

"hey anak Mommy, baik - baik ya sama Papa dan Mama, di sekolah baik - baik juga.! main boleh tapi kalo nakal Mommy marah, ok.! Mom berangkat duluan ya sayang, have a good day twins." nasihat Shalom kepada dua anaknya.

"siap Mom, Thabyl ndak akan nakal kok." ucapnya bocah itu lucu sembari membalas ciuman dan pelukkan sang Ibu.

"yes Mom, I know.!" jawab sang abang dengan senyum manisnya, haaa sungguh persis dengan sang Ayah. batin Shalom berteriak.

"Mommy pergi dulu ya dedek Anta."setelah mencium Antariksa, Shalom keluar dan pergi menggunakan mobilnya."Assalamu'alaikum.!" ucapnya sebelum benar - benar keluar rumah.

"iya Wa'alaikumsalam." jawab Arsana dan Abraham berbarengan.

"yaudah kami juga berangkat Mama Nana." Abraham mengecup kening dan bibir istrinya cepat dan tak lupa pamit kepada sang anak. berhubung bocah itu masih berusia 2 tahun, maka tak banyak celotehan yang di berinya saat sang Ayah berpamitan juga pada bocah itu. kemudian keluar dengan mengandeng dua kembar.

tinggalah Arsana dan Antariksa di rumah minimalis tersebut. kedua nya masuk dan mulai melakukan aktivitas seperti biasa jika sudah menginap di rumah sang kakak.

.................

di tempat lain terlihat seorang laki - laki sedang berdiam diri di dalam mobilnya, laki - laki itu sudah sejak sepuluh menit yang lalu memandangi sebuah tempat yang membuat hatinya kemarin mendadak berdesir, siapa lagi kalo bukan sang taipan yang tampan. pemilik beberapa perusahaan yang sedang berkembang sangat pesat saat ini, Regantara .

Regan sejak pagi sudah anteng mantengin sekolah Paud ini, laki - laki itu hanya duduk menunggu seseorang dengan dua anaknya, ia sungguh mati penasaran.

hingga sebuah mobil keluaran terbaru berhenti di depan mobil nya yang terparkir di pinggir jalan, ya memang Regan tidak masuk ke dalam sekolah, karena ia pikir tak akan lama di sekolah ini, hanya dengan melihat sang incaran sebentar saja barulah ia berangkat bekerja.

namun kali ini pemandangan yang ia lihat di depan benar - benar membuat hatinya mendadak sesak dan sangat berdetak kencang, seakan jantung lelaki itu akan runtuh saat ini juga. rasa sakit itu masih ada, dan jika boleh jujur Regan masih mencintai dia yang kini.. "Abraham.? " gumam lelaki itu lirih saat melihat dua bocah turun dari mobil di depannya ini dengan digandeng sahabatnya satu itu.

sangking penasarannya Regan keluar dari persembunyiannya dan mengikuti mereka dari belakang, Regan tetap menjaga jarak dari mereka dan memastikan mendengar percakapan antara lelaki dewasa dan dua bocah tersebut.

"Papa.? nanti kita main lobot - lobotan yuk.!" ajak gadis perempuan yang di gandeng Abraham di tangan kanannya.

"iya pulang sekolah ya." sahut Abraham masih dengan mengandeng kedua bocah itu, tanpa tau seseorang yang sekarang merasa hampa mendengar panggilan antara kedua orang di depannya ini.

"iss abang dah bilang, jangan mainin robotan abang.! kamu itu mainnya boneka aja." Reyand sungguh mengoarkan kegalakkannya, dengan mata melotot Reyand bahkan berhenti berjalan dan melihat ke arah Shabyl.

"ihh tapi kan Thabyl mau main lobot.!" ucap sang adik dengan memelas.

"gak boleh.!! robotan buat anak cowok, kayak abang.!" ketus bocah lelaki itu tegas malah membuat mata sang adik berkaca - kaca hendak menangis.

"Papa.. hiks abang pelit.!" teriak Shabyl.

"iya bener kata abang, kamu main boneka aja, kan Mom sudah banyak beliin dedek boneka, abang cuma ada robotan masa ia kamu ambil juga." nasihat Abraham menenangkan kedua bocah itu yang hendak ribut.

"hiks tan Thabil mau main lobot pa." Shabyl merengek melihat ke arah Papanya, Abraham yang peka langsung mengendong bocah perempuan itu dan menenangkannya sebelum masuk ke kelas, Abraham paham akan sikap cengeng Shabyl. bocah perempuan ini hanya haus akan kasih sayang sang Ayah, yang tak pernah di ketahui oleh Abraham siapa sosok lelaki bajingan itu yang sudah menodai kakak iparnya tanpa bertanggung jawab.

"yaudah nanti Papa beliin deh buat Shabyl tapi jangan ganggu punya abang.!" ucapnya sembari mengelus punggung Shabyl.

"tekalang ya Pa.!" rengek bocah tersebut dengan menenggelamkan kepala nya di curuk leher sang Papa.

"eeh sekolah dulu dong, anak Papa kan pinter.!" Shabyl tampak berhenti dengan tangisannya namun masih dengan sesegukkan, "tapi janji ya Pa.!" gumam Shabyl sembari menangkup wajah Abraham dengan kedua tangan mungilnya. Abraham mengangguk dan tersenyum manis kemudian mengecup pipi gembul Shabyl gemas.

setelah sang anak terlihat tak menangis lagi, Abraham kemudian kembali berjalan dan tak lupa kembali mengandeng tangan Reyand. lelaki itu mengantar mereka hingga duduk di bangku kelas.

Regan yang melihat interaksi mereka hanya bisa terpaku dan terdiam. apakah ia benar - benar sudah terlambat.? tapi di pikir - pikir kedua bocah itu tak ada yang miripnya dengan Abraham. ahh pemikiran macam apa itu.! benaknya berteriak ingin mengatakan fakta itu adalah benar namun di sisi lain, ia tak boleh memanfaatkan fakta itu untuk menyangkal kebenaran yang terlihat sekarang. wanitanya sudah bahagia dengan keluarga kecilnya.

dengan lemas Regan berbalik dan berjalan kembali menuju mobilnya untuk segera pergi menuju kantor, sudah terlambat sekitar lima belas menit, hari ini adalah pengumuman kepemimpinannya di perusahaan Wj Inc.

sebelum benar - benar menyalahkan mesin mobilnya Regan menyandarkan tubuhnya, lalu lelaki itu memejamkan matanya mengingat adegan sweet antar Ayah dan anak tadi membuatnya sakit, teramat sakit ketika mengetahui satu fakta ini. sanggupkah ia bertemu dan bekerja sama dengan wanita itu selama 3 bulan kedepan, apakah mereka akan mengumbar keromantisan di depannya nanti. Regan merasa ingin mati jika memang benar - benar semua itu terjadi.

kembali ke dalam sekolah, Abraham sudah sampai mengantar mereka hingga duduk di bangku masing - masing. seperti biasa lelaki itu pasti akan mengatakan beberapa kata sebelum pergi.

"Abang.. nanti jagain adek ya, jangan cemberut gitu. Papa nanti beliin satu - satu permintaan kalian." bujuknya dengan melihat ke arah Reyand yang menampilkan wajah kesal.

"iya Pa, I'll always protect my Sister." ucap bocah lelaki itu setenang mungkin, Abraham sempat tersentak menyadari sifat sang anak yang mengingatkan ia dengan seseorang.

"yup. Papa percaya sama kamu.! yaudah Papa berangkat kerja. kalian baik - baik ya." mereka mengangguk, tak lupa Abraham mengecup kening keduanya, dan lelaki dewasa itu juga mengusap kepala sang anak gadis imute nya ini.

.

.

.

.

tobe continued*

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height