Mommy! Where's Daddy?/C5 ANTARA BENCI DAN CINTA
+ Add to Library
Mommy! Where's Daddy?/C5 ANTARA BENCI DAN CINTA
+ Add to Library

C5 ANTARA BENCI DAN CINTA

Regan termenung di meja kerjanya masih memikirkan kejadian beberapa menit tadi, ia merasa sangat menyesali pertengkaran mereka tadi.

tak ada lagi yang harus ia kerjakan ya karena hari ini adalah hari pertamanya maka jadwal yang ia terima tak terlalu banyak terlebih sang asisten masih tak sadarkan diri di ruangan pribadi yang berada di depan mata nya saat ini.

Regan meremas rambutnya menyesali semua perkataan laknat yang keluar dari mulutnya, bagaimana bisa mulutnya melontarkan kata - kata yang begitu menyakitkan untuk wanita itu.

drtttttt...drrttttt

suara getaran yang berasal dari saku jas nya membuat atensi eksekutif muda itu beralih ke arah benda pipih tersebut.

"Tuan ada sesuatu hal yang harus anda ketahui."

"apa.?"

"Shalom hamil semenjak masih duduk dibangku Sma." tubuh Regan menegang mendengar penjelasan sang bawahan yang memang diperintahnya untuk mencari informasi mengenai Shalom.

"................"

"selidiki kembali.!"

"........"

"iya, saya tunggu kabar selanjutnya." ucap Regan mengakhiri sambungan telponnya dan menaruh kembali ponsel itu di saku jas nya.

apa yang ia lakukan saat ini, bukankah sudah terpatri kata benci untuk wanita itu, kenapa ia begitu masih ingin tahu mengenai mantannya itu? apa rasa cintanya terlalu besar sehingga perasaan benci yang ia tanam percuma ketika dirinya di tempatkan kembali bertemu wanita itu? kenapa? benaknya bertanya - tanya sejak kemarin.

sesaat kemudian laki - laki itu melirik arloji dari brand terkenal di pergelangan tangan kirinya, jam sudah menunjukkan pukul 12 lewat. bukankah sudah waktunya anak - anak pulang sekolah? Regan tersentak saat mengingat Shalom yang pingsan dan anak - anak wanita itu.

dengan cepat pria tampan berkharisma itu bergegas meninggalkan ruangan dan memasuki mobilnya menuju taman kanak - kanak. sesampainya di sekolah paud tersebut Regan dibuat bingung saat anak - anak sudah pada berhamburan menemui orangtua mereka dan bergegas meninggalkan sekolah.

malas berdesakkan apalagi harus celingak - celinguk, Regan akhirnya memilih duduk di bangku salah satu yang berada di depan sebuah kelas. ia juga tidak mengetahui bagaimana struktur bangunan sekolah ini, ia hanya duduk sembarangan sembari menunggu batang hidung anak mantannya terlihat.

selang beberapa detik Regan menduduki dirinya dibangku tersebut, ia dikejutkan oleh seorang bocah perempuan yang sangat eh... menggemaskan.

"ehem!" tegur bocah itu karena ingin meminta Regan untuk sedikit menyingkir agar bocah itu bisa duduk.

Regan hanya menaikan satu alisnya bingung. sedikit lupa wajah anak - anak Shalom namun saat tatapannya mengarah ke arah gadis di depannya ini, seperti pernah lihat. pikirnya merasa tak asing sama sekali.

"om, minggil dong! kan Thabyl mau duduk juga." ketus gadis kecil itu dengan tampang menggemaskannya.

Regan yang tak mengerti dengan perkataan sang bocah hanya cuek bebek tanpa memperdulikan omelan bocah tersebut.

"ihh om budeg ya." Regan melotot mendapat ucapan nyaring bocah itu dengan wajah garang seakan ingin menelan Regan sekarang juga, namun di penglihatan lelaki itu malah sangat menggemaskan.

Regan akhirnya sedikit mengerti maksud sang bocah, lama saling berdiam Regan melirik bocah disebalahnya ini. " ehemm." deham Regan memancing perhatian bocah tersebut.

"kamu.. sendirian aja?" bocah perempuan yang tak lain adalah Shabyl itu menganggukkan kepalanya.

'kok gak pulang?" tanya Regan basa - basi.

"nunggu abang nih lama. trus mana Mommy ndak jemput.hikss.. tan Thabyl jadi akut!"

"lah abang kamu kemana?" ucap Regan kaget, ia juga tersentak akan respon dirinya sendiri. sepeduli itu sama orang lain bukan dirinya sama sekali. tapi bocah ini begitu sangat di gapai Regan untuk mengetahui lebih dekat.

"kamal mandi katanya, tapi ndak balik - balik!" aduh Shabyl dengan wajah cemberutnya.

"oh, gimana kalau kita cari abang kamu?"

"kata mommy ndak boleh ikut olang ating, nanti di tulik! Thabyl ndak mau di tulik toalnya belom ketemu tama Daddy!" jelas bocah itu panjang lebar. Regan mengernyitkan dahinya, karena penasaran lelaki itu akhirnya merogoh saku jas nya dan membuka aplikasih galeri dalam handphonenya. menunjukkan foto seseorang yang mungkin dikenali bocah ini.

"ohh Mommy? om kenal Mommy?" tanya Shabyl antusias ketika Regan menunjukkan foto Shalom dulu. pintar sekali bahkan foto lama ibunya bocah ini bisa mengenali. Regan tersenyum ternyata benar bocah ini anak Shalom pantas saja ia merasa tidak asing.

"yaa, dan jangan anggep om orang asing lagi ya?" ucap Regan tanpa sadar membuat hatinya sendiri berdesir saat melihat senyuman terukir dari wajah imute bocah di hadapannya ini.

"nama kamu siapa?"

"Thabyl om."

"Thabyl.?

"isst bukan Thabyl tapi sThabyl ommm!!!"( *Shabyl susah bilang S dan R)

"hah?"

"huu Thabylllll.... maca ndak ngelti! " protes bocah itu, tentu saja Regan tak mengerti ni bocah masih cadel pula.

"yaudah maaf ya, kalo gitu kita cari abang kamu!" Shabyl mengangguk dan beranjak dari bangku tersebut.

"yaa ndak papa kok, ayok om kita cali abang!"

"ehm toiletnya arah mana?" Shabyl menunjukkan jalan mereka menuju koridor ujung yang sedikit berbelok kekanan, saat sampai di depan sana terlihat bocah laki - laki sedang bertengkar dengan bocah yang di percaya Regan adalah abang sang bocah perempuan ini, pasalnya wajah mereka bak pinang di belah dua, dan.... kok mirip?

"Abang?" panggil Shabyl berlari mendekat sang kakak.

"kamu ngapain kesini, abang suruh kamu buat tunggu!"

"abang lama, Thabyl takut."

menghelah napasnya Reyand kemudian menoleh kearah Regan dengan wajah mengernyit bingung.

"ada apa ini?" tegur Regan kepada sang kedua bocah dan ada satu guru yang sepertinya sempat melerai perkelahian antar dua bocah laki - laki ini.

"maaf Pak, sebelumnya kedua bocah ini sedang berkelahi dan untungnya ada saya, mereka berantem tentang.."

"anak haram tuh gak pantes sekolah disini! kata mama aku kamu gak punya ayah, itu namanya anak haram kan buk!" ucap bocah laki - laki itu dengan garangnya meminta Ibu guru yang terlihat masih muda itu menyetujui ucapannya.

"Nico gak boleh ngomong begitu!" ucap sang guru lembut.

Regan mengepalkan kedua satu tangannya yang tidak berada di saku, ia merasa tercubit ketika perkataan itu keluar dari mulut bocah yang belum genap 5 tahun ini. kenapa begitu sakit mendengarnya, Regan jadi mengingat perkataannya beberapa jam belakang kepada Shalom.

"iya kan bener buk guru!"

"Astafirullah Nico. gak boleh begitu.! cepet minta maaf, ibu guru gak suka.!" ucapan sang guru terpotong karena ucapan Regan yang sudah mulai geram dengan kelakuan bocah ini, apa pantas anak kecil berbicara kasar kepada teman sekolahnya?

"kamu jangan sembarangan bicara bocah ingusan! kamu tau gak saya siapa.?" tantang Regan dengan wajah dinginnya.

"ihh om gak usah ikut campur ya, emang om siapa?"

"saya Ayah mereka, mau apa kamu hah? kamu gak pernah di ajarkan orangtua kamu bersikap saling menghargai orang lain? mau dia anak siapa emang urusan sama kamu apa hah!" dusta Regan mengaku seolah dirinya adalah Ayah dari si kembar, namun kenapa hatinya serasa bahagia saat mengatakan dialah Ayah mereka berdua.

"heh, sembarangan kalo ngomong, jangan sok bijak di depan anak saya!" suara melengking berasal dari belakang mereka, wajah menor dengan tampilan glamor seorang wanita melotot ke arah Regan dengan wajah sinis nya mulut itu menyindir kedua anak mantannya ini.

"gak usah ikut campur sama urusan anak - anak, kalau anda memang Ayah mereka. kenapa baru nongol? malu ya ngakuin anak kumel kayak mereka sebagai anak? lagian saya lihat - lihat anda cukup kaya dengan tampilan branded gini, gak mungkin Ayah dari bocah kumel kayak mereka. kalo emang Ayah mereka pasti penampilan anda hasil dari nyolong ." sarkas ibu Nico dengan nada suara keras membuat orang yang masih berada di sekitar memperhatikan mereka.

"saya Diam bukan berarti mengalah, saya tunggu anda di pengadilan atas kasus pencemaran nama baik anak saya!" ucap Regan kemudian hendak pergi dengan mengandeng si kembar, namun langkahnya terhenti karena perkataan sang ibu dari bocah nakal itu.

"apa? kamu berani sama saya hah, suami saya manager keuangan di perusahaan Aditama jaya Group yang berpusat di jerman. mau apa kamu? kamu itu belum apa - apa dibanding keluarga kami!"

"ohh hoho manager keuangan ya? kalau begitu kenalin nama saya Regantara G Aditama." ejek Regan tenang dengan wajah datarnya. ibu bermake up tebal itu melotot tegang dan selang beberapa detik tertawa terbahak - bahak mengejek Regan dengan wajah menyebalkannya, semua orang - orang ikut menertawai mereka terlebih Reyand dan Shabyl tertunduk di belakang tubuh Regan.

"haduhh, kalo mimpi jangan ketinggian kamu!"

namun dengan santainya Regan merogoh dompet di saku belakang dan memberikan kartu namanya kepada sang ibu yang langsung terdiam karena kartu nama tersebut.

menekan sesuatu di ponselnya , Regan tak main - main menelpon bawahannya untuk menyelidiki manager keuangan di perusahaannya cabang jakarta. mendengar hal itu sang ibu bocah nakal tersebut terkejut takut dan hendak meraih tangan Regan meminta maaf, namun Regan memasang wajah datarnya kemudian meninggalkan ketegangan yang terjadi dengan gaya coolnya bersama si kembar.

Huuuuuuuuuuu semua orang - orang mengunjing sang ibu dari anak nakal tersebut.

"makanya jangan sombong, baru juga manager keuangan, tungguin aja ntar juga dia miskin karena laki nya di pecat hahaha"

"hihi kalo saya mah malu ya ibu - ibu, makan tuh.! mana ganteng lagi mas tadi jadi salah fokus aing mana ceo aslinya lagi."

"waduh ternyata si kembar Ayahnya orang konglomerat, duh Bu Shalom pinter cari laki ternyata "

"pantes gak pernah diliatin, ganteng takut banyak pelakor kali ya ibu - ibu. hihih"

"iya betul.!"

bisik - bisik orang lain pun terdengar kedatangan Ayah si kembar menjadi gosip terhangat.

.......................

kini mereka sudah memasuki mobil, Regan menyetir dengan tenang di sepanjang perjalanan menuju kantor, Regan hanya sesekali melirik keuda bocah tersebut yang sedang duduk anteng di jok belakang mobilnya.

"om.. sebenarnya siapa? kenapa membawa kami? jangan culik kami om"

"om ini kenal Mommy." jawab Shabyl meyakinkan sang kakak.

"bener om.? kalo gitu om siapanya kami?"

"bukan siapa - siapa!" ucap Regan cepat namun dengan nada tenang membuat Reyand yang bertanya seketika terdiam, baru saja ia benar - benar berharap seseorang dihadapannya ini adalah memang Ayah mereka.

"bukan Ayah kami ya?" lirih bocah itu membuat Regan yang fokus akan pemandangan macet di depan terdiam dan hatinya terasa sesak saat mendengar ucapan putus asa sang bocah.

"kenapa emangnya, bukankah kalian punya Papa?"

"iya punya, namanya Papa Abraham! tapi, kata Mama. Papa punya kehidupan lain gak telalu cama kami, Papa juga punyanya dek Anta!" balas Shabyl dengan wajah menunduk sedih.

" jadi?" tanya Regan dengan wajah songongnya.

"om mau kan jadi Daddy nya kami?" minta Reyand dengan senyum cerianya, kalo dilihat - lihat Reyand memiliki mata, hidung dan senyum yang sama dengannya. apa tidak masalah menjadikan mereka pancingan untuk mendekati sang pawang.?

Regan menampilkan senyum smirknya dan tertawa devil dibalik wajah miteriusnya. baiklah kita memulai permainannya.

"baiklah, anggap om sebagai Daddy kalian!"

"yeeee We have a Daddy!" teriak Shabyl senang.

"tapi aku mau yang selalu ada dan beneran Daddy bukan boongan!" keluh Reyand.

"ok we create it.!"

"really?"

"of course! do you love your Mom? then love Dad too!"

"I love you Dad!" ucap mereka kompak, senyum smirk terpatri di wajah dingin lelaki itu. " mari bermain."

.

.

.

tobe continued*

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height