+ Add to Library
+ Add to Library

C9 KEMBALI

Shalom kembali ke kantor dengan perasaan dongkol, jam makan siang sudah terlewat lima belas menit lalu, Shalom baru saja sampai di ruangannya tepat pukul setengah 2 siang.

baru saja menaruh tasnya di kubikel miliknya Shalom dikejutkan oleh suara bass dari arah belakang." kamu telat lima belas menit!"

"Ash.. Bapak ngagetin aja sih!" ketus Shalom tanpa menjaga nada suaranya, karena wanita itu sudah bertekad tidak akan menghormati boss cabulnya kali ini.

"kamu saja yang lebay!"

"ohiya, gimana keadaan anak kita?"

"anak kita.? kapan buatnya coba?"

"kamu lupa malam itu..." Regan berjalan dengan pelan mendekati Shalom yang sudah terpojok di depan kubikel miliknya.

"ehh bapak mau ngapain? jangan macem - macem ya pak!"

memasang wajah datarnya Regan tak mengubris ucapan Shalom hingga tangannya menarik sebuah daun kering yang tersemat di sela - sela rambut Shalom. " ke GR an kamu!" Regan menunjukkan daun kering itu tepat di depan wajah Shalom, wanita itu seketika membulat dan wajahnya memerah malu.

setelah mengucapkan perkataan yang membuat Shalom malu, Regan memasuki ruangannya dengan santai.

huhhhhhh Shalom bernapas lega karena Regan tak macam - macam dengannya.

kring...

baru saja bokongnya ini terduduk beberapa detik telpon berderik membuat Shalom menggeram.

"hal..

"keruangan saya sekarang!" Shalom memejamkan matanya menahan emosi kepada boss nya ini, untung sayang kalau tidak sudah Shalom penggal kepala lelaki itu. eh tapi diam - diam saja ya bahwa ia masih menaruh dan menyimpan hati kepada lelaki itu.

"permisi.." setelah mengetuk pintu dua kali Shalom membuka suara sekaligus ruangan sang boss.

"masuk."

"ada apa pak ?" Shalom tetap berdiri di hadapan Regan sebelum lelaki itu memberi perintah.

"duduk!" ucap Regan pelan membuat Shalom yang sedari tadi bengong tak memperdulikan Regan menjadi tak mendengar perintah lelaki itu.

"ya?"

Regan menegakkan kepalanya melihat Shalom yang hanya berdiri kaku di depannya dengan wajah cengoh. " duduk! emang mau nagih hutang kamu berdiri terus? udah lemot budek lagi." umpat Regan dengan nada biasa namun tak biasa di pendengaran Shalom yang kini sudah duduk di hadapan Regan dengan raut wajah kesal.

"baiklah, karena pertemuan pertama kita terkesan buruk dan... saya minta maaf atas semua itu. saya hanya salah mengira."

"maksud bapak?"

"saya pikir hati saya masih tertambat ternyata saya salah, mungkin perihal buruk kemarin di dasari karena saya menginginkan kamu tapi.. setelah dipikir - pikir ternyata saya hanya penasaran. intinya saya minta maaf, kita kembali formal saja, anggap kita tak pernah mengenal satu sama lain, saya akan tetap menjadi bos kamu dan kamu asisten saya sudah cukup." ucap Regan panjang lebar membuat hati Shalom berdetak tak karuan, sesak akan perkataan lelaki itu, hampir saja ia meneteskan airmatanya namun dengan kuat ia menahannya. hatinya berdenyut sakit, saat bibir itu dengan luwesnya berucap kata 'ternyata saya hanya penasaran'

"Ahya. baiklah Pak." ucap Shalom dengan nada pelan berusaha menyembunyikan nada getaran dalam suaranya yang mencicit kecil di hadapan lelaki itu, percayalah ketika kau menunggu dia yang kau cinta hampir bertahun - tahun dan sekalinya kembali sudah menjadi milik oranglain dan berucap seperti itu tanpa melihat dirimu lagi membuat hati dan raut wajahmu tak selaras. hati menangisi luka dan wajah berusaha tersenyum menutup luka.

"kalau begitu tolong review kembali laporan - laporan ini sebelum kamu kasih ke saya buat saya tanda tangani!" ucap Regan tegas.

Shalom segera meraih laporan itu dan pamit undur diri untuk melakukan tugas nya. selepasnya wanita itu pergi dari ruangan tersebut Regan tetap tak melepaskan pandangannya dari pintu berwarna putih metalik itu, pintu gagah itu menghilangkan pandangannya terhadap wanita bertubuh ramping yang ia cintai.

bohong jika ia hanya penasaran akan Shalom yang sekarang, biarlah ia melakukan cara ini agar Shalom nyaman dengannya bukannya malah tertekan dan pergi. cukup ia yang menjauh dan menjaga wanita itu dari jauh dan akan mendekat secara perlahan. senyum smirk terbentuk kala pintu itu benar - benar tertutup rapat dan terkunci otomatis.

............

jam sudah menunjukkan pukul 5 sore dan sebagian pegawai sudah bergegas keluar kantor untuk beristirahat dari rutinitas kantor yang padat, lain halnya dengan Shalom yang masih harus mendata semua laporan dan menyusun jadwal sang boss. sepertinya dirinya harus lembur dan anak - anaknya yang ia tinggal di rumah bersama Arsana terpaksa membuat adiknya itu menunggu dirinya pulang malam. ya mau bagaimana lagi ia juga tidak menitipkan anaknya di penitipan tadi siang karena Shabyl belum pulih total.

"Assalamu'alaikum kak?" suara Arsana menyambut ketika Shalom memutuskan untuk menelpon rumahnya dengan nomor kantor. berhubung telpon Arsana tidak Aktif jadilah ia menelpon rumah takut terjadi apa - apa.

"wa'alaikumsalam."

"kakak tumben telpon rumah?"

"iya kakak telpon di nomor kamu gak aktif!"

"ohiya lupa, maaf ya kak. telpon aku mati kehabisan baterai, soalnya habis dimainin si kembar."

"loh, tap mereka kan ada Na?"

"gaktau kemana ih."

"hemm yaudah, kakak cuma mau kasih tau kalau kakak pulang telat, soalnya kerjaan kakak masih banyak!"

"ohyaudah kalau gitu, tapi jangan lupa makan sama ibadah ya kak, jangan terlalu di porsir nanti malah jatuh sakit!" Regan keluar ruangannya denagn pelan dan mengernyit melihat Shalom bertelepon dengan wajah ceria apalagi senyuman manis wanita itu.

"iya sayang! i'll be okay. dah yaa Assalamu'alaikum." ucap Shalom mengakhiri panggilannya dan memutar bangkunya hingga memutar pelan menghadap pintu ruangan sang boss.

"Astagfirullah.. " netra hitam itu membulat melihat Regan berdiri tegak di belakangnya dengan tatapan tajam.

"Ba...Pak ngagetin!" ucap Shalom dengan nada pelan, kali ini wanita itu menjaga nada bicaranya karena ucapan Regan yang meminta mereka untuk kembali formal.

"enak ya? telponan dengan telpon kantor? itu pacar kamu gak ada modal sampe harus telponan pake telpon kantor?"

"hah Bapak jangan sembarangan nuduh dong."

"saya denger kok kamu bilang sayang tadi." sarkas lelaki itu, sedangkan Shalom malah memutar bola matanya jengah.

"terserah deh!"

"kenapa belum pulang?" tanya Regan dengan nada biasa.

"ni orang gak ngaca apa? kan dia yang ngasih kerjaan!" benak Shalom berteriak kesal.

"pekerjaan saya belum selesai Pak.!"

menghelah napas nya dalam Regan bukannya pergi malah duduk di sisi meja kerja Shalom, Shalom mengikuti arah Regan berjalan, dahinya mengernyit bingung saat melihat boss nya bukannya pergi malah menarik kursi satu lagi di sana untuk ia duduki.

"lo Bapak ngapain?"

"duduk." jawab Regan dengan lugas kemudian tanpa dosa lelaki itu malah memainkan ponselnya.

"sebaiknya Bapak pulang deh! saya gak takut ditinggal sendirian kok, udah biasa!" sarkar Shalom kepada Regan.

lelaki itu menaikan satu alisnya saat mendengar ucapa Shalom yang mengusir dirinya. " kamu jangan ke GR an, saya duduk di sini karena lagi nungguin seseorang."

"iya tapi kan bisa di ruangan bapak sendiri!" ketus wanita itu geram.

"ya terserah saya dong, ini kan wilayah kekuasaan saya!"

"terserah deh!"

"sudah dua kali kamu ngomong begitu, kalo sampe ketiga kali saya denger? bener - bener terserah saya loh!" ucap Regan tegas, seolah meminta kesepakatan kepada Shalom.

"terserah!" ucap wanita itu tanpa berpikir hal apa yang bakal Regan lakukan dengan ucapannya ini, beberapa detik kemudian Regan memutuskan sambungan komputer yang di masih dipakai shalom mengetik sesuatu.

"Astagfirullah, kenapa ini?" ucap wanita itu pelan karena mendapati komputernya mati.

melihat ke arah sebelahnya Shalom memicingkan mata curiga dan matanya beralih ke arah bawah melihat kabel - kabel di bawah meja nya, benar saja kabel sambungan komputer tercabut. siapa lagi kalau bukan boss nya.

"bapak kalau mau usil jangan sama saya, saya lagi serius kerja. mending bapak pulang deh!"

" saya gak sengaja!"

"ergh... gak sengaja pala upin - ipin botak? " sarkas Shalom menahan emosinya.

"kenapa?" tantang Regan dengan wajah datarnya.

"hemm terserah deh!" menghidupkan kembali komputernya Shalom berusaha mengabaikan Regan yang duduk anteng di sebelahnya namun belum lima menit juga dirinya kembali bekerja Shalom ditarik paksa oleh lelaki itu.

Cup~~

Regan dengan sekali tarikan mendekatkan wajahnya kepada pipi Shalom dan mengecup pipi itu cepat. otomatis membuat sang empuh melototkan matanya terkejut menerima serangan dadakan seperti itu.

terdiam karena rasa syoknya Shalom baru sadar bahwa Regan kini sudah melangkah menuju lift. matanya bergerak mengikuti langkah Regan yang tenang memencet tombol lift dan menghilang tanpa berkata apa - apa.

"Arghhhhhh...... dasar boss plin plan bilang nya cuma penasaran trus anggep gak pernah kenal sebelumnya tapi ini? ini apa? malah bikin baperrrrrrrrrrr... formal, formal apaan!" kesal Shalom berteriak histeris sembari menarik - narik rambutnya geram dengan perlakukan tarik ulur Regan yang membuat kerja jantungnya dua kali lipat.

.............

"Boss?"

"ya?" Regan kini telah berada di dalam mobil miliknya dan mendapati telpon dari sang bawahan.

"saya telah mendapatkan sampel untuk tes DNA kedua anak Shalom. mau saya lakukan untuk siapa Boss?"

"untuk tetangga saya!"

"lah emang tetangga Boss sang Ayah biologis si kembar? tapi kok si kembar malah mirip.."

"ya untuk saya dong!" sarkas lelaki itu kesal langsung memotong ucapan sang bawahan.

"oh iya hehe maaf Boss lupa!" menepuk dahinya jengah Regan memang selalu melakukan itu ketika berhadapan dengan sang bawahannya ini, jenius tapi lemot. bagaimana coba? tapi dia sangat terpercaya.

" yasudah kalau gitu sampai bertemu di rumah sakit Ibu dan Anak Ghafari Aditama Group!"

"baik Boss."

lima belas menit lalu Regan dan bawahannya mengambil sampel miliknya untuk di cocokan kepada sampel milik si kembar. sang bawahan yang bernama Putra itu mengambil helaian Rambut si kembar dengan di simpan di plastik zipper sedangkan dirinya di ambil sampel oleh dokter dengan cara mengambil cairan tubuh di pipi bagian dalam.

Sampel akan di cocokan dengan setengah genetik ibu dan setengah genetik Ayah dan hasilnya akan di dapat 1 sampai 2 minggu kedepan.

"bagaimana kamu mendapat sampelnya?" saat ini mereka sudah menyelesaikan rencana mereka dan berjalan berdampingan menuju keluar dari rumah sakit.

"saya menjambak rambut kedua anak itu." ucap Putra tanpa dosa.

"Hah Apa?" Regan menoleh dan melotot saat mendengar jawaban sang bawahan.

"haha tidak Boss , becanda. saya hanya menggunting sedikit rambut mereka ketika mereka tidur di rumah sakit kemarin Boss ." Regan mengangguk mengerti.

"biasa aja ngeliatnya, kayak ngeliat pisang!" celetuk Putra saat dirinya masih mendapat tatapan begitu tajam dari Regan.

"maksud kamu, saya monyet? ketus lelaki itu geram.

"heh bukan saya yang bilang!" elak lelaki sawo matang itu lugas.

"sama saja, secara tidak langsung kamu mau ngatain saya monyet!"

"yaaaa canda monyet! Eeh?" Putra kemudian berjalan cepat ketika Regan sudah hampir menjitak kepalanya.

"ohiya Boss sehabis dari sini mau kemana?"

"saya masih normal kalau kamu mau ngajak pergi berdua."

"yeee Boss saya juga masih normal, cewek saya banyak! banyak yang ninggalin juga tapi.." ucap Putra sontak membuat Regan terkekeh.

"Saya kangen dengan kedua anak saya." ucap Regan ambigu.

"lah kapan Boss nikahnya udah punya anak saja?"

"bodoh!" sarkas Regan pelan kemudian bergegas ke arah mobilnya dan meninggalkan Putra yang terlihat cengoh di parkiran rumah sakit.

"Boss ngomong apa sih?" lelaki itu mengernyit tak mengerti kata terakhir yang diucapkan Regan tadi.

.

.

.

tobe continued*

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height