Mommy/C2 Mommy 2
+ Add to Library
Mommy/C2 Mommy 2
+ Add to Library

C2 Mommy 2

Megan terus mengamati jam tangan, masih menunggu di sebuah bandara karena ia sangat bersemangat bertemu dengan anak laki-lakinya. Semenjak ia di paksa oleh Robert untuk melahirkan anak itu, Megan tidak pernah lagi melihat atau mendengar kabar putranya. Ia sangat mengerti, Robert memiliki pengaruh besar di dunia bisnis dan Megan tidak bisa berbuat apa-apa ketika Robert membawa putranya yang masih dalam keadaan merah.

Beberapa hari yang lalu menjadi hari bahagia bagi Megan, Robert mengabari dirinya untuk memiliki hak asuh penuh untuk Putranya. Tentu dengan semua biaya hidup di tanggung oleh Robert sendiri, karena Robert masih membutuhkan Viktor kelak jika bocah itu telah dewasa untuk melanjutkan bisnisnya.

Megan melambaikan tangan, kepada seorang pria bertubuh besar dan berwajah rupawan. Robert yang melihatnya segera menghampiri Megan yang telah menunggu sedari tadi, ia bersalaman dengan Megan. Beberapa tahun tak berjumpa Megan masih sama, masih terlihat segar dan sangat cantik. Karena wanita itu masih sangat belia saat Robert berhubungan dengan Megan dan akhirnya melahirkan buah hati mereka.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Robert, wanita cantik berambut hitam itu menjawab dengan ramah. Megan memang selalu ramah dan baik dalam keadaan apapun. Robert akui, ia terlalu jahat kepada Megan. Tidak pernah memberi izin kepada Megan untuk sekedar bertemu dengan Viktor.

Dan sekarang Robert akan menebus semua kesalahan itu.

Dari semua percakapan yang di lakukan Robert dan Megan, tak lama muncul sosok yang di nanti-nanti Megan selama ini. Di balik kedua kaki Robert, anak laki-laki yang tampan melirik ke arah Megan.

Megan tersenyum lembut ke arah Viktor, senyum hangat yang membuat Viktor terkesan untuk pertama kalinya bertemu wanita. Karena Viktor tidak pernah mendapat kasih sayang dari sosok wanita terutama Ibu dari kecil.

"Halo, kau pasti Viktor?" Sapa Megan, Viktor masih terdiam. Melihat setiap rinci wajah mungil wanita yang ternyata adalah Ibunya itu, wajah mungil serasi dengan tubuhnya yang mungil pula.

Terlihat rapi dan wangi, Viktor menyukainya. Menyukai gaya bahasa Megan yang ramah dan rendah hati, di tambah dengan wajah cantik dan penampilannya yang sederhana. Tidak seperti wanita-wanita yang sering di bawa pulang oleh Ayahnya.

"Mom..." seru Viktor, Megan tersenyum haru. Ia hampir menangis, pasalnya, ia sama sekali tidak pernah di panggil seperti itu oleh buah hatinya sendiri.

Robert yang melihatnya, berusaha menenangkan Megan. Wanita itu begitu terharu sampai tak mampu menahan air matanya.

"Maafkan aku, aku tidak tahan..." ujar Megan, Robert mengusap air mata itu dengan sapu tangannya seraya mengelus bahu Megan.

Viktor yang melihatnya hanya bisa menyipit ke arah Robert.

"Kau yakin bisa menanganinya seorang diri?" Tanya Robert, Megan mengangguk, tentu saja. Meskipun ia sama sekali tidak memiliki pengalaman terhadap anak kecil, tapi keinginan dan kerinduannya terhadap Viktor begitu besar, sehingga apapun yang menyangkut soal Viktor, Megan akan menyanggupinya.

"Baiklah, aku harus pergi. Akan ada acara pemakaman setelah ini" ujar Robert, Megan mengernyit.

"Ada yang meninggal?" Tanya Megan khawatir, karena sepengetahuannya, Robert sudah tidak memiliki keluarga dan hanya sendiri.

"Ya, pengasuh Viktor semenjak lahir meninggal dunia. Di temukan di kamarnya dalam keadaan mengenaskan, dan polisi telah menyatakan bahwa ia meninggal karena tersengat aliran listrik" Jelas Robert panjang lebar.

"Itu terjadi di rumahmu?" Tanya Megan, wajahnya sedikit ngeri mendengar hal itu.

"Ya." Robert meng-iyakan, kejadian itu terjadi di rumahnya kemarin. Karena pengasuh Robert tinggal menetap di rumahnya, namun pihak berwajib menghentikan investigasi kasus kematian tersebut, menurut polisi kasus itu murni kecelakaan. Karena pengasuh Viktor yang terlalu lalai dalam bekerja.

Sesimpel itu...

"Kuharap kau baik-baik saja, terimakasih sudah membantu" ujar Robert.

"Tidak, aku yang harusnya berterima kasih" balas Megan, Robert akui, wanita itu memang baik dan sangat tulus. Terkadang Robert menyesali perbuatannya, namun Megan bukanlah wanita dari kalangan tinggi, jadi Megan bukan pilihan Robert untuk di jadikan pasangan. Robert memiliki standar tinggi dalam berumah tangga, sebab itulah ia masih menyendiri hingga saat ini.

Robert memeluk Megan mengucapkan salam perpisahan, pria itu masih mengingat aroma wangi yang menguar dari tubuh Megan. Sangat wangi, sampai-sampai Robert tak sadar menghirup aroma rambut Megan.

Tak lama setelah itu, Robert akhirnya pergi meninggalkan Viktor bersama Megan.

Megan melihat ke arah bocah berumur delapan tahun itu dan berjongkok di hadapannya. "Siap untuk pulang?" Tanya Megan dengan antusias, bocah lelaki itu tersenyum lalu mengangguk.

Megan berseru, ia lalu menggandeng jemari mungil Viktor dan berjalan beriringan. Dapat Viktor rasakan di jarinya, tangan mulus dan hangat itu kini menyentuh kulitnya.

Sepanjang perjalananpun Megan tak henti berbicara panjang lebar tentang peraturan yang ia buat di rumahnya, Viktor tak begitu mendengarkan meskipun ia mencerna dengan baik segala perkataan Megan. Dengan mudah Viktor dapat mengerti, tapi yang saat ini ia kagumi adalah intonasi dan cara bicara Megan.

Wanita itu seperti memiliki karakter yang kuat, tapi begitu rendah hati. Disiplin dan selalu mengikuti aturan yang berlaku, berbanding terbalik dengan Viktor yang lebih menyukai menghacurkan sebuah peraturan yang membuat hidupnya bosan.

"Mom bekerja jam 8 pagi sampai sore, mungkin bisa sampai malam. Jadi kau jangan menunggu Mom pulang mengerti?" Jelas Megan, kini mereka telah berada di rumah Megan.

Rumah itu tidak terlalu besar, tapi memiliki banyak kamar dan ruangan seperti ruang keluarga dan dapur. Sangat bersih dan rapi, Viktor menyukai kebersihan. Viktor lagi-lagi hanya mengangguk, seolah mengerti tentang seluruh penjelasan Megan yang saat ini tengah sibuk mengatur barang-barang milik Viktor di kamar barunya.

"Sudahlah Mom, kau terlihat lelah" ujar Viktor, Megan melihat kearah bocah itu. Cara bicaranya, sudah seperti orang dewasa. Namun Megan tak begitu menanggapi, karena ia terlalu bahagia akhirnya bisa bertemu dan tinggal satu atap dengan putranya sendiri.

Megan berjongkok dan memeluk Viktor yang hanya berdiri bagai patung, ada sedikit ketertarikan lain yang di rasakan Viktor saat Megan memeluknya. Tubuh wanita itu terasa sangat hangat, dan Viktor tak sabar ingin menyentuh kulit bahu Megan yang nampak terbuka. Viktor akhirnya menjatuhkan bibirnya di sana...

Cup

Megan sedikit terkejut, namun ia berpikir mungkin Viktor terlalu lelah karena perjalanan yang cukup jauh dan memakan waktu lama. Jadi Megan putuskan untuk membiarkan bocah itu beristirahat.

"Kau harus beristirahat" ujar Megan, tak lupa memberi ciuman selamat malam di pelipis Viktor. Mungkin bagi Megan itu adalah ciuman kasih sayang, tapi tidak bagi Viktor. Tanggapan bocah itu selalu berbeda dari kebanyakan bocah normal.

Megan menutup pintu kamar Viktor seraya tersenyum, sementara Viktor masih berdiri tak bergerak sedikitpun dari sana hingga pintu tertutup.

Viktor menyeringai memperlihatkan deretan gigi putihnya.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height