Mommy/C3 Mommy 3
+ Add to Library
Mommy/C3 Mommy 3
+ Add to Library

C3 Mommy 3

Hari pertama sekolah...

Megan memutuskan Viktor untuk bersekolah layaknya bocah normal lainnya, kesalahan Robert adalah tidak pernah memperingatkan wanita itu jika Viktor selalu memiliki masalah dengan teman sebayanya. Dan Megan yang tidak mengerti akan hal itu, sudah terlanjur mendaftarkan Viktor untuk bersekolah.

Di sekolah biasa, tidak sepopuler sekolah yang dulu pernah Viktor tempati. Namun kebersihan sekolah baru Viktor, yang membuat Viktor dapat menerimanya. Karena bocah itu sangat terganggu dengan tempat yang kotor dan berhamburan, itu mengganggu penglihatan dan perasaannya. Megan menggandeng jemari Viktor, sepanjang perjalanan, Megan pikir bocah lelaki itu takut dan malu berada di tempat baru.

Tapi sepertinya Megan salah, Viktor tidak seperti bocah lain. Takut atau malu, ia tidak merasakan hal itu. Ia justru penasaran dengan tempat dan suasana baru untuk mengeksplor keingintahuannya, dan lagi, ia berusaha mencari sesuatu yang menarik dan membuat kebosanannya hilang. Karena Viktor mudah bosan.

Megan berjongkok, tepat di depan Viktor. Dan Viktor sangat menyukai aroma manis parfum yang di kenakan Megan.

"Mom tahu, ini tidak seperti sekolahmu yang dulu. Tapi kau bisa mengatasinya bukan?" Tanya Megan, Viktor hanya mengangguk. Bocah itu jarang berbicara, namun sekali ia berkata, ia berbicara layaknya orang dewasa. Bahasa yang ia lontarkan dan nada bicaranya, tak ubahnya Megan dan Robert. Persis seperti orang dewasa.

Tak lama kemudian, Megan meninggalkan Viktor di sekolah itu. Ia juga harus pergi bekerja, Megan belajar untuk menjadi single parent agar ia bisa terus bersama dengan Viktor. Walau ia harus kerepotan dengan jadwal tambahan mengantar Viktor sekolah dan mengurus segala sesuatu bocah itu seorang diri. Tapi ia senang dapat bertemu kembali dengan putranya.

Setidaknya itu yang ada di pikirkan Megan...

Tak lama Megan pergi, Viktor berbalik badan melihat sekolah barunya. Kepalanya menatap kiri dan kanan, ketika semua teman sebayanya bermain dan bercanda atau sekedar membaca buku. Viktor berjalan pelan, wajahnya sedikit aneh. Membuat anak-anak yang ada di sana melihatnya dengan pandangan yang aneh juga.

Cara Viktor memandang membuat teman sebayanya sedikit risih, pasalnya Viktor melihat tak henti, bahkan ketika sudah jauh melewati, Viktor tetap melihat sebuah objek yang menarik baginya sampai lehernya memutar. Itu sedikit mengganggu.

"Hai..." sapa seseorang kepadanya, otomatis Viktor menghentikan langkah dan melihat ke seorang anak perempuan yang menyapanya.

Ketika semua anak menganggap murid baru itu aneh, tapi tidak bagi gadis itu. "Kamu pasti murid baru, iya kan?" Tanya gadis itu, Viktor tak mengindahkan, bahkan ketika gadis itu mengulurkan sebelah tangannya guna berkenalan.

Viktor bertanya soal keberadaan kelas yang ia tuju, dan di jawab oleh gadis yang di ketahui Viktor bernama Mary tersebut. Setelah itu, Viktor melewati Mary begitu saja tanpa mengucapkan terimakasih. Mary terdiam, ia hanya ingin berteman. Dan ia rasa, Viktor tidak ingin berteman dengan anak sepertinya. Mary terbilang anak yang cantik dan juga cerdas, serta memiliki rasa keingintahuan yang besar.

Bocah perempuan berambut hitam panjang itupun akhirnya menyingkir, sepertinya murid baru itu memiliki selera yang tinggi dalam berteman.

Hari pertama sekolah telah usai...

Viktor kembali ke rumah tanpa ada masalah di sekolah, karena memang hari ini ia hanya fokus pada pelajaran dan mengabaikan tatapan aneh yang di layangkan kepadanya oleh teman-temannya.

Mungkin Viktor belum kesal saja, jika sudah waktunya, ia juga akan bermain dengan teman-teman sebayanya itu. Jika bisa ia sebut teman.

Tapi untuk saat ini, Viktor ingin membuat Megan terkesan. Menjadi ana baik sehingga Ibunya itu menyayanginya. Seperti saat ini, Viktor dengan cekatan mengganti baju dan membenahi diri selepas sekolah.

Menuju dapur dan membuat makanan sambil menunggu Megan pulang, Viktor mengambil makanan kemasan dari kaleng dan memanaskannya di dalam mikrowave. Menyalakan televisi sambil membuat susu, layaknya orang dewasa. Viktor menyukai susu, karena ia menyukai warna putih pekat tanpa campuran apapun.

Ia menonton televisi sambil terus melirik jam dinding. Makanan telah matang dan segera ia siapkan di meja makan, tak lama kemudian ia mendengar Megan tiba di rumah. Viktor telah memperhitungkan semuanya, Megan berkata akan pulang bekerja jam 5 sore, jika tidak ada lembur. Dan pagi ini, Megan berkata pekerjaannya tidak terlalu banyak hinggga mungkin ia akan pulang dengan tubuh yang masih bugar.

Dan semua perhitungan Viktor benar, Megan memasuki rumah saat Viktor telah siap di meja makan menunggu Megan untuk makan bersama.

Megan yang masih menenteng tas kerja dan masih mengenakan sepatunya terdiam.

Sedikit terkejut karena anak itu telah siap di meja makan bersama makanan.

"Apa kau yang mengerjakan semuanya?" Tanya Megan heran, Viktor hanya mengangguk. Itu sedikit aneh bagi Megan, bocah di usia seperti Viktor biasanya akan menghabiskan waktu dengan bermain. Tapi hari ini, dia melihat dengan kedua matanya sendiri keistimewaan Viktor.

Megan membuang segala pemikiran anehnya, mungkin Viktor melakukan itu semua karena ia baru saja pindah kemari dan secara tidak langsung ingin membuatnya terkesan.

Terkesan di sini memiliki pengertian berbeda antara Megan dan Viktor.

"Hah, kau seharusnya tidak perlu melakukan itu semua Viktor. Kau harus menunggu Mom..." ujar Megan lalu duduk di kursi makan bersebelahan dengan Viktor.

"Hm... apa kau menambahkan sedikit saus?" Tanya Megan mencicipi masakan yang Viktor buat, meskipun itu hanyalah makanan kemasan, setidaknya Viktor tidak memiliki selera masakan yang buruk dengan menambah sedikit saus guna membuat rasanya terasa lebih nikmat.

"Kau suka Mom?" Tanya Viktor, Megan mengangguk. Karena jujur saja, saat ini ia benar-benar sangat lapar dan ia sangat beruntung memiliki Viktor di rumah ini.

"Aku bisa merawatmu Mom.." ujar Viktor sambil menatap intens ke arah Ibunya itu, sementara Megan yang tak menyadari sesuatu hal yang aneh hanya bisa tersenyum dan mengacak rambut anak lelakinya tersebut.

"Kau bercanda, Mom yang harus merawatmu Viktor." Balas Megan, sambil tertawa. Viktor lalu memperbaiki tatanan rambutnya.

Ia menyukai kerapian tentu saja, dan Megan baru saja merusak rambutnya dengan tertawa seolah itu lucu. Padahal yang ada di pikiran Viktor, ia bersungguh-sungguh.

Viktor benar-benar merasa yakin dirinya dapat merawat Megan seorang diri, hanya dia dan Megan, di rumah ini. Tanpa ada siapapun yang mengganggu.

Karena Viktor tertarik dengan sosok Megan, pengasuh yang telah ia bunuh itu sering berkata. Bahwa Megan adalah wanita yang tangguh, hidup seorang diri dan begitu baik serta ramah. Meski kehilangan anak lelakinya yang di bawa oleh Ayah dari anak itu, tak membuat Megan berkecil hati dan terus berharap bahwa suatu saat anaknya akan kembali padanya.

Dan hal itu terjadi juga.

Dan Viktor berjanji, dia akan merawat Megan dan membahagiakan wanita itu dengan caranya sendiri. Janji seorang bocah yang terindikasi menjadi seorang Psikopat.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height