Mommy/C4 Mommy 4
+ Add to Library
Mommy/C4 Mommy 4
+ Add to Library

C4 Mommy 4

Malam sudah larut, Megan mematikan saluran televisi seraya menguap. Sebelum menuju kamar tidur, ia menyikat gigi dan membersihkan wajahnya. Sekilas, Megan melirik ke kamar Viktor. Pintunya tertutup rapat pertanda bocah itu mungkin telah tertidur lelap di dalam sana, lalu Megan menutup pintu kamar. Mengganti pakaiannya dengan piyama tidur dan akhirnya berbaring di ranjangnya yang empuk.

Sangat nyaman,

ia mematikan lampu di atas nakas sebelah ranjang dan mengatur bantal setelah itu tertidur dengan selimut menutupi sebagian tubuhnya. Hanya sedikit cahaya lampu yang berasal dari luar jendela yang menerangi kamar itu, Megan akhirnya terlelap. Setelah seharian bekerja tanpa mengenal lelah, akhirnya ia bisa mengistirahatkan pikiran dan tubuhnya.

Malam makin larut, jam menunjukan pukul satu dini hari dan hari semakin dingin dan senyap. Hanya suara jangkrik dan binatang malam yang ada di luar sana, malam ini, tidurnya tidak seperti biasanya. Megan gelisah, meski batas sadarnya masih berada di alam mimpi Megan terus bergerak dengan kedua mata tertutup.

Tapi tak lama kemudian, tubuhnya diam. Nafasnya teratur seperti orang tidur pada umumnya, secara tiba-tiba. Seperti sebuah mimpi buruk yang tiba-tiba hilang dan membuat tidur kembali pulas tanpa ingat apa yang di mimpikan. Namun keringat di dahinya dapat membuktikan ia sedang gelisah.

Di ujung kamar, ada sebuah siluet manusia. Berdiri tak bergerak menunggu kegelisahan Megan berakhir, tak lama kemudian, siluet tersebut mendekat kearah ranjang tempat di mana Megan tertidur. Mendekat tepat di depan wajah Megan yang terlihat sangat cantik ketika tertidur, sangat dekat. Sampai deru nafas panas menerpa sebagian helaian rambut yang ada di wajah Megan.

Megan bergerak sedikit, merasakan pipinya di sentuh oleh sebuah jemari mungil. Namun ia masih belum menunjukan tanda-tanda untuk bangun dari tidurnya, Megan sangat lelah dan mengantuk. Mengabaikan sesuatu yang tadi menempel di kulit wajahnya, mungkin itu hanyalah seekor binatang seperti nyamuk atau lalat. Meskipun ia ragu di rumah yang besar dan selalu terlihat bersih terdapat binatang seperti itu.

Megan kembali tertidur pulas...

...

Pagi ini,

Megan bangun dengan wajah yang kacau, kedua matanya menghitam dan tampilannya kurang segar. Entahlah, semalam tidur nyenyaknya hanya sebentar setelah itu alarm di atas nakas berbunyi, pertanda hari sudah pagi dan ia harus memulai aktivitasnya lagi.

Semalam Megan bermimpi buruk, meskipun ia tidak dapat mengingat mimpinya, tapi Megan sadar, itu mimpi buruk yang mengerikan. Megan memegangi kepalanya sendiri, duduk di meja makan yang ternyata lagi-lagi telah tersedia sarapan pagi dan segelas susu di atas meja. Megan menghela nafas, ia sangat bersyukur memiliki Viktor di rumah ini.

Anak laki-laki itu sedikit demi sedikit dapat membantunya di rumah, ia bahkan telah rapi dengan seragam sekolah dan tas sekolahnya. Megan merasa menjadi Ibu yang buruk, ia bahkan tak pernah bertanya pasal sekolah Viktor dan membantu mengemas perlengkapan sekolah anak itu.

"Maafkan Mom Vicky, Mom tidak sempat membangunkanmu" ujar Megan, ia menyendok sarapan paginya.

Sementara Viktor hanya tersenyum, "tak apa Mom, aku tahu kau sibuk" ujar Viktor.

Megan juga ikut tersenyum, beberapa hari ini ia cepat lelah. Pulang bekerja lalu makan dan tidur, menonton televisi sebentar dan itu terasa membosankan. Perasaan aneh selalu menghantuinya, entah apa itu. Megan sendiri tidak dapat memastikan.

Tapi, semalam ia mulai bermimpi buruk. Megan berharap itu bukan awal yang buruk juga semenjak perasaannya menjadi aneh belakangan ini.

"Mom, kelak jika Viktor telah dewasa, Viktor akan merawat Mom tanpa Mom harus repot bekerja lagi...."

"...Viktor yang akan melanjutkan usaha Daddy, kelak jika Daddy sudah tiada" jelas Viktor panjang lebar dengan bangganya.

Megan tersanjung dengan kalimat itu, sekaligus merasa aneh karena Viktor berpikir jika Ayahnya telah tiada, itu terlalu jauh untuk anak seusia Viktor. Megan mengenyahkan pikiran tersebut, lagi pula, itu hanya ucapan janji seorang anak kecil. Anak kecil akan berandai-andai tentang apapun yang di inginkannya kelak saat dewasa, dan itu dapat berubah-ubah.

Tapi kenyataannya, tidak bagi Viktor. Tentu Viktor tidak seperti anak normal lainnya, Viktor tidak pernah berandai-andai, Viktor tidak pernah membuat sebuah mimpi atau khayalan. Tidak, tidak seperti itu. Viktor akan mewujudkannya meski ia harus menunggu beberapa tahun lamanya.

Dan ia telah bertemu dengan Ibunya, itu artinya Viktor benar-benar mewujudkan keinginannya dengan sedikit drama dengan Ayahnya. Saat melihat foto Megan, ia tertarik dan memiliki ambisi ingin tinggal bersama selamanya dengan Megan. Dan akhirnya, di sinilah dia. Duduk berseberangan di antara meja makan dan melihat wanita cantik itu memakan sarapannya.

Saat Megan mengantarkan Viktor ke sekolahnya, bocah itu selalu bergandengan tangan dengan Megan. Berjalan kaki karena jarak sekolah Viktor dengan sekolah cukup dekat dan tak menyusahkan Viktor untuk pulang dari sekolah seorang diri. Megan sangat bahagia, Viktor sangat menyukainya meski ia sama sekali tidak pernah bertemu dengan Viktor bahkan semenjak bocah itu lahir.

Tapi tidak bagi Viktor, di dalam hati bocah lelaki itu, tersimpan sesuatu yang belum saatnya untuk dirinya merealisasikan itu semua. Ia masih merasakan hangatnya sentuhan dan manisnya senyuman Megan untuknya, kelak, akan ia tunjukan semua yang ia inginkan dari Megan.

"Hey, Megan..." sapa seorang pria ketika mereka telah tiba di gerbang sekolah.

Seorang pria yang juga tengah mengantarkan anaknya ke sekolah, sangat akrab. Bahkan pria yang Viktor dengar bernama Albert itu memeluk dan mengecup kedua pipi Megan, membuat Viktor menyatukan kedua alisnya menatap Albert dengan tajam. Megan hanya berteman, tapi Megan adalah wanita yang ramah dan mudah akrab dengan siapapun.

Megan asik mengobrol dengan Albert, hingga akhirnya dia menyadari jemari Viktor telah tak lagi berada di tangannya. Megan menoleh, mencari Viktor dan ternyata bocah itu telah memasuki gerbang sekolah tanpa pamit terlebih dahulu kepada Megan seperti biasanya.

Megan melihat punggung Viktor, bocah kecil itu tak menghiraukan seruan Megan dan terus berjalan tanpa menoleh. Megan tahu ia mendengar, tapi Viktor seolah sengaja mengabaikan Megan dan berjalan cepat menuju kelasnya. Megan mengernyit bingung, seperti ada sesuatu yang aneh pada Viktor. Tidak ada yang salah atau masalah pagi ini, namun anak laki-lakinya itu langsung bertindak aneh.

Sementara Viktor, hanya diam dengan raut wajah marah memasuki kelasnya. Sungguh, ia tidak menyukai ada yang menyentuh Megan terutama di bagian pinggul. Dan menurutnya, Megan terlalu terbuka kepada pria itu sehingga membiarkan pria itu memeluk dan mengecup pipinya. Viktor hampir saja menusuk sebuah pulpen ke arah temannya tanpa sadar.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height