Mommy/C5 Mommy 5
+ Add to Library
Mommy/C5 Mommy 5
+ Add to Library

C5 Mommy 5

Megan pulang bekerja tepat pukul 7 malam, ini belum terlalu larut untuk mengajak Viktor keluar dari rumah di akhir pekan dan menebus kesalahannya tadi pagi, sehingga membuat bocah itu pergi tanpa pamit kepadanya. Namun saat Megan, melihat ke arah kamar Viktor yang berada di ujung lorong, pintunya tertutup rapat.

Megan akui, Viktor adalah anak lekaki yang sangat tertutup. Megan berpikir itu semua mungkin karena ia biasa tinggal di rumah besar dan mewah milik Robert dengan penjagaan ekstra ketat, sehingga sedari kecil Viktor tak terbiasa main keluar rumah. Ia merasa, sekaranglah waktunya untuk membawa anak itu keluar dan memperlihatkan dunia luar.

Megan melangkah pelan ke arah kamar Viktor, masih mengenakan pakaian kerja dan menenteng tas kerjanya. Ia mengetuk pintu kamar Viktor dengan perlahan, tak ingin mengganggu anak itu dengan ketukan nyaring karena ia tahu Viktor tidak terlalu menyukai kebisingan. Berkali-kali Megan mengetuk, sama sekali tidak ada jawaban dari dalam sana.

Megan bahkan menempelkan daun telinganya ke pintu guna mendengarkan apa yang di lakukan Viktor di kamarnya, tapi hening. Tidak ada suara apapun, Megan bahkan sempat ragu jika Viktor telah tertidur secepat ini. Biasanya di jam seperti ini, Viktor duduk di meja belajarnya sampai jam tidur, belajar atau sekedar menggambar sesuatu.

Megan berniat membuka pintu kamar Viktor, meski ia tahu hal itu akan mengganggu Viktor atau membuat bocah itu terkejut di dalam sana. Tapi sungguh Megan tak ingin melewatkan akhir pekan yang selalu di gunakan orang-orang berkumpul bersama keluarganya, dan Megan selalu menantikan hal itu semenjak berpisah dari Viktor.

Tak urung mendapatkan sahutan, Megan akhirnya membuka kenop pintu, namun tak kunjung terbuka. Ia mengernyitkan dahi, pasalnya, ia telah memberitahu Viktor untuk tidak mengunci pintu kamar. Tidak ada pintu yang terkunci di rumah ini, karena ia khawatir, sewaktu-waktu terjadi musibah dan Megan tidak dapat membuka pintu.

Megan berusaha mendobrak, kali ini ia memanggil Viktor lebih keras sambil memukul daun pintu. Khawatir jika bocah itu sedang tak sadarkan diri atau ada sesuatu hal terjadi. Megan mulai panik, ia sempat berpikir untuk mengambil sebuah kapak untuk membuka pintu itu, namun ia terus memanggil nama Viktor, Megan hampir menangis.

"Mom..."

Megan seketika berhenti, mendengar sebuah seruan kecil yang ternyata ada di balik punggungnya. Megan berbalik perlahan, berharap itu bukan suara hantu melainkan benar suara Viktor. Jarinya jadi bergemetar, kamar Viktor tak kunjung terbuka, kini ia mendengar bocah laki-laki memanggil nama 'ibu' persis seperti suara Viktor.

Megan menoleh ke belakang secara perlahan,

Mendapati Viktor dengan piyama tidurnya berdiri tepat di belakang Megan, dengan raut wajah terheran.

Dada Megan naik turun, ia berbalik badan dan bersandar di daun pintu kamar Viktor. Menjatuhkan tas kerjanya, wajah Megan ketakutan. Ia seperti merasa menjadi manusia yang paling paranoid, ia melihat Viktor seperti hantu.

"Mom... kau baik-baik saja?" Pertanyaan Viktor barusan menyadarkan Megan untuk kembali ke dunia nyata, dan benar itu Viktor, bukan hantu seperti yang Megan khawatirkan, dan bodohnya ia bisa berpikir sampai sejauh itu. Hantu? Selama Megan hidup seorang diri, ia sama sekali tidak pernah memikirkan soal itu.

Tubuh Megan merosot ke bawah lantai, memijit dahinya sendiri setelah ia banyak mengeluarkan keringat dingin.

Menyadari betapa bodohnya dirinya untuk takut terhadap hal takhayul seperti itu.

Seruan Viktor kembali membuat Megan tertawa renyah, bocah itu mengira Ibunya pasti sudah gila. Dan memang benar, beberapa hari ini Megan sama sekali merasa dirinya aneh dan selalu paranoid.

"Ya Vicky, Mom baik-baik saja" balas Megan, mengusap wajahnya dengan kedua tangannya lalu melihat Viktor yang masih berdiri.

"Apa pintu ini terkunci?" Tanya Megan, Viktor menggeleng. Megan lalu menggeser sedikit tubuhnya saat Viktor hendak membuka pintu.

Cekle...

"Mom, kau lupa memutar kenopnya" ujar Viktor menjelaskan, Megan memegang dahinya sendiri. Satu hal aneh lagi yang telah ia lalui.

Megan merasa, tidak ada hal yang aneh di rumah ini. Ia sudah tinggal di sini beberapa tahun yang lalu semenjak menerima pekerjaan sebagai pegawai kantoran di kota ini. Dan juga tidak ada hal yang aneh pada Viktor, anaknya itu hanya anak yang pendiam meski terbilang sangat cerdas.

Megan merasa dirinya yang mulai aneh, mungkin terlalu penat bekerja sehingga ia melupakan liburan dan bercengkrama dengan keluarga atau teman-temannya. Beberapa tahun bekerja memperjuangkan karirnya, sampai ia lupa jika telah memiliki seorang anak dan melupakan jadwalnya dengan keluarga, meskipun hanya Viktor keluarga yang di miliki Megan.

"Kau butuh sesuatu Mom?" Tanya Viktor melihat Megan yang masih terduduk di lantai, bersandar di dinding dengan wajah lesu.

Megan menggeleng, "Mom hanya ingin mengajakmu makan malam di luar, tapi sepertinya, Mom lelah..." ujar Megan, ia sudah tak bersemangat lagi. Kedua kakinya terasa lemah untuk mengajak Viktor keluar semenjak ketakutannya tadi.

"Mom?" Panggil Viktor.

"Ya."

"Maukah kau membacakan dongeng sebelum tidur?" Tanya Viktor, Megan tersenyum.

Meski masih dalam keadaan lemah, Megan akhirnya membereskan tempat tidur Viktor. Bocah itu terlihat bersemangat, dan langsung naik ke atas ranjang di ikuti oleh Megan yang duduk bersandar di samping Viktor.

Viktor merasa nyaman, berada satu ranjang yang hangat bersama Megan.

Meskipun Megan sadar, ini masih terlalu sore untuk cerita dongeng sebelum tidur.

Megan mengambil sebuah buku cerita bergambar yang ada di meja belajar Viktor, membacakannya dari awal meski Viktor telah mengetahui jalan cerita tersebut sampai tamat. Ia menyukai suara lembut Megan, hanya itu yang ingin Viktor dengar.

Viktor mengenakan selimutnya, hatinya merasa damai ketika bersama Megan dan berdekatan di jarak sedekat ini.

Megan membacakan cerita tersebut seraya menguap, ia jadi mengantuk setelah lelah bekerja dan banyak mengeluarkan peluh karena ketakutannya barusan. Megan sudah tidak dapat menahan kantuknya, ia melirik ke arah Viktor, ternyata bocah itu telah tertidur pulas.

Megan tersenyum, ia lalu menutup buku bacaan dan ikut tertidur di sebelah Viktor. Berbagi ranjang ukuran anak kecil tersebut, dan Megan masih mengenakan pakaian kerjanya. Megan akhirnya terlelap. Mengistirahatkan tubuh dan pikirannya hari ini, terbukti dari nafasnya yang teratur.

Tiba-tiba, Viktor membuka kedua matanya. Ia hanya berpura-pura tertidur karena Viktor melihat Megan sangat kelelahan, Viktor menyelimuti tubuh Megan, berbagi selimut dengan wanita yang terlihat sangat cantik ketika tidur itu. Membelai wajah mulus Megan, Viktor sangat menyukai wajah cantik Megan. Seperti sebuah pahatan Tuhan, wajahnya sangat cantik dan alami. Sampai akhirnya ia ikut tertidur di samping Megan.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height