Mommy/C6 Mommy 6
+ Add to Library
Mommy/C6 Mommy 6
+ Add to Library

C6 Mommy 6

Pagi hari...

Megan terbangun dari tidur.

Saat sinar matahari yang masuk melalui celah gorden menyinari wajahnya, kedua matanya melirik ke sekeliling ruangan.

Menyadari ia tertidur semalam penuh di kamar Viktor, dan bocah itu sudah tidak ada...

Megan menghembuskan nafas kasar, Viktor selalu bangun pagi terlebih dahulu mendahului Megan. Ia merasa Viktorlah yang mengurus dirinya, bukan malah sebaliknya.

Langkah kaki Megan terasa lesu keluar dari kamar, ia tahu bahwa Viktor sudah ada di dapur dan duduk di meja makan menyantap sarapannya. Viktor tidak pernah melewatkan sarapan pagi, dan bocah itu tak pernah lupa menyiapkan sarapan untuk Megan.

Megan tersenyum kepada Viktor dan duduk di kursi makan, Viktor mengucapkan selamat pagi dan bertanya bagaimana tidur Megan semalam, bocah itu berbicara layaknya orang dewasa. Terkadang Megan bingung menanggapi pertanyaan Viktor yang terlalu formal. Berpikir apa bocah itu terlalu sering menonton berita televisi atau membaca buku novel. Tapi setahu Megan, kegiatan Viktor di rumah hanya membaca buku pelajaran dan menggambar.

Itu aneh...

"Mom... bagaimana kalau hari ini kita jalan-jalan?" Tawar Viktor, ide yang bagus pikir Megan. Lagipula, ini adalah hari libur. Dimana semua orang akan menghabiskan waktu liburnya bersama keluarga, dengan berjalan-jalan ke taman atau sekedar berbelanja dengan Viktor ia rasa tidak buruk. Menghabiskan waktu seharian penuh dengan pria kecil itu.

Selesai sarapan, Megan menuju kamarnya. Ia harus mempersiapkan diri karena Megan lihat Viktor telah rapi pagi ini. Ya, Megan selalu kalah cepat dengan Viktor. Saat Megan hendak memasuki kamarnya, ia melihat tas kerjanya ada di depan pintu kamar. Megan baru mengingat, semalam tas kerja itu pasti tercecer di atas lantai karena ketakutannya semalam.

Dan pasti Viktorlah yang meletakan benda itu di depan kamarnya.

Megan tersenyum, Viktor adalah anak yang sopan, bocah itu sama sekali tidak berani memasuki ruangan yang bukan miliknya. Seperti kamar dan ruang buku milik Megan, Viktor hanya berada di kamarnya sendiri atau di dapur dan di ruang keluarga, hanya itu...

Megan akhirnya mengambil tas kerja tersebut dan meletakannya di atas meja kamar, membuka seluruh pakaiannya dan menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar.

Air hangat membasahi kulit mulusnya, membuat pintu dan dinding kamar mandi yang terbuat dari kaca menjadi buram karena uap air hangat.

Bayangan tubuh Megan terlihat kabur dari luar, kegiatan wanita itu di dalam kamar mandi cukup jelas terlihat.

Caranya menggosok tubuh menggunakan spons, dan ketika rambut panjang bergelombangnya basah oleh air. Tanpa Megan sadari ada seseorang yang memperhatikan kegiatan mandi Megan di dalam sana, berdiri tak jauh dari pintu kamar mandi.

...

"Vicky!"

"Ya Mom, di luar sini" seru Viktor, Megan akhirnya keluar dari pintu dan mendapati Viktor telah duduk di bangku teras, menunggu Megan dan siap untuk berpergian.

Wanita itu mengenakan rok span yang tidak terlalu pendek dipadukan dengan blouse berwarna biru yang memiliki kerah, sangat cantik, warna biru terang yang sangat kontras di kulit putih Megan.

Viktor sempat termenung melihat wanita itu menggandeng tas jalannya. Viktor sempat berpikir, kelak, hanya dirinyalah yang akan di gandeng oleh Megan, bukan tas itu lagi.

"Ayo!" Seru Megan, begitu Viktor tersadar ia langsung menggenggam jemari Megan. Hangat seperti biasanya dan ia menyukai itu.

Berjalan kaki beriringan, mereka menuju sebuah taman kota. Sekedar membeli es krim dan duduk di bangku taman, sepertinya Megan merasa bahagia memiliki momen seperti ini. Sudah lama ia impikan dapat berjalan bersama dengan anaknya sendiri, menghabiskan hari libur bersama Viktor, dan ia sangat bersyukur Tuhan mengabulkan keinginannya meski harus menunggu beberapa tahun.

"Baiklah, sekarang ceritakan bagaimana sekolahmu!" Kata Megan ketika mereka berdua duduk di bangku taman.

"Semua nilai mata pelajaran bagus, dan semua guru menyukai hasil karyaku" balas Viktor sambil memakan cokelat yang ada di genggamannya.

"Oh ya? Karya apa itu?" Tanya Megan lagi.

"Gambar, lebih mirip seperti komik" tukas Viktor.

Megan mengangguk, ia lihat Viktor memang gemar menggambar sebuah kartun superhero. Itu yang sering Megan lihat di meja belajar Viktor.

"Tapi, kebanyakan guru tidak menyukaiku Mom" ujar Viktor, merubah raut wajahnya dengan raut wajah sedih.

"Kenapa bisa seperti itu? Bukannya anak Mom ini pintar ya?" Kata Megan seraya mengelus rambut Viktor.

"Ya, mereka bilang aku selalu membuat perkelahian. Padahal, aku hanya duduk di perpustakaan membaca buku dan belajar Mom..." jelas Viktor, dahi Megan berkerut bingung. Anaknya adalah anak yang pendiam, dan Viktor bukan tipe anak lelaki yang suka berkelahi atau sekedar berkumpul dengan teman-temannya. Itu aneh bagi Megan.

Dan tentu saja Megan lebih mempercayai Viktor dari pada guru yang berkata demikian tentang Viktor, Megan mungkin baru saja tinggal bersama anaknya. Tapi ia tahu betul sifat dan karakter Viktor, bocah itu sangat pendiam, sangat rapi dan cinta kebersihan. Maka perkelahian bukanlah kegemaran Viktor.

"Gurumu boleh berbicara seperti itu, tapi Mom selalu percaya jika Vicky tidak akan melakukan hal seperti itu. Benar bukan? Apa kau mau berjanji pada Mom?" Tanya Megan, Viktor menatap Megan seraya mengangguk.

"Ya Mom, aku berjanji" ucap Viktor, Megan lalu menarik pundak Viktor dan memeluknya dengan erat. Di balik dekapan Megan, Viktor hanya tersenyum sekilas.

Siang berganti malam, Megan dan Viktor membawa banyak barang belanjaan sepulang perjalanan hari libur mereka.

Persediaan dapur dan tak lupa mainan anak laki-laki untuk Viktor, bocah itupun turut membantu Ibunya.

Megan mengelap keringat yang ada di dahinya, Viktor dapat melihat dengan jelas wanita itu sangat lelah karena harus berjalan kaki seharian ini.

Viktor menyusun minuman kaleng di dalam kulkas, begitupun dengan sayur dan buah-buahan. Megan lagi-lagi tersenyum, Viktor tanpa diminta, selalu sigap membantu Megan kapan saja.

"Viktor, sudahlah! Mom tahu kau juga lelah, sekarang sudah waktunya untuk tidur." Ujar Megan, Viktor mengangguk. Ia mencuci tangan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam kamarnya.

"Jangan lupa bawa mainanmu ke dalam kamar!" Seru Megan.

"Ya Mom..."

Viktor membawa sekotak mainan besar, begitu ia masuk ke dalam kamar ia membuka kotak tersebut. Isinya hanya sebuah robot dengan pengendali jarak jauh dan mobil besar.

Viktor menaikan sebelah alisnya.

Mengamati benda itu sekejap, tak lama ia menjatuhkan mainan itu begitu saja ke atas lantai dan mengabaikannya.

Viktor bukan seperti bocah lainnya, dan mainan ini bukanlah seleranya lagi. Pemikiran Viktor lebih dewasa, ia ingin cepat tumbuh dewasa. Memiliki tubuh tinggi dan dapat menyaingi Megan, setelah itu barulah ia dapat bersanding dengan Megan.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height