Mommy/C7 Mommy 7
+ Add to Library
Mommy/C7 Mommy 7
+ Add to Library

C7 Mommy 7

Pagi ini Megan beraktivitas seperti biasa...

Mengantar Viktor sekolah lalu berangkat bekerja, tidak ada yang aneh. Hari ini Viktor terlihat bahagia, begitupun dengan Megan. Kemarin adalah hari yang menyenangkan, terutama untuk Viktor, melihat wanita cantik itu tertawa bersamanya. Mendengar keluh-kesah Viktor saat di sekolah, meskipun bagi Viktor itu hal yang tidak ia perlukan. Viktor dapat mengatasi masalahnya sendiri.

Viktor duduk di bangku taman sekolah, mengerjakan kebiasaannya ketika bel istrirahat berbunyi. Melengkapi buku jurnalnya dengan sebuah gambar.

Jurnal Viktor seperti jurnal anak kecil pada umumnya. Hanya ada gambar tanpa kata, karena Viktor lebih suka mengungkapkan segalanya lewat gambar dari pada harus menulis rangkaian kata yang rumit.

Wanita cantik mengenakan rok selutut dan blouse berwarna biru, menggandeng seorang anak kecil. Gambar Viktor terlihat seperti goresan pensil bocah seusianya, meski sangat rapi tanpa ada kotoran penghapus yang ada di sekitar gambar. Viktor menyunggingkan senyum, gambarnya memang tak seindah wanita asli yang menggandeng anak kecil tersebut, namun ia sangat menyukainya.

Viktor mengangkat buku jurnalnya, melihat hasil karyanya barusan dan mendekatkan buku tersebut ke wajahnya. Namun saat Viktor berniat ingin mengecup gambar wanita tersebut, sebuah bayangan mengejutkannya. Viktor buru-buru menutup jurnal tersebut ketika menyadari dirinya tidak sendirian di sini.

"Apa yang kamu lakukan di situ?" Seru Viktor, tak lama kemudian, seseorang keluar dari balik pepohonan dengan rambut terkuncir rapi.

Mary sengaja mengintip Viktor, karena Viktor selalu menyendiri semenjak bersekolah di sini. Namun Mary tertangkap basah, ia tidak mungkin lari begitu saja karena Viktor tepat menatap ke arah matanya.

Perlahan, akhirnya Mary keluar dari tempat persembunyiannya...

Gadis itu terunduk malu lalu melangkah ke arah bangku taman tempat Viktor berdiam diri.

"Maaf, tapi aku melihatmu sendirian, jadi-"

"Pergilah! Dan jangan ganggu aku!" Ketus Viktor memotong perkataan Mary, ia membuka buku bacaan dan menyembunyikan buku jurnalnya.

"Apa yang kamu gambar?" Intip Mary, kening Viktor berkerut. Mary ternyata sempat melihat apa yang dikerjakan olehnya tadi.

Viktor menutupi buku jurnal dengan sikunya, ketika gadis itu tak mengindahkan perkataannya barusan.

"Kamu tidak bisa bahasa manusia ya? Aku bilang pergi!" Cecar Viktor, kalimat itu sedikit menohok perasaan Mary. Nada ucapan Viktor terdengar datar dan tanpa intonasi, namun isi dari kalimat tersebut berhasil membuat wajah Mary menjadi murung.

Ia hanya ingin berteman, karena tidak ada seorang pun yang ingin berteman dengan Mary. Semua orang menganggapnya aneh, meskipun Mary terbilang anak yang pintar dan wajahnya pun terlihat sangat cantik dengan rambut pirang yang selalu dikuncir.

Viktor hanya ingin sendiri, ia tidak ingin diganggu saat ia sedang mengagumi wajah Megan yang sangat cantik dan mengagumi hasil karyanya.

Wajah Mary terlihat lesu, ia kemudian berbalik badan secara perlahan dan berjalan pergi tanpa Viktor perduli. Bagi Viktor, pertemanan hanyalah memperlambat kreativitasnya. Menghabiskan waktu dan itu sangat membuang tenaga dan emosi, pertemanan hanya membuatnya jenuh dengan senyum palsu dan canda tawa yang aneh.

Viktor menyukai kesendiriannya...

...

"Hai Albert!" Sapa Megan kepada pria yang sedang menunggu Putrinya.

"Megan? Aku kira kau bekerja" ujar Albert.

"Ya, hari ini adalah hari terakhir bekerja. Kurasa satu minggu mengambil cuti bisa sedikit menjernihkan pikiranku" balas Megan, mereka berdua saling tertawa renyah.

"Apa pikiranmu sekarang sedang tidak jernih?" Tanya Albert.

"Ya, sedikit aneh. Ini pertama kalinya aku tinggal dengan Putraku, kau tahu?"

"Hm... aku bisa melihatnya, putramu cerdas dan juga tampan. Dan aku tidak yakin wanita secantik dirimu bisa merasa paranoid seperti itu" puji Albert, pria itu begitu mempesona bagi Megan. Sikapnya yang sopan, dan bahasanya yang selalu menyanjung Megan sampai ia harus menahan rona di wajahnya sendiri. Entahlah, Megan tidak pernah semenggelikan ini semenjak berpisah dengan Ayah Viktor.

Selama ini, Albert dan Megan hanya sebatas berteman. Albert adalah teman satu kantor dengan Megan, namun akhirnya pria itu memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan mulai karirnya sebagai penulis komik.

"Ayolah Megan, biarkan aku mengetahui dirimu lebih dalam lagi" Albert tersenyum, senyum yang sangat manis dan mempesona wanita manapun, termasuk Megan. Megan sampai tak mampu menahan kedua kakinya untuk tetap berdiri saat ditatap secara intens oleh Albert seperti itu.

"Serius Albert?" Megan menaikan sebelah alisnya.

"Aku serius." Megan tertawa renyah, semenjak melahirkan Viktor, Megan sama sekali tidak pernah dekat dengan pria manapun.

Ia hanya fokus dengan kelangsungan hidupnya sambil menghilangkan kesedihan setelah kehilangan sang buah hati yang diambil begitu saja oleh Ayah dari bayi tersebut. Dan kini, seolah semua kesedihannya itu hilang seiring kembalinya Viktor ke dalam hidupnya.

Megan mulai berpikir, mungkin ini sudah saatnya memulai hidup baru dan membuka kembali hatinya. Lagipula, Albert tidak terlalu buruk.

Selesai jam sekolah, Viktor keluar dari gerbang sekolah dan terkejut melihat Megan yang tersenyum ke arahnya dari kejauhan. Megan pulang lebih awal, wanita itu bilang, ia sedang dalam masa cuti bekerja dan akan menemani Viktor seperti seorang Ibu pada umumnya.

Viktor tersenyum dalam diamnya, beberapa hari ini adalah hari keberuntungan bagi Viktor. Itu yang ia pikir.

Saat tiba di rumah, Megan buru-buru berganti pakaian dan membersihkan rumah. Viktor mendengar suara bising dari penyedot debu dari dalam kamar.

Ia keluar memastikan dan ternyata benar, wanita itu tengah sibuk membersihkan rumah. Viktor menawarkan bantuan, Megan bilang ia dapat membersihkan halaman depan dan memotong rumputnya.

"Kalau tidak bisa menggunakan pemotong rumput, pakai gunting rumput saja!" Seru Megan dari dalam rumah.

"Ya Mom..."

Viktor membersihkan halaman depan, sore ini, tidak seperti biasanya saat Viktor menghabiskan waktu berdiam diri di dalam kamar.

Sore ini, ia seperti menikmati pekerjaannya di luar rumah. Apapun itu, asalkan permintaan Megan, Viktor akan selalu melakukannya. Bahkan ia belajar menanam bunga yang tergeletak di meja teras, Viktor menduga Megan pasti ingin menanam bunga tersebut. Jadi, ia tidak ingin wanita itu lelah dan akhirnya Viktor yang mengerjakannya.

Beberapa tangkai mawar putih, aromanya sangat wangi. Jika Megan menyukai mawar putih, Viktor tentu akan menanam bunga tersebut sebanyak yang Megan inginkan.

Viktor memiringkan kepalanya,

Meskipun hasil karyanya tidak begitu rapi, tapi setidaknya Viktor telah berusaha. Ia akan belajar lagi di lain waktu.

Saat Viktor selesai dengan semua pekerjaan berkebunnya, ia memasuki rumah. Aroma masakan menguar begitu saja, ia tidak tahu jika Megan pandai memasak. Viktor lalu beralih ke dapur.

"Hey, Vicky? Kau mengagetkan Mom" tukas Megan seraya memegangi dadanya, cara Viktor muncul selalu membuatnya terkejut.

"Mom, kau bisa memasak?" Tanya Viktor berdiri di ambang pintu dapur.

"Ya, Albert sahabat Mom yang sering menjemput putrinya akan makan malam di sini bersama kita. Dan lagi pula, Mom sepertinya bosan memakan makanan kaleng setiap hari" kata Megan. Wanita itu tersenyum lebar, mengingat ini adalah makan malam pertamanya bersama seorang pria. Tanpa sadar jika Viktor tidak menyukai hal itu.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height