Mon Amour/C6 Selamat Datang
+ Add to Library
Mon Amour/C6 Selamat Datang
+ Add to Library

C6 Selamat Datang

Percayalah, semesta akan mendukungmu. Asal kamu punya keinginan yang kuat.

~~~~

MAYA tidak tahu, apa alasan dia diterima bekerja. Karena hasil tes-nya yang bagus atau memang dia sedang beruntung saja?

Begitu dihubungi pihak kantor kemarin, Maya girang bukan kepalang. Kasurnya saja nyaris jebol, karena dia melompat-lompat di atasnya.

Jangan heran. Dari dulu memang tingkahnya begitu.

Tak peduli apa pun itu, yang jelas, SELAMAT DATANG DI SUN ORGANIZING!

•°•

Berangkat sekitar pukul tujuh pagi, membelah macetnya jalanan Ibu kota, Maya tiba di kantor sekitar pukul delapan. Menyapa Lala, front office sekaligus orang pertama yang ia jumpai.

"Permisi," sapa Maya. Dia memberi senyum ketika yang disapa melihat langsung padanya.

"Ya?" Lala masih kelihatan bingung.

Maya merapikan sedikit penampilannya. Maklum, tadi dia naik motor, angin tentu saja membuat tampilannya tak sesempurna semula.

"Saya yang kemarin ikut tes calon admin," jelas Maya.

"Oh." Lala akhirnya paham. "Tunggu sebentar, ya."

Ketika Maya mengangguk, Lala dengan cekatan langsung menghubungi atasannya.

Satu menit setelahnya. "Maaf ...." Ucapan Lala terjeda, karena dia lupa nama perempuan yang ada di hadapannya.

"Maya. Nama saya Maya Haris." Maya mengulurkan tangan, mengajak berkenalan.

Lala memyambutnya. "Lala," ujar perempuan yang hari itu mengenakan bolero batik dan pewarna bibir coral.

"Oke, Maya. Silakan langsung ke ruang kerja di lantai dua. Nanti ada Pak Dirga yang bantu menjelaskan."

"Ok. Terima kasih bantuannya."

"Sama-sama."

Selesai dengan Lala, Maya langsung menuju lantai dua.

Di ruangan yang berkonsep terbuka, dengan didominasi warna putih juga sedikit hiasan warna biru dari kursi yang dipakai para karyawan, semuanya tampak sibuk.

Meski menggunakan konsep open space--di mana para karyawan bisa bebas untuk berinteraksi--kelihatannya para pekerja tetap fokus pada pekerjaan mereka masing-masing.

Tingak-tinguk, Maya masih belum tahu mau mememui siapa.

"Pagi." Seorang pria berkemeja marun menghampirinya.

"Pagi juga," jawab Maya kikuk.

"Kamu yang kemarin dihubungi Irene, 'kan?"

"Iya." Maya mengangguk.

"Oke. Saya Dirga, saya yang ditugasin Pak Ananta untuk jelasin soal pekerjaanmu."

Maya mengangguk. Namun, dalam hati berpikir, seandainya Ananta yang menjelaskan langsung, pasti lebih menyenangkan. Sebab, dia bisa lirik-lirik bos yang masuk kategori cogan tersebut.

"Kalau gitu, mari ikut saya," pinta Dirga. Dia menuntun Maya menuju meja kerjanya.

"Nah, ini meja kerjamu." Dirga menunjuk pada sebuah meja yang di atasnya terdapat satu set komputer dan beberapa tumpukan berkas.

Tangan Kanan Ananta tersebut, kemudian menggeser mouse komputer. "Berfungsi dengan baik," ucapnya saat layar komputer menyala.

Detik selanjutnya, Dirga menjelaskan apa saja yang harus dikerjakan Maya.

".... Intinya, sebagai administration officer, kamu harus mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan administrasi produksi. Seperti pengarsipan dan hal-hal yang bersifat administratif lainnya."

Maya mengangguk, menunjukkan bahwa dia paham atas apa yang dijelaskan oleh Dirga.

"Ada yang mau kamu tanyakan?"

"Saat ini belum, Pak."

"Ok. Ke depan, untuk urusan pekerjaan kamu bisa tanya saya."

"Baik."

Sebelum mempersilakan Maya duduk, Dirga lebih dulu memperkenalkan Maya pada rekan kerjanya.

"Di sini, kita terbagi menjadi beberapa tim. Yang pertama, ada Assistant Project Manager. Pak Ruslan yang mimpin. Ruangan Beliau ada di sebelah sana." Dirga menunjuk pada pintu berwarna biru di sebelah ruangan Ananta. "Kemudian ada tim dari Project Manager itu sendiri juga." Dirga mengarah ke belakang Maya. "Perkenalkan ini Carmen dan Bastian."

Saat Dirga menujuk, dua orang tersebut melempar senyum pada Maya.

".... Kemudian ada bagian marketing, yang dipimpin oleh Pak Chiko. Kebetulan saat ini beliau sedang pergi," sambung Dirga. "Dan, ini tim dari marketing .... " Dirga memperkenalkan Maya pada dua orang yang yang ada di sebelah kanannya. Mereka adalah Rama dan Abbas.

Maya melihat dua orang laki-laki yang baru saja diperkenalkan padanya. Rama kelihatan masih sangat muda. Dia juga menggunakan kacamata. Sedangkan Abbas, dia berkulit putih dan sedikit tambun.

"Rama ini yang bertugas di media sosial. Seperti; facebook ads dan instagram marketing," ujar Dirga.

Melirik Rama, Maya lihat dia tengah sibuk membuat e-banner.

"Kalau ini, Abbas. Dia yang buat konten promo di website kita."

Dari perkenalan singkat ini, kelihatannya mereka orang yang menyenangkan. Semoga saja, prasangka Maya benar adanya.

Masih dalam posisi yang sama--berdiri di depan meja kerja--Dirga kembali melanjutkan penjelasannya.

"Sebenarnya kita masih ada empat orang lagi. Sean sebagai electricity koordinator, Hamzah sebagai water koordinator, Feri sebagai publish facility coordinator dan Agusta untuk general support coordinator, " terang Dirga. "Tapi, mereka gak tugas di kantor. Sesuai jabatannya, mereka itu langsung terjun ke lapangan."

"Ooo." Mulut Maya membentuk bulatan ketika tahu itu.

"Yah, itulah tim kita di Sun Organizing."

Semua sudah Dirga kenalkan, akan tetapi masih kurang lengkap. Ragu-ragu Maya bertanya, "Maaf, kalau Bapak?"

"Ya ampun." Dirga menepuk jidatnya perlahan. "Sampai lupa kenalin diri sendiri."

Maya tertawa kecil mendengarnya.

"Saya Dirga, Manajer keuangan di sini."

Dilihat dari mata Maya, kelihatannya dia masih sangat muda untuk jabatan manajer keuangan. Yah, walaupun skala perusahaan kecil. Dan, Maya memang sepenuhnya benar.

Landasan dasar bisnis Ananta adalah sebuah kepercayaan. Dirga sudah mulai bergabung dari awal bisnis ini dirintis. Saat itu, dia yang baru lulus sekolah menengah atas bekerja sebagai karyawan lepas.

Lima tahun setia pada perusahaan, Ananta langsung mempercayakannya sebagai manajer keuangan meski dia baru lulus kuliah.

Maya masih berdiri tepat di depan meja kerjanya.

"Ada pertanyaan?"tanya Dirga.

Maya menggeleng. "Nggak, Pak. Cukup." Sebenarnya, canggung juga memanggil Dirga dengan sebutan 'Pak'. Karena, Maya pikir dia lebih pantas bisa panggil 'Dik'.

"Baik, kalau begitu silakan bekerja. Saya mau kembali ke ruangan saya."

Maya mengiyakan.

"Selamat datang di Sun Organizing. Di mana yang bekerja di sini bukanlah karyawan, tetapi keluarga." Dirga pergi setelah mengatakan itu.

Maya langsung menggarisbawahi kata 'Keluarga'. Itu berarti, tempat kerja ini mungkin akan terasa nyaman. Ya, walaupun gajinya belum tentu sama besar dengan tempat kerjanya yang lama. Namun, dia harus berterima kasih pada Kinan, karena sudah membantunya untuk menemukan perusahaan ini.

Duduk, kemudian membuka beberapa berkas untuk dipelajari sebentar, Maya memulai pekerjaannya. Dia masih merasa kaku di meja kerjanya sendiri. Wajar saja, dia masih bingung mau mengerjakan apa.

"Hei!" Carmen menyapa dari belakang.

Maya menoleh.

"Gue Carmen," katanya diiringi seringai.

"Maya."

"Akhirnya, ada yang cewek juga di sini."

Maya mengernyitkan alis.

"Yah, liat aja. Semua cowok, cuma gue doang yang cewek. Lala, 'kan, tugas di bawah. Kalau Irene, lebih sering keluar sama Bos."

Carmen memundurkan kursinya. "Kalau cowok gak bisa diajak ngbrol soal bias," bisiknya.

Maya sepakat soal itu.

"Cie, Carmen punya kawan gosip baru," celetuk Abbas.

Carmen menjulurkan lidah, meledek Abbas. "Sirik," ujarnya dan Abbas balas melet juga.

Maya memang bukan orang yang kaku. Namun, karena dia masih baru, dia tidak bisa terlalu aktif bercanda. Hanya bisa tertawa kecil melihat mereka. Yang lain kelihatannya tidak terusik. Mata mereka tetap fokus pada layar komputer.

"Oke deh. Selamat bekerja, ya." Carmen kembali ke tempat semula.

Memeriksa beberapa file lagi, tiba-tiba Maya memikirkan sesuatu. Di mana bos tampan itu?

Kenapa dari tadi tidak kelihatan?

Report
Share
Comments
|
New chapter is coming soon
+ Add to Library

Write a Review

Write a Review
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height