My Beautiful Bride/C10 Warisan
+ Add to Library
My Beautiful Bride/C10 Warisan
+ Add to Library

C10 Warisan

"Sore pak." Karena Ethan terlalu sibuk dengan pikirannya, Ethan tak menyadari kalau i9Daniel sudah muncul di hadapannya

"Saya mau melaporkan hari ini," ujarnya setelah menunduk sebentar dengan kaku.

"Saham gabungan Sinar turun karena berita Opa," serunya dengan suara melambat di akhir. Ethan menghela napas panjang, berita opa jelas akan mempengaruhi harga saham. Para spekulan akan menunggu hasil dari rapat pemegang saham untuk menetapkan Ethan sebagai CEO atau tidak, sepertinya sebelum ada kejelasan yang pasti, harga saham gabungan PT. Sinar akan turun terus.

"Kapan rapat pemegang saham?" Daniel seperti terkejut.

"Maaf pak, saat para pemegang saham menanyakan tadi, saya mengatakan anda butuh waktu—maaf." Pria bertubuh tegap itu kembali menundukkan kepalanya, menyadari kesalahannya.

"Oh begitu." Ethan kembali memasukan barang-barang Anna ke dalam tasnya, lalu berdiri hendak masuk ke kamar.

"Maaf pak." Ia kembali menunduk.

"Ya?" Ethan kembali memutar badan untuk memandang ke arahnya.

"Mengenai Anna,—" dia terlihat tidak nyaman untuk melanjutkan kata-katanya.

"Ada apa? Kenapa lagi dia?" tanya Ethan kesal mendengar namanya lagi, setelah opa berpulang tidak ada lagi yang bisa memaksanya untuk menikahi wanita itu.

"Maaf,—" Daniel kembali meminta maaf berarti ada sesuatu yang serius. Daniel adalah seorang yang praktis tak biasanya dia bicara berbelit-belit seperti ini.

Daniel lalu mengeluarkan kertas wasiat dari map kuning itu lalu menyerahkan surat wasiat opa kepada Ethan.

"Jadi untuk mengangkat bapak, agar bisa menjadi CEO grup ini, dan saham kepemilikan dari Opa Jacob juga diwariskan kepada Bapak harus menyetujui syarat Opa." Ethan menarik kertas yang dia berikan dengan kasar

Dia membaca dengan jantung berdebar, membaca cepat bagian tidak penting, lalu menuju inti.

"...akan mewariskan saham kepemilikan grup GQ kepada cucu kandung saya Ethan Samuel...,-" bacanya sekilas, bagus namanya tertulis disini. Lalu... apa ini? mengapa ada nama wanita itu disini.

"...akan mewariskan ... saham PT Indoq kepada ... Anna Federica,...-" mengapa dia bisa menjadi pemilik saham... Opa memang gila! buat apa dia memberikan sahamnya kepada orang asing!" maki Ethan dalam hati. Dia lalu duduk di sofa, karena kakinya kaget dengan apa yang baru saja dia baca.

Ada berbagai detail aset lain yang Ethan tak peduli, nama disitu hanya tertulis Ethan dan Anna. Opa ternyata sangat romantis, masih mengingat bagian hartanya untuk cucu wanita yang dia cintai. "Cih! bodoh sekali cinta itu tidak ada, hanya akal-akalan dari perusahaan coklat agar dagangannya laku!" pikirnya geram.

"Oke, jadi saham gabungan untukku dan wanita itu mendapatkan saham PT Indoq." Ethan meletakkan kertas itu di meja, tapi pria di hadapannya mencegahnya. Wajah Daniel yang biasa tak berekspresi kini terlihat sedikit gugup.

"Masih ada lembar berikutnya Pak." Dia menunjuk map kuning itu lagi.

Ethan mengambil lembar berikutnya, dan berikutnya, isinya masih sama aset di sini, pabrik ini, rumah di situ, dan namanya hanya antara mereka berdua, Ethan dan Anna. "Cih! beruntungnya dia, setidaknya status di KTP bisa berubah dari karyawan jadi orang kaya baru," dengus Ethan kasar karena kesal.

"Ya saya tahu, banyak aset atas nama saya dan perempuan itu kan?" tanyanya, tapi di luar perkiraan Ethan, Daniel menggeleng.

"Masih ada lembar berikutnya Pak," Ethan menghela napas panjang dan kembali melihat lembaran berikutnya.

"...semua ini akan diberikan jika Pihak kedua yakni Ethan Samuel menikah dengan pihak ketiga yakni Anna Federica dan memiliki keturunan sah." Ethan membelalakkan matanya. Opa-nya memang gila, memasukan perjodohan konyol itu ke dalam wasiat. Dia membaca ulang, selain Ethan harus menikah, Ethan juga harus memiliki anak darinya.

"Masih ada kelanjutannya lagi Pak," ungkapnya menunjuk kertas berikutnya. Apalagi yang tertulis dapat lebih buruk dari yang barusan kubaca? pikir Ethan dalam hati.

"Pihak pertama maupun pihak kedua harus menikah, memiliki anak dalam tiga tahun dan tinggal bersama selama hidup mereka, jika gagal maka semua yang diberikan akan ditarik lagi secara hukum dan dijual secara lelang dan hasilnya untuk dibagikan ke badan amal yang telah ditentukan." Ethan kembali terkejut membaca kegilaan opa, kali ini dia benar-benar membanting lembaran surat wasiat itu ke meja.

Amarahnya menggebu-gebu, dia tidak bisa tidak menikahi Anna, dia harus menikahi wanita kampungan itu. Dia menyuruh Daniel pergi dan kembali ke kamarnya.

Tetapi saat dia melewati sofa handphone di dalam tas berbunyi lagi. Ethan mendengus kesal, pas sekali dia menelpon, Ethan sedang dalam emosi yang menggebu-gebu.

Saat Ethan kembali membaca nama Raka tertera di layar handphone, dia tersenyum senang. Sepertinya Raka memang perlu diberi pelajaran.

"Ya?" Ethan menunggu reaksinya, dan hasilnya seperti yang dia kehendaki.

"Halo— ini handphone Anna kan?" seru Raka bingung karena yang mengangkat adalah suara pria dari balik telepon, Ethan mendengus kesal.

"Ya mungkin, Anda mau apa?" jawabnya dengan kasar. Raka menarik napasnya kaget baru kali ini ada maling yang tidak ada takutnya.

"Eh maling lo ye, brani amat ni orang dah maling, nyautin telepon orang, eh tau diri lo balikin telepon cewe ane!" teriaknya langsung marah.

"Apa dia bilang, maling? buat apa maling handphone yang gompal-gompal seperti ini?" tanya Ethan dalam hati. "Dan yang lebih membuatnya marah, cewe ane?" ulangnya dalam hati. Karena merasa ini buang-buang waktu, Ethan langsung mematikan handphone itu sampai mati total, seketika itu juga Ethan ingin melempar handphone itu sampai berkeping-keping.

Sepertinya surat yang dia baca tadi benar, Anna ternyata memiliki pacar, Raka namanya. Ethan tak mengerti mengapa dia bisa cemburu dengan wanita yang baru dia kenal dalam beberapa hari. Tanpa sadar tas punggung wanita itu ditariknya sampai putus.

Keesokan harinya Anna harus kembali bekerja, dan Raka sahabatnya sudah menunggu di depan gerbang rumahnya.

"Hoi, handphone lo kenapa sih? dari kemaren gue telepon di reject terus, lalu diangkat sama laki-laki trus langsung dimatiin. Lo kecopetan ya, bikin kesal aja itu maling?" lapor Raka kesal. Pria kekar itu memberikan helm kepada Anna.

"Pagi, apa kabar, kabar saya baik-baik saja, gitu napah klo ketemu orang, bukan nyerocos aja kek kereta lo." Anna menutup pintu gerbang lalu mengambil helm yang dia sodorkan. Raka terkekeh tapi tidak melakukan apa yang diminta Anna

"Handphone lo hilang?" tanyanya mengulang.

"Nggak, cuma ketinggalan, di tempat pemakaman opa gue kemaren." Raka memperhatikan Anna seperti tidak percaya. Tapi pria itu akhirnya memutuskan untuk percaya.

Sudah berapa lama setiap pagi Anna berangkat bersama Raka, sahabatnya dari kecil. Saat perusahaan Papa bangkrut karena krisis moneter, keluarga Anna terpaksa menjual rumah dan mengontrak disini, sejak itu juga mama menjadi sakit-sakitan.

Mereka sekantor bersama, Anna merasa sangat beruntung bisa sekantor dengan pria yang dia sukai. Walau Anna di bagian admin dan Raka di bagian mekanik, mereka selalu makan siang dan pulang kerja bersama.

Jam 6 malam tepat, sepulang kerja, Anna sudah di pinggir jalan depan kantor menunggu Raka datang. Tak lama dia menghampirinya dan memberikan helm.

Banyak yang menggosipkan mereka berpacaran, bahkan ada yang bilang mereka sudah menikah siri, tapi sebenarnya mereka hanya bersahabat. Surat yang dibaca oleh Ethan, berakhir penolakan. Pria itu tidak mau menjadi pacar Anna, dan memilih menjadi sahabat.

Jalan Jakarta hari ini tidak biasanya lancar, dalam waktu singkat Anna dan Raka sudah berada di daerah perumahan kami, tapi ternyata Raka melewati belokan ke perumahan mereka.

Anna yang memeluk tubuh raka dari belakang memperhatikan ke sekelilingnya sepertinya mereka menuju pasar malam.

"Yuk!" ajaknya sambil meraih tangannya lalu menggandeng Anna masuk ke dalam pasar malam. Pria itu hanya dengan menggandengnya, tapi seperti itu saja jantung Anna sudah mulai berdebar kencang.

Sudah seharusnya Anna melupakan perasaannya kepada Raka, tapi sulit jika mereka terus bersama seperti ini, jauh di lubuk hati paling dalam, Anna selalu menginginkan Raka untuk melihatnya tidak sebagai sahabt tapi sebagai seorang wanita.

Raka ternyata mengajaknya makan di sebuah warung sop iga. Warung itu penuh, Anna semakin lama harus semakin mendekat kepada Raka, karena orang bergeser sampai akhirnya tanpa sadar Anna menempel pada Raka.

Dia tiba-tiba merangkulkan tangannya di bahu Anna dengan santai.

Deg...deg...deg.

"Rame banget ya!" serunya.

"Iya rame banget," jawabnya pelan. Napasnya tertahan dan wajah Anna terasa panas karena malu karena tangan Raka yang masih merangkulnya.

Saat Raka mengantar Anna pulang. Mama Tak seperti biasanya menjadi sangat dingin kepadanya, padahal biasanya mama menyambut Raka dengan ramah, tapi kali ini dia hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa, sampai suasana menjadi canggung.

"Mama sepertinya lagi ga enak badan, sorry ya?" ujar Anna meminta maaf karena sikap mama yang aneh tadi. Raka memandangnya dengan aneh, lalu tersenyum canggung.

"Mungkin karena kamu mau menikah." Dia kembali ke motornya, sedangkan jantung Anna langsung berdebar kencang, "Maksudnya apa, kok dia bisa tahu?" tanya Anna dalam hati.

"Hah mau nikah gimana?" ucap Anna kaget tapi Raka mengabaikan ucapannya dan mulai menaiki motornya, tapi terhenti seakan-akan dia melupakan sesuatu.

"Aku jadi ingat suratmu yang waktu itu, seandainya waktu itu aku jujur dengan perasaanku, kejadian hari ini pasti berbeda," ungkapnya sambil menatap Anna penuh arti.

"Surat? maksudnya surat yang itu... yang dibaca Ethan?" pikir Anna panik.

"Maksud lo apa Ka?" tanya Anna kepada Raka yang mulai menjauh. Dia hanya melambaikan tangannya tanpa berhenti.

Anna kembali masuk ke rumah, dan mengunci pintu gerbang. Berkecamuk berbagai kata yang tadi Raka ucapkan.

"Apakah berarti pria itu juga menyukainya dari dulu? Bolehkah aku berharap begitu?" pikir Anna tersenyum sambil menatap motornya yang menjauh.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height