My Beautiful Bride/C12 Di Dalam Pelukannya
+ Add to Library
My Beautiful Bride/C12 Di Dalam Pelukannya
+ Add to Library

C12 Di Dalam Pelukannya

"Aku mau," jawabnya tiba-tiba sudah berdiri di sebelah Anna. Tubuhnya yang tinggi menjulang memenuhi ruang makan mereka yang kecil. Anna menatapnya sesaat, seketika hatinya berdesir melihat matanya yang tajam, ada apa dengan dirinya, mengapa kehadiran Ethan begitu mengusiknya? Anna segera berdiri menuju dapur lalu mengambil piring. Sebenarnya dia hanya mau melarikan diri dari pandangan Ethan yang menusuk tapi Ethan kembali merasa memiliki pesuruh baru.

"Sendok juga," pintanya dengan nada menyebalkan. “Cih! Menyebalkan,” seru Anna dalam hati. Wanita muda itu memutar tubuhnya lagi untuk mengambilkan sendok untuk Ethan.

"Memang kamu belum makan, tumben?" tanya Anna mengingat telur orak-arik dan daging asap buatannya.

"Aku ada urusan," jawabnya singkat. Mama duduk di sebelahnya, terlihat kontras sekali, mama yang bertubuh kecil dan kurus dengan Ethan yang bertubuh besar.

"Semoga Ethan suka ya, Tante buat nasi goreng pete," kata mama dengan ramah mengabaikan pembicaraan mereka yang ketus. Ethan hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan mama.

"Kalian ngobrol saja dulu ya, Tante mau urus jemuran baju." ujar mama lalu berdiri lagi dan berjalan pelan menuju kamar belakang. Anna meletakkan piring berisi nasi goreng dan sendoknya di depan Ethan.

Ethan memandangi piringnya dengan bingung, dan mengambil sendok yang Anna berikan lalu memandangnya yang langsung kembali makan dengan lahap. Anna melirik diam-diam kepadanya, dan menahan tawanya saat melihat Ethan mengerutkan keningnya saat mencium aroma pete, tapi ia akhirnya memasukkan sendok itu ke mulutnya dan mulai mengunyah.

Dia sepertinya terkejut dengan cita rasa yang berbeda di mulutnya, dan lalu dengan ragu-ragu mengambil sendok berikutnya, dan berikutnya dan akhirnya dia makan dengan cepat dan selesai lebih cepat daripada Anna. Suara sendok berdenting ketika mengenai dasar piring yang kosong.

"Kamu benar-benar belum makan?" tanya Anna bingung karena melihat pria itu begitu cepat memakan makanannya. Ethan menatap Anna terkejut karena baru menyadari kalau dia sudah menghabiskan seluruh makanannya.

"B-belum, aku buru-buru kesini supaya bisa menemuimu sebelum kamu ke kantor," jawab Ethan dengan canggung. Pria itu lalu membersihkan tenggorokannya tapi malah terbatuk, Anna segera mengambilkan segelas air untuknya. Pria itu segera menghabiskan isi gelas itu..

"Buat apa kamu kemari?" Anna kembali duduk di depan piringnya dan meneruskan sisa makanannya yang sebenarnya tinggal sedikit tapi terus terganggu karena kedatangan Ethan.

"Kita harus bicara." Dia meminta minum lagi pada Anna. Wanita itu mendengus lalu menghentikan lagi makannya untuk menuang air buat Ethan. Pria itu kembali meminum air dari gelasnya sampai habis. Ethan sebenarnya bingung harus memulai pembicaraan dari mana, tapi yang pasti, lebih baik bukan di sini untuk membicarakannya.

Ketika Anna akhirnya selesai makan, wanita itu berdiri dan mulai mengumpulkan piring mereka dan membawanya ke dapur. Saat Anna ke dapur, entah kenapa Ethan mengikutinya. Anna menatap pria itu dengan heran.

Lantai dapur yang terletak di belakang rumah Anna, naik sekitar 15 sentimeter dari pada ruang tengah. Sehingga ketika Ethan ikut ke dapur pria itu harus menekuk kepalanya. “Desain rumah ini aneh sekali, mengapa lantai dapur bisa naik begini?” tanya Ethan dalam hati.

"Ngapain kamu ikut ke sini," tanya Anna kaget karena Ethan berada dekat sekali dengannya. Ethan juga tidak mengerti mengapa dia mengikutinya, bahkan saat ini kepalanya pun mulai terasa pegal.

"Aku mau tahu kenapa di dapur ini ga ada ventilasi udara, bisa kebakaran kalau begini!" ujarnya melihat kanan kiri dengan posisi yang tidak nyaman. Tapi saat Anna melihat ke arah Ethan, yang wanita itu lihat adalah sisa nasi yang ada di pipinya.

"Kalau kalian masak, asap pasti nggak bisa keluar, dan kalian bisa sesak napas!" serunya lagi menatap Anna dengan serius seakan itu adalah masalah hidup dan mati, disaat Anna tiba-tiba mengangkat tangannya untuk mengambil nasi yang ada di pipinya.

Anna tidak mengerti mengapa dia melakukan itu tapi rasanya mengganggu sekali melihat ada bulir nasi itu di wajah Ethan yang tampan. Ketika Anna mengambil nasi itu, Ethan langsung menepis tangannya dengan kasar dan segera mundur.

"Apaan sih!" hardiknya dengan marah. Jantung Ethan berdebar kencang. Dia tidak pernah suka wajahnya disentuh. Tidak ada, bahkan Leona pun tidak pernah menyentuh wajahnya.

"A-aku... itu ada nasi. A-aku... ya sudah aku cuma mau bantu." Seketika itu juga Anna langsung menyesali perbuatannya. Dalam diam Anna segera mencuci piring, dan Ethan berdiri terpaku di sebelahnya tanpa berkata apa-apa.

Anna lagi-lagi tidak mengerti kenapa setiap hal yang pria itu lakukan membuatnya merasa kikuk, tangan Anna sebenarnya tidak sesakit itu, tapi wanita itu begitu terkejut dengan gerakan kasar Ethan kepadanya.

Karena melihat sepertinya Anna menjadi marah kepadanya, perasaan Ethan seketika menjadi tidak karuan. “Mungkin aku terlalu kasar kepadanya tadi,” pikirnya dalam hati. Sedangkan Anna hanya diam melanjutkan mencuci piringnya. Ethan tidak tahu harus bagaimana, sehingga hanya diam di sebelahnya. Keheningan ini menyiksanya, dia harus berbicara sesuatu, apa saja.

"Kamu sih tiba-tiba," ucap Ethan membela diri tapi Anna tetap tidak berkata apa-apa. Dia hanya melanjutkan mencuci piring dengan diam. Ethan masih berdiri dengan kepala tertekuk di sebelah Anna dengan canggung.

"Tanganmu ga apa-apa kan?" tanya Ethan lagi setelah memutar otak, tapi Anna tetap saja diam. Anna kesal dan semakin merasa tidak enak. Saat Anna menaruh piring terakhir di tempatnya, Ethan menarik Anna dengan tidak sabar untuk menatapnya.

"Nggak usah marah, gitu aja marah." Anna akhirnya semakin kesal karena malah dituduh marah. Anna yang sedari tadi diam mencibir. “Siapa yang marah, dari tadi dia yang bicara terus kok!” dengus Anna dalam hati.

Anna melepaskan dirinya dari pegangan Ethan lalu keluar dari dapur. Ethan segera mengejarnya. Sesampainya di ruang tengah, Anna segera mengambil tasnya dan bersiap ke kantor. Tiba-tiba ada rasa ketakutan masuk dalam hati Ethan, Anna akan meninggalkannya juga, seperti Opa.

Ethan tiba-tiba saja menarik Anna, kali ini begitu kencang sehingga Anna terpelanting masuk ke dalam pelukannya dengan kasar. Pria itu memeluknya dengan erat.

“Jangan pergi, jangan... kamu jangan tinggalkan aku juga.” Alam bawah sadar Ethan berkata. Tangan Anna agak sakit karena tarikannya yang kasar, tapi anehnya jantungnya berdebar sangat kencang.

"Maaf," ucap Ethan sambil mengelus rambut Anna dengan lembut. Pria itu mendekap tubuh mungilnya dalam pelukannya. Anna terdiam dalam pelukannya, dia menghembuskan napasnya yang tertahan.

Ethan begitu mengejutkan, Anna terpana sesaat dalam pelukannya, dan menghirup aroma tubuhnya yang mulai Anna hafal. Jantung Anna berdebar kencang sekali sampai mau lepas rasanya.

"Ih apaan sih!" ucap Anna dengan wajah memerah. Wanita itu segera mendorong tubuh Ethan dan menjauhinya. Ethan juga bingung mengapa dia jadi begitu emosional. Ethan seperti menjadi bukan dirinya karenanya.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height