My Beautiful Bride/C3 Melarikan Diri Dan Tertangkap
+ Add to Library
My Beautiful Bride/C3 Melarikan Diri Dan Tertangkap
+ Add to Library

C3 Melarikan Diri Dan Tertangkap

Ethan menyetir dengan cepat keluar dari rumah sakit dalam diam. Anna sebenarnya baru pertama kali naik mobil yang seperti ini, dia terkesima dengan tampilan dalam mobil yang mewah. Namun tetap saja dia pura-pura tak peduli. Dia hanya duduk diam sambil memegang bagian gaunnya yang robek. “Ini semua karena karena mama menyuruhku memakai gaun bekasnya, pasti kainnya sudah rapuh,” pikir Anna gemas.

Telepon yang Ethan tunggu-tunggu akhirnya berdering panjang. Tanpa permisi, pria itu segera meminggirkan mobil dan mengangkat handphone. Dengan cepat dia sudah tenggelam dalam conference call-nya. Anna mendesah sebal, dia jadi terperangkap di dalam mobil dengan pria yang menyebalkan ini.

Tanpa dia mau, Anna jadi bebas memperhatikan wajah Ethan. Wajahnya berkulit putih mulus dengan tidak wajar. “Pria kok memiliki kulit semulus itu,” komen Anna dalam hati, lalu kembali memperhatikan dagunya yang runcing lalu bibirnya yang tebal, seksi. Sekilas saat dia berbicara ada lesung pipi halus yang muncul.

Poninya hampir menutupi wajahnya. Kalau lagi berbicara serius seperti saat ini, dia terlihat sangat tampan. Anna harus mengakuinya, namun ketika berbicara kepadanya tadi , kelakuannya segera menghilangkan kekaguman Anna, berbicara dengannya langsung membuat Anna menjadi darah tinggi.

Pria itu terus berbicara cepat mengenai kenaikan harga saham, dan sebagainya dengan bahasa Inggris yang Anna tak mau ambil pusing. Dia sendiri sudah merasa tangannya pegal karena harus terus memegangi bagian yang robek.

“Mungkin kalau gelap begini, dia tidak akan sadar kalau gaunku robek. Mungkin kalau aku lepas pegangan tanganku sebentar tidak akan ada apa-apa,”’ pikir Anna dalam hati sambil memperhatikan Ethan yang masih sibuk berbicara sambil melihat ke arah yang lain jadi aman. Anna melepaskan tangannya dengan pelan. “Ah leganya, tanganku pegal sekali!” jeritnya dalam hati.

Lalu hujan tiba-tiba turun, Anna seketika melihat ke arah jendela. “Aish, semakin sulit aku untuk melarikan diri,” runtuknya dalam hati. Dia meratap dalam hati memandangi air hujan yang turun deras.

Ethan menatap jendela yang mulai basah karena jatuhnya hujan. Dia memasang wiper mobil, bunyinya yang konstan mengisi keheningan setelah conference call-nya usai. Pembicaraannya dengan New York berjalan lancar, kantor pusat setuju dengan keputusan yang dia ambil, iklan yang baru berjalan beberapa waktu namun menyesatkan publik itu, akan ditarik dan segera dibuat iklan yang baru lagi, walaupun akan keluar biaya baru. Pihak pusat tidak keberatan, dan menyetujui sarannya.

Ethan sangat suka bekerja dengan perusahaan yang memiliki integritas ini. Dengan puas pria itu merengangkan tubuhnya dengan lega lalu tanpa sadar melihat bayangan Anna dari kaca spion tengah mobil. Dia baru teringat akan wanita di sebelahnya, dia segera mengalihkan pandangannya kepada wanita keras kepala di sebelahnya.

Tapi pemandangan yang Ethan lihat lebih menakjubkan. Gaun Anna ternyata robek jahitannya dari dada sampai ke pinggang, walaupun Ethan tak ada bermaksud mengintip tetapi naluri kelaki-lakiannya langsung muncul dan menatap tubuhnya yang terlihat sedikit itu.

Walaupun dalam sinar yang temaram, jantungnya seketika berdebar-debar ketika melihat kulitnya yang seputih susu, dadanya penuh dan pinggangnya ramping. Wanita itu menatap air hujan yang jatuh di jendela, tanpa menyadari Ethan bisa melihat tubuhnya itu.

Pemahaman baru muncul di kepala Ethan. Ternyata wanita ini diam di dalam mobil karena bajunya robek bukan karena kagum dengan mobilnya. “Apakah karena tarikan tangannya kah bajunya ini bisa robek?” tanyanya dalam hati. Tiba-tiba Ethan merasa harus bertanggung-jawab.

"Hei, hei!" ujar Ethan setelah bisa menguasai dirinya, tapi Anna tidak mau menoleh dengan panggilan itu.

"Hei ...," panggilnya lagi, Anna benar-benar kehabisan sabar dengan pria ini, dia segera menoleh dengan siap tempur.

"Panggil aku dengan,—" ucapan Anna terpotong karena jari Ethan yang menunjuk robekan gaunnya yang terbuka lebar memperlihatkan BH dan sebagian besar perutnya.

"Astagaaaa!" jerit Anna dalam hati, langsung kembali menggenggam gaun yang robek itu.

Ethan segera membuka jasnya, setidaknya Anna bisa mengenakannya sepanjang jalan, daripada dia harus menggenggam gaunnya terus menerus. Namun ketika dia mendekatinya untuk memakaikan jas itu kepadanya, Anna langsung ketakutan. Dia mundur dan Ethan semakin mendekat sampai Anna tidak bisa mundur lagi, Anna semakin panik.

"JANGAN!" jeritnya sambil mendorong Ethan.

"Apaan sih!" serunya kaget, Ethan segera menarik badannya kembali.

"Jangan dekat-dekat, kamu mau apa!" teriak Anna panik. Bola matanya coklat mudanya menatap Ethan ketakutan. Ethan tiba-tiba merasa geli, dia pasti berpikir kalau Ethan akan menyerangnya. “Hahaha, justru karena kelakuannya seperti ini, aku malah jadi kepikiran,” pikir Ethan sambil menatap bibir merahnya yang mungil.

"Ya sudah kalau nggak mau pake!" Ethan menarik jasnya yang dari tadi ternyata sudah di pangkuan Anna

"Eh...mau!" seru Anna sambil langsung menarik jas Ethan dan segera mengenakannya. Jas itu terasa hangat walau kebesaran untuknya.

Terlihat senyuman tipis di wajahnya yang mungil itu, Ethan kembali mendengus, lalu menjalankan mobil. Ada perasaan hangat yang aneh menyusup ke dalam hatinya ketika melihat senyuman Anna.

Sebenarnya Anna merasa lapar, karena panik menemani Opa, wanita itu sama sekali tidak makan kecuali tadi makan siang bersama Opa. Dia rencananya akan mampir ke warung untuk mencari makanan pengganjal perutnya sebelum pulang. Tapi dia malah terseret bersama pria menyebalkan di sebelahnya ini. Dia melirik pria bertubuh tegap di sebelahnya dengan kesal. Lalu seketika Anna tersadar kalau jalan ini tidak menuju rumahnya. Dia bahkan belum memberikan alamat rumahnya.

"Kita mau ke mana?" tanya Anna bingung memperhatikan sekitarnya, hujan masih deras dan dia terperangkap di mobil ini.

"Makan," jawabnya seenaknya.

Perut Ethan sudah bergetar-getar dari meeting tadi. Dia melirik jam yang ada di dasbor mobil, sudah jam 11.23, jam segini yang pasti buka hanya restoran cepat saji, lalu segera mengarahkan mobil menuju salah satu restoran andalan karena dia selalu makan terlambat.

Anna memegang perutnya. “Apa tadi dia mendengar kalau perutku berbunyi? Kok dia bisa tahu?” tanya Anna panik dalam hati. Ethan masuk ke layanan drive thru, dan membuka jendela, angin hujan langsung masuk ke dalam mengacaukan rambutnya, dia melirik melalui spion tengah memandang wajah Anna yang bingung.

“Ah, pasti dia kecewa diajak makan di sini. wanita seperti ini pasti maunya makan mewah di restoran Italia. Pasti dia tidak menyangka akan diajak ke restoran model begini,” pikir Ethan sinis dalam hati.

"Mau makan apa?" tanyanya singkat.

"Paket double cheese minumnya ganti botol teh, makasi." Anna menjawab pasti dengan senyum senang. Restoran ini merupakan salah satu restoran cepat saji kesukaan Anna.

Ethan yang terkejut karena pesanannya ternyata sama segera mengucapkan pesanannya lalu maju ke konter lain untuk mengambil pesanan. Mereka segera makan dengan diam, Anna yang lapar sekali sehingga dalam sekejap langsung menghabiskan pesanannya bahkan sebelum Ethan menyelesaikan makannya.

Ethan menatap Anna dengan heran, benar-benar wanita aneh. “Setidaknya dia seharusnya ada rasa malu, jika makan dengan calon suami,” pikirnya mencemooh tapi namun langsung tersadar. “Eh kenapa aku jadi berpikir begitu ya? Dia hanya calon yang dijodohkan oleh opa Jacob, jadi dia bukan calon istriku?” maki Ethan dalam hati karena pikirannya mulai aneh-aneh. Sepertinya dia sudah kelewat lelah, pikirannya mulai melantur ke mana-mana.

"Cepet aja, laper ya?" tanyanya menyindir Anna, kata-kata itu meluncur cepat sebelum Ethan sempat menahan dirinya. Anna menghabiskan teh kemasannya dan melirik ke arah Ethan dengan sebal.

"Sudah pasti, aku nungguin Opamu dari siang sampai malam ini. Kalau aku sih khawatir ya kalau Opaku kenapa-kenapa. Nggak seperti seseorang yang sok sibuk, sampai nggak bisa ditelepon," jawab Anna malah menyindir balik. Ethan mendelik ke arah Anna dan hendak membalasnya tapi tiba-tiba handphone wanita itu berbunyi. Anna mengangkat tangannya menyuruh Ethan berhenti.

Ethan, terkejut, dia harus berhenti bicara saat wanita itu mengangkat tangannya menyuruhnya berhenti, dan anehnya lagi Ethan menurut. “Orang dari New York tadi menunggunya untuk bisa berbicara, tapi wanita ini seenaknya memberikan telapak tangannya agar dia berhenti bicara? Aku sudah mulai gila, kenapa aku menurut ya?” tanya Ethan bingung pada dirinya sendiri.

"Ya Mama, aku dah jalan pulang kok, iya aku aman, aku naik taksi kok," jawab Anna malas menceritakan detail apa yang terjadi sambil melirik, ke arah Ethan.

Pria itu memandang Anna tidak percaya disamakan dengan taksi, Ethan ingin mengambil handphone-nya dan berteriak kepada siapa pun yang di balik telepon itu kalau dia yang mengantarnya, bukan taksi, jadi Anna pasti aman.

Tapi wanita menyebalkan itu meletakkan jari telunjuknya di bibirnya yang mungil itu, bibir yang dari tadi menggoda Ethan lalu tanpa dia sadari pikirannya kembali ke bayangan tubuh Anna yang tadi dia sempat lihat sekilas. Ethan tersadar dari lamunannya karena pandangannya bertemu dengan Anna. Dia segera mengalihkan pikirannya, dengan emosi dia mulai menjalankan mobil.

"Rumahku di Petukangan, Akasia TV3 nomor 1." Ethan mendengus kesal karena Anna benar-benar membuatnya seperti supir taksi, tapi dia segera mengarahkan mobil ke sana.

Anna memperhatikan air hujan yang jatuh di jendela, sambil merebahkan tubuhnya ke bangku mobil yang nyaman. Jas Ethan pas sekali menutupi tubuhnya yang mungil, sehingga dia merasa hangat. Anna menguap karena tiba-tiba merasa mengantuk.

"Aku tidak boleh tertidur...aku tidak boleh tertidur," ucap Anna dalam hati memperingatkan dirinya.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height