My Beautiful Bride/C8 Sepatu 15 Juta
+ Add to Library
My Beautiful Bride/C8 Sepatu 15 Juta
+ Add to Library

C8 Sepatu 15 Juta

Tak lama Anna keluar dengan wajah cemberut. rambutnya masih agak basah. Seketika aku terpesona melihatnya dengan gaun sederhana itu, dia cantik sekali. Yang membuat Ethan bingung walaupun wajahnya polos tidak memakai make-up sama sekali, mengapa dia bisa tampil cantik?

Seingatnya dulu, Leona selalu menghabiskan banyak sekali waktu di depan cermin untuk bersolek, tapi wanita yang cemberut di depannya ini sepertinya langsung keluar dari kamar ketika selesai memakai baju, bahkan rambutnya pun sepertinya tidak disisir.

"Dasar kamu mesum!" ujarnya marah menatap Ethan.

"Kenapa mesum?" tanyanya sambil menyesap kopi, cangkir kedua dalam hari ini.

"Kamu ngintip ya?" tuduhnya lagi.

"Sudah aku bilang aku tidak tertarik dengan anak kecil," jawab Ethan menghabiskan kopinya berkebalikan dengan apa yang Ethan baru lakukan, tapi Anna diam menatapnya meminta penjelasan.

"Aku ganti baju, itu kamarku juga," Ethan kesal dipandang sebagai seorang mesum.

Wanita itu memajukan bibirnya lagi tanda tidak suka, tapi tidak bisa berkata apa-apa lagi karena apa yang katakan benar. Dia hanya duduk di hadapan Ethan dengan wajah masam.

"Seperti kamu cocok juga mengenakan pakaian wanita dewasa," ujarku mencoba mencairkan suasana. Wajahnya terkejut mendengar perkataan Ethan, ada senyuman tipis yang muncul walau segera hilang ketika dia menyadari kalau Ethan memperhatikannya.

"Ah baju begini saja." jawabnya sambil menyentuh bahan menerawang di lengannya.

"Tapi sepertinya Daniel memilihkan pakaian dalam yang tepat untukmu, ukurannya pas?" tanya Ethan memancing reaksinya. Dan sekali lagi reaksinya tidak mengecewakannya.

"Ish, pertanyaan ga penting," ujarnya malu, wajahnya memerah , dia kembali menutupi dadanya dengan cara menyilangkan tangannya. Ethan mendengus geli sambil berdiri. Wanita ini menyenangkan untuk digoda.

"Ayo kita berangkat, ini sepatumu." ucapnya melempar kotak sepatu ke lantai. Ethan terkejut karena bunyinya keras sekali, sebenarnya ia tidak bermaksud untuk melempar sekeras itu, tapi ternyata sepatunya berat. Anna tersinggung dan menatap Ethan dengan dingin.

"Kenapa? takut ukurannya salah? aku suruh Daniel membeli 3 ukuran itu disusun disitu, aku hanya mengambil ukuran yang paling kecil saja, pas buat anak-anak seperti kamu, kalau aku sampai salah, kamu bisa pilih ukuranmu disitu," jelas Ethan salah tingkah menunjuk susunan sepatu di samping sofa. Tapi matanya masih menatap Ethan dengan kesal, dia menggigit bibir bawahnya yang membuat Ethan teringat akan ciuman nakalnya tadi malam.

"Aku akan pakai sepatuku saja!" seru Anna mencari sepatunya.

"Dimana sepatuku?" tanyanya memandang Ethan dengan curiga. Ethan mengangkat bahunya berlagak bingung dan segera berjalan keluar rumah menuju mobil.

Dia tahu sepatunya dimana, sepatu Anna ada di mobil, Ethan tahu kali ini dia sangat kekanak-kanakan tapi dia ingin Anna mengenakan semua barang-barang yang dia belikan. Ethan segera mengambil sepatunya dan menaruhnya di bagasi mobil.

Ethan menyalakan mobil tapi Anna tidak kunjung keluar rumah. Entah apa yang dilakukan wanita itu di dalam. Dengan kesal Ethan masuk kembali untuk menjemputnya.

Ethan masuk disaat dia sedang berusaha mengenakan sepatu yang dilempar tadi, sepertinya kali ini Ethan tidak salah memperkirakan ukuran kakinya, dia memang memakai ukuran paling kecil. Dia mencoba berdiri dengan hak tinggi yang seperti jarum itu.

"Ayo, kamu ngapain sih lama sekali!" ucapku mendekatinya, dengan mengenakan sepatu hak itu, kakinya jadi terlihat jenjang dan bokongnya juga menjadi naik, tapi dia berdiri dengan limbung.

"Ada apa?" tanya Ethan heran

"Engg...,-" ujarnya enggan. Ethan sudah di hadapannya, tiba-tiba Anna merangkul tangannya. Sontak Ethan menjauh karena kaget akan sentuhannya, jantungnya tiba-tiba berdebar kencang. Ethan sampai bingung dengan reaksi tubuhnya yang begitu noraknya bereaksi dengan sentuhan Anna. Tetapi, karena gerakannya, Anna hampir jatuh.

"Kamu ga pernah pakai sepatu hak?" tanya Ethan heran, dia kembali mendekatinya pelan-pelan. Anna menghela napas panjang.

"Pernah, tapi tidak segini tingginya dan bukan yang stiletto seperti ini." ungkapnya jujur. Ethan menatapnya tidak percaya lalu mendengus geli.

"Kamu tuh perempuan atau tidak sih, persis anak kecil, stiletto masa nggak pernah pakai?" tanyanya menghina.

"Stiletto susah dipakai, aku tidak suka yang susah-susah, sini lenganmu, aku harus pegangan." ujarnya langsung menarik tangannya, entah kenapa dia sama sekali tidak canggung merangkul Ethan, sedangkan Ethan berdebar-debar seperti orang bodoh.

Di upacara penguburan, jumlah pengantar semakin sedikit, semakin terlihat jelas siapa saja yang benar-benar peduli, sesungguhnya Ethan tak peduli. Mereka sebenarnya seperti semut yang mengerubungi gula, ketika gulanya habis, semut-semut itu semua akan pergi.

Anna memandang Ethan seuntai rambutnya yang panjang jatuh menutupi matanya yang sendu. Tadi saat di rumah dia terlihat sungguh berkuasa, tapi kini Anna menyadari Ethan begitu rapuh.

Ethan memandang kubur Opa-nya, dia telah pergi untuk selamanya dan kini Ethan sendirian, tanpa ada keluarga. Tapi tepat disaat dia berpikir seperti itu, wanita di sampingnya tiba-tiba menautkan jemarinya diantara jemari Ethan, dan menyandarkan dirinya di lengannya, hanya itu saja, tapi itu sudah seketika menenangkan Ethan dan menghiburnya.

Banyak orang yang berdesis rendah saat mereka berjalan berdua, sehingga Anna ingin melepas tangannya, Tapi Ethan semakin menggenggam jemarinya hingga terasa sakit.

"Sakit." Dia mengeluh kepadanya, tapi sepertinya dia tidak mendengar, pandangan terpaku pada gundukan tanah yang kini sepenuhnya tertutup dengan kelopak bunga berwarna putih. Rahangnya mengeras seakan dia menggertakkan giginya sepanjang pemakaman. Anna akhirnya menghela napas dan membiarkan dia memegang tangannya walau dia menyakitinya.

Setelah pemakaman dengan masih menggandeng Ethan membawa Anna masuk ke mobil. Dia diam sepanjang perjalanan, tiba-tiba saat Anna sadari mereka sudah sampai di keluaran tol Ciledug.

"Kemana?" tanyanya mengagetkan Anna

Dia mengikuti setiap instruksi Anna tapi masih terdiam. Keheningan ini membuat Anna merasa canggung, dia lebih suka Ethan yang marah-marah atau mengejek.

"Eh, kelewatan!" teriak Anna menatap gang rumahnya yang terlewat, Ethan sudah diberitahu untuk berhenti, tapi dia tidak bergeming. Tiba-tiba dia meminggirkan mobilnya dipinggir jalan jauh dari gang rumah Anna, lalu parkir.

"Kenapa berhenti di sini, jauh banget, aku kan harus jalan pakai sepatu jelek ini!" keluh Anna sambil menendang sepatunya.

"Cih, sepatu jelek itu harganya 15 juta," jawab Ethan dengan dingin.

"Hah?" Anna mendelik dan mengangkat sepatu itu hati-hati seperti mengangkat telur ayam.

Anna segera mengamati sepatu itu, terlihat biasa saja, berwarna hitam, dari bahan kain, dan ada hiasan batu di tengahnya, apa ini berlian?

"Buat apa sepatu diangkat-angkat? Kotor!" dia memukul sepatu itu sehingga jatuh kebawah.

"Iiih, jangan nanti rusak!" Anna mendelik kepadanya lalu kembali mengambil sepatu itu dari lantai mobil, dia segera mengelus sepatu itu dengan penuh kasih sayang, seperti mengelus seekor anak kucing.

"Lebih aneh lagi sepatu di elus-elus, tadi katanya jelek?" tanya Ethan mendengus.

"Itu sebelum aku tahu kalau ini harganya 15 juta," jawab Anna dengan jujur, Ethan kembali mendengus.

"Ya sudah pake sekarang kamu mau turun atau nggak sih? atau mau ikut ke rumahku lagi?" Dia tersenyum miring menatap Anna.

Anna langsung mencari tasnya, tapi baru ingat kalau tasnya tidak ada.

"Tasku ada di rumahmu, sepatuku juga hilang entah kemana," Anna memandangnya dengan kesal.

"Ah, anggap saja semua isi tasmu dan sepatumu itu ditukar dengan gaun dan sepatumu ini sekarang," jawab Ethan seenaknya.

"Ada handphoneku disana," Anna melipat tangannya di dada, menyesal karena melupakan hal sepenting itu.

"Mau beli dulu?" tanyanya santai seakan membeli handphone itu sama dengan membeli gorengan. Anna muak dengan gayanya yang sok kaya itu, memang dia kaya sih, tapi seharusnya dia tidak bicara seperti itu.

"Sudah aku turun sekarang, buka kuncinya." Dia membuka kunci pintunya dan keluar dari mobil. Cih! buat apa dia keluar, Anna lalu dengan susah payah mengenakan sepatu 15 juta itu.

Tiba-tiba Ethan membuka pintu.

"Lama amat!" Dia mengeluh, dia menepis rambutnya yang jatuh di pelipisnya. Anna kembali mengakui kalau dia memang tampan.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height