+ Add to Library
+ Add to Library

C4 Rencana Laura

"Mama yakin liburin satpam sama pembantu?" tanya Eduardo bingung. Pasalnya, tak ada angin tak ada hujan Laura meliburkan pembantu dan satpam selama seminggu. Laura terkenal dengan pelit izin, otomatis Eduardo bingung.

"Memangnya kenapa? Mama memang pelit izin, karena mama sedang baik mangkanya satpam sama pembantu libur. Mama juga kasih bonus dikit buat ongkos jalan," balas Laura tenang. Ia menyesap teh yang Diana buat untuknya. Wajahnya seolah tak ada niat jahat. Eduardo jadi percaya.

Eduardo melirik jam tangannya. "Kayaknya aku udah telat deh mah, aku berangkat dulu ya!" pamit Eduardo dan bangkit dari kursi ruang tamu.

"Yaudah, kamu hati-hati ya. Jangan ngebut!" Eduardo mengangguk sebagai jawaban. Ia menyalami tangan Laura dan berangkat menuju kantor.

Laura tersenyum senang. Hari ini adalah pembalasan untuk Diana. Laura memang meliburkan satpam dan pembantu agar tak ada saksi mata, bahkan Laura sangat niat mematikan kamera CCTV dari ruang kendali. Rencananya pasti akan sempurna, tak lama lagi Diana akan ditendang oleh Eduardo.

Setelah memastikan Eduardo benar-benar pergi, Laura bangkit dan meneruskan tahap dua dari rencananya.

Laura bersiap-siap hendak pergi kesuatu tempat. Bahkan Laura pun berdandan dan memakai banyak perhiasan. "Sempurna." Laura pun melangkah ke luar rumah. Ia menghampiri Diana yang tengah menyiram tanaman. "Hei! Saya mau keluar dengan teman-teman saya. Kamu jaga rumah! Jangan pergi kemana-mana!"

"Iya mah," balas Diana.

"Bagus." Laura melenggang pergi. Ia mengendarai mobil mewah keluar.

Laura tersenyum senang didalam mobil. Rencana nya berjalan dengan mulus. Kini ia menjalankan tahap 3 dari rencananya. Ia menjemput 2 orang yang berada didepan kompleks perumahan mewah miliknya. 2 orang itu masuk dan menyapa hangat Laura.

"Halo bos apa kabar?" sapa Atmojo. Ia bersama temannya, Sapto, duduk di kursi belakang mobil.

Laura melirik orang itu dari spion. "Halo kalian berdua. Sudah siap dengan tugas yang saya berikan?"

"Siap dong bos! Perkosa mantu bos kan?" jawab Sapto.

Laura mendesis. "Apa otak kalian hanya selangkangan saja? Bukannya sudah saya bilang kalau kalian berfoto seolah-olah sedang bercinta! Kalian kalau bercinta itu beringas dan lama. Bisa ketahuan saya!"

"Yah," Atmojo mendesah kecewa. "Tapi kalau pegang-pegang boleh dong bos!"

"Iya terserah!" Laura pun melajukan mobil menuju rumahnya. Atmojo dan Sapto senang, mereka tahu kalau menantu Laura itu cantik dan sexy.

Laura menghentikan mobilnya agak jauh dari gerbang rumahnya. ia berbalik dan memberikan arahan kepada dua orang suruhannya. "Begitu masuk, kalian bius perempuan yang sedang menyiram tanaman. Kalau perempuan itu tak ada, cari kedalam rumah. Mengerti?"

“Siap bos!" Sapto dan Atmojo keluar dari mobil.

Mereka keluar dan menghilang dibalik gerbang rumah. Laura pun keluar berniat mengintip dari gerbang.

Belum ada semenit, Diana sudah dibuat pingsan oleh dua orang itu. Laura senang dan menghampiri mereka. "Ayo! Bawa dia dan ikuti saya!"

Sapto pun menggendong Diana mengikuti Laura ke kamar miliknya. Tak lupa dengan Atmojo dengan kamera dan senyum mesum melihat Diana. Sapto membaringkan Diana.

"Aku tak perduli apa yang kalian perbuat. 10 menit kalian harus selesai. Jangan lupa tugas kalian!!!" titah Laura.

"Bos, 10 menit mana cukup!" protes Atmojo dan disetujui oleh Sapto.

Laura pergi dan tak menanggapi protesan keduanya. Laura tak mau melihat apa yang dilakukan mereka. Lebih baik ia memasukan mobilnya lalu meminum jus siap saji dan camilan kesukaannya.

15 menit berlalu, lewat dari yang Laura perintahkan. Dua orang itu telah selesai dengan tugasnya. Entah apa yang membuat mereka lama.

Yang penting, Laura mendapatkan apa yang ia mau. Laura mengecek hasil kerja Atmojo dan Sapto, baru saja mereka mengirimkan sebuah foto ke ponselnya. Ia tertawa jahat melihat Atmojo, Sapto dan Diana seperti sedang bercinta. Mereka sangat totalitas.

"Bagaimana bos? Hasil kerja kita, ada yang perlu diulangi?" tanya Sapto. Sementara Atmojo masih meraba-raba tubuh Diana yang terbungkus pakaian.

"Tidak. ini sudah cukup," balas Laura.

Atmojo mendesah kecewa. "Yah, padahal masih pengen lihat tubuh montoknya." Atmojo meremas payudara Diana, tangannya masuk ke sela-sela bra yang dikenakan oleh Diana.

"Woi! Jangan cari kesempatan dalam kesempitan ya! Aku juga mau!" protes Sapto. Ia mendekati Diana dan melakuan hal tak senonoh seperti Atmojo.

Laura tiba-tiba sakit kepala melihat kelakuan mereka. "Kalian sudah! Bagaimana kalau efek biusnya hilang?"

"Bos, obat bius ini bisa tahan 5 jam. Dia bisa pingsan sampai nanti siang," jelas Atmojo. Tangannya masih bergerak nakal ditubuh Diana.

"Benarkah?" kata Laura tak percaya.

"Iya bos tenang aja. Aman sama kita, anak bos nggak akan curiga. Kita main aman!" kata Sapto menyakinkan Laura.

Laura menghela napas. Dua orang ini terlalu ngotot. Tapi tak apalah, toh ia juga membenci Diana. "Kalian ini ngotot sekali. 1 jam tak lebih! Saya akan ada didepan jaga. Aktifkan ponsel kalian!"

Atmojo dan Sapto bertos ria. Laura segera pergi ke ruang tamu, menghabiskan waktu menonton tv dan makan camilan. Ia tak mau melihat aksi bejat Atmojo dan Sapto, bisa-bisa mereka menyeretnya.

1 jam kemudian.

Atmojo menggendong Diana keluar menuju taman. Ia meletakan Diana ke tempat semula. Sebelum berpisah, Atmojo mengecup bibir dan payudara milik Diana. Ia menghampiri Sapto yang senang diberi uang oleh Laura.

"Wah bos, punyaku mana?" tagih Atmojo.

Laura pun menyerahkan bagian milik Atmojo. "Ini. Kau senang menggerayanginya? Kalau sudah cerai, kau nikahi saja dia!"

Atmojo menerima uang dari Laura. Ia terkekeh. "Si bos tahu aja sama selera saya yang montok!"

"Sebenarnya kalau Cuma raba-raba itu kurang seru!" kata Sapto kecewa.

Laura pun memukul kepala Sapto dengan tas mewahnya. "Dasar tak tahu diri! Sana pergi kalian berdua, sebelum ada yang lihat!" Laura menunjuk kearah gerbang.

"Iya, kalau ada kerjaan kabari kita ya bos!" Akhirnya Atmojo dan Sapto pergi dari rumah Laura.

Laura menghampiri Diana yang tergolek lemas. Ia berjongkok menatapi wajah Diana. "Diana, Diana, kau terlalu berharap menjadi kaya dengan menikahi anakku. Tapi kau salah besar! Akan ku buat kau menderita lahir batin." Laura terkekeh. "Siapa suruh macam-macam denganku?"

Kran air yang tadinya terlepas, diletakkan pada genggaman Diana. Seolah-olah Diana pingsan di taman. Laura merapikan pakaian Diana dan pergi meninggalkan Diana dibawah terik matahari. Laura memilih pergi ke Mall untuk belanja daripada mengurusi Diana yang tergeletak di tanah.

Diana tersadar dan tak tahu apa yang terjadi. Yang tahu ia dibekap dan semuanya gelap. Merasa pusing dengan semua itu, Diana masuk kedalam rumah dan melakukan aktivitasnya. Walau ia masih merasa lemas Diana tetap memaksakan dirinya.

.

.

.

.

.

Tbc

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height