+ Add to Library
+ Add to Library

C5 Disaster

Mentari menyinari bumi dengan sangat indah. Embun pagi membasahi daun dan langit terlihat cerah. Seharusnya ini hari untuk semangat menjalani hari.

Tapi tidak untuk Eduardo. ini adalah hari emosi untuk Eduardo.

Ketika ia sedang menikmati pagi di teras rumah, ada sebuah amplop coklat di sebuah selipan pembersih kaca mobil. Ketika dibuka, Eduardo mendapat foto istrinya sedang tidur bersama pria lain, bukan hanya satu tapi 2 sekaligus. Lelaki mana yang terima istrinya tidur dengan laki-laki lain?

Eduardo meremasnya dengan kuat. Ia tak terima. Apa yang kurang darinya? Harta? Cinta? Perhatian? Eduardo sudah memberikan semuanya. Kenapa semua itu tak cukup untuk Diana?

Dengan emosi yang meletup-letup, Eduardo berjalan kedalam rumah untuk mencari keberadaan Diana. Di meja makan Diana berada, tanpa basa-basi Eduardo membanting foto tersebut dihadapan Diana.

"Kenapa sih mas? Datang marah-marah?" tanya Diana heran.

"Kenapa? Kamu yang kenapa? Apa kurangnya aku hingga kamu selingkuh!!!" bentak Eduardo.

Diana melongo tak percaya. "Selingkuh? Aku nggak selingkuh mas!"

Eduardo menunjuk foto yang tergeletak di meja makan. "Itu apa? kamu selingkuh! Masih saja mengelak!"

Diana pun mengambil foto yang dibawa oleh Eduardo. betapa terkejutnya ia melihat foto tak senonoh miliknya. Ia menggeleng keras. Seingatnya, ia tak pernah melakukan hal serendah ini. "Nggak mas, ini nggak bener! Aku nggak pernah melakukan hal ini! Dapat darimana kamu?"

"Nggak penting dapat darimana. Foto ini asli dan terbukti kamu selingkuh dibelakang aku," jawab Eduardo telak.

"Mas, ini rekayasa! Aku nggak mungkin melakukan hal ini! Aku nggak pernah keluar rumah kecuali sama kamu, bagaimana aku selingkuh?" kata Diana mencoba meyakinkan Eduardo.

"Bisa aja kan kamu keluar tanpa sepengetahuan ku atau mama. Bukti sudah ada!" bantah Eduardo.

"Bukankah kamu sudah berjanji untuk percaya kepadaku? Kenapa kamu sekarang berubah? Mana janjimu!" ucap Diana terbawa emosi.

Wajah Eduardo memerah menahan emosi. Rasa cemburunya telah membutakan mata. "Janji? Aku akan menuruti janjiku ketika kamu setia! Bukan menghianatiku dengan orang jalanan itu! Sudah berapa kali kau melakukannya dengan mereka?" sinis Eduardo.

"Mas! Sudah berapa kali aku bilang, aku nggak tahu siapa mereka dan aku tak punya hubungan apapun dengan mereka!"

Tak jauh dari mereka, ada Laura yang mengintip pertengkaran Eduardo dan Diana. Laura tahu sifat Eduardo, mudah terpancing emosi, sama seperti ayahnya. Laura telah memancingnya dengan baik. Tak perlu lagi hasutan untuk Eduardo. lihat, mereka saja sudah bertengkar hebat.

"Mas, percaya sama aku mas!" pinta Diana menangis. Ia memegang tangan Eduardo agar luluh.

Eduardo yang telah diselimuti oleh emosi menyentak tangan Diana. Ia merasa jijik sekarang. Bisa-bisanya ia mencintai seorang jalang seperti Diana. "Aku tak bisa hidup dengan seorang jalang sepertimu! Aku haramkan tubuhku untuk menyentuhmu selamanya! Kita bukan suami istri lagi! Aku talak kamu! Aku talak kamu! Aku talak kamu!"

Tubuh Diana seketika membeku. Cerai? Diumur pernikahannya yang bahkan belum genap 1 bulan? Ia lemas jatuh terduduk.

Laura yang sedari tadi mengintip tampak begitu senang dengan perceraian Eduardo dan Diana, rencana yang ia buat berhasil. Ia menghampiri keduanya dan berlagak tak tahu apapun. "Ada apa ini?" kata Laura pura-pura kaget.

Eduardo melirik kearah Laura. "Diana selingkuh mah."

Diana menggeleng keras. "nggak! Nggak mah! Aku nggak selingkuh!"

Eduardo memungut salah satu foto tak senonoh Diana dan memberikannya kepada Laura. "Ini mah buktinya. Sepertinya ini dari pacarnya."

Laura melongo tak percaya. Ia menatap Diana marah. "Dasar jalang tidak tahu diri! Kurang apa anak saya sama kamu?"

"Nggak mah, mama tahukan aku selalu disini?" mohon Diana dan memegangi kaki Laura.

Laura yang merasa jijik dan menendang Diana menjauh. "Jangan panggil saya mama lagi!" Laura pergi ke kamar Diana-Eduardo untuk mengemas barang Diana dengan singkat. Ia kembali dan melemparkan koper kepada Diana. "Saya sudah membereskan barangmu, sekarang kamu pergi!"

"Tapi mah."

"Pergi!"

Diana tak kunjung pergi. Laura pun menyeret Diana beserta kopernya dengan kasar. Diana berteriak meminta pertolongan kepada Eduardo, sayangnya Eduardo hanya diam membisu. Laura menyeretnya hingga keluar gerbang.

"Saya pernah bilangkan untuk menuruti kata-kata saya? Sekarang terimalah akibatnya!" kata Laura bahagia.

Diana menatap Laura tak percaya. "jadi, semua ini ulah anda?"

Laura berdiri dan menatap angkuh Diana. "Tentu saja, kalau saya bilang kamu tak pantas disini ya memang tak pantas!" Laura pergi menutup gerbang.

Diana bangkit memukul-mukul gerbang dan meneriakan nama Laura. Laura tak perduli, ia pergi dan memilih menghampiri Eduardo yang masih membeku di meja makan.

Sebenarnya Laura tak tega dengan Eduardo, tapi ini yang terbaik.sekarang tugasnya adalah menghibur Eduardo.

"Sudahlah Eduardo." Laura pun menggiring Eduardo untuk duduk. Laura pun mengambilkan minuman untuk Eduardo. "Minum dulu supaya tenang."

Eduardo menurut dan minum. Matanya masih nampak marah. "Kenapa? Apa salahku? Apa hebatnya laki-laki itu sehingga istriku menghianatiku?" gumam Eduardo shock.

Laura yang berdiri mengelus kedua lengan Eduardo. "Sudahlah Eduardo, ikhlaskan dia. Biarkan dia bersama laki-laki itu. Untungnya Tuhan telah menunjukan padamu keburukan wanita itu lebih awal."

"Iya, tapi kenapa sekarang? Kenapa aku mencintai seorang jalang? Kenapa mah!" kata Eduardo frustasi.

"Kalau saja kau tak keras kepala untuk menikahi wanita itu, kejadiannya tak akan seperti ini!" balas Laura.

Eduardo menghela napas. Ia menyesal. "Iya, maafin aku ya mah."

"Sekarang, secepatnya kamu cerai dengan dia!"

"Cerai? Tapi aku masih cinta sama dia!"

"Kau mau disakiti lagi?"

Eduardo terdiam. Diana sudah membuat kesalahan yang sangat fatal. Apalagi dia juga sudah menalak Diana. Mereka tak mungkin kembali.

.

.

.

.

.

Satu bulan kemudian.

Hakim telah memutuskan untuk pasangan Diana dan Eduardo berpisah untuk selamanya. Bukti perselingkuhan ada, Diana tak bisa mengelak walaupun itu bukan dirinya. Mereka juga tak memiliki anak, otomatis perceraian berjalan cepat dan Diana tak mendapatkan seperserpun harta Eduardo. lengkap sudah penderitaan Diana.

"Semoga kamu bahagia dengan perceraian kita mas," ucap Diana. Ia melangkah pergi ke luar ruang persidangan. Perjuangannya mempertahankan pernikahan sia-sia saja.

Eduardo tak menjawab. Ia hanya mematung dengan sang ibu yang menguatkannya.

"Kamu yang kuat ya nak, mama janji tak akan ada yang menyakitimu lagi." Bisik Laura menenangkan Eduardo.

Semua stasiun tv memberitakan tentang perceraian Eduardo dan Diana. Pernikahan yang memakan biaya fantastis, pasangan fenomenal itu langsung terkenal. Pasangan yang banyak disukai oleh orang banyak, umur pernikahannya hanya seumur jagung. Laura menambah bumbu dalam perceraian putranya dan membuat Diana buruk di mata masyarakat. Diana tak tahan dengan semua itu, ia memutuskan untuk pulang kekampung halaman ibunya .

.

.

.

.

.

TBC

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height