My Crazy Man/C9 9 :: Izinka Aku ::
+ Add to Library
My Crazy Man/C9 9 :: Izinka Aku ::
+ Add to Library

C9 9 :: Izinka Aku ::

Akira menempelkan card apartement Azura yang dia miliki atas titah orang tua mereka. "Masuklah," kata Akira menyuruh Devano masuk dan pria itu menurutinya.

"Dengar, ingat kataku jangan terlalu terburu-buru karena itu sama saja kau memaksanya. Jadilah seseorang yang selalu ada untuknya, hanya itu yang bisa kau lakukan saat ini." Peringat Akira lagi pada Devan.

"Aku merasakan Azura sangat sedih saat ini. Kau harus berusaha calon adik ipar." Akira tertawa lalu meninggalkan Devan disana untuk berusaha.

"Azura," panggil Devan saat dia sudah sendirian. "Azura maafkan aku," tidak ada sahutan dari Azura sehingga Devan memberanikan dirinya membuka pintu kamar yang tepat berada didepannya. Pintu itu tak terkunci, membuat Devano bisa masuk dan melihat keadaan kamar bersih namun hampa. Sebuah tirai terbuka memperlihatkan pemandangan yang sangat indah.

Bangunan-banguna kota london dan London eye dapat terlihat dari jendela kaca itu. Perhatian Devan teralihkan saat mendengar suara air dari kamar mandi didalam kamar itu, Devan mendekat kesana dan berdiri tepat didepan pintu kamar mandi.

"Azura," lirih Devan memanggil nama itu. Sehingga Devan memutuskan menunggu Azura keluar dari kamar mandi, tapi setelah satu jam menunggu dengan gelisah Azura belum juga keluar dari sana. Devan yang khawatir memegang handel pintu itu dan ternyata tidak terkunci.

Pelan Devano melihat sedikit pemandangan didalam sana, dan matanya membulat saat dia melihat Azura berada dibawah pancuran air shower, wanita itu memeluk kedua lututnya dan memejamkan matanya. Devano masuk dengan tergesa-gesa, hatinya kesakitan melihat Azura seperti ini, matanya menatap Azura merasa sangat bersalah tapi Azura hanya diam terus menunduk.

"Azura," panggil Devano tapi wanita itu masih terus menulikan telinganya. Tubuh mereka berdua basah akibat air shower itu, Devano berlutut dan memegang kedua bahu Azura.

"Pergilah dari sini," kata Azura datar tanpa menoleh kepada Devano.

"Aku tidak akan pergi sebelum memastikan kau baik-baik saja," Devano sedikit menekan setiap katanya agar Azura mengerti kalau dia tidak bermain-main.

"Kau tidak mengerti dengan siapa kau menjatuhkan pilihan, aku tidak pantas untukmu dan aku juga tidak berniat sama sekali untuk jatuh cinta. Kau akan menyesal memilihku tuan." Bahu Azura mulai bergetar pertanda dia akan menangis. Devano memeluk Azura kedalam pelukannya merasakan bagaimana dinginnya tubuh wanita itu.

"Maafkan aku, semua ini salahku aku terlalu takut kehilangan wanita yang kucintai." Azura masih bergetar, dia merasa tidak pantas untuk dicintai dan juga dia takut akan kehilangan cintanya lagi.

"Mulai sekarang ku mohon izinkan aku berada didekat mu, menjadi temanmu,sahabatmu, apapun itu aku tidak masalah. Aku berjanji tidak akan memintamu menikah denganku, tapi ijinkan aku berada dekat denganmu."

Azura yang hanya diam mendengar semuanya lalu Devano mengangkat tubuh Azura dari sana. Dia menggendong Azura keluar dari kamar mandi, mendudukan wanita itu ditempat tidur mengambilkannya handuk. Mereka saling terdiam lama saat Devano mengeringkan rambut Azura setelah selesai Devano memilihkan pakaian Azura dilemarinya, dia berikan pakaian itu sambil berlutut lagi didepan Azura, senyuman tulus pria itu membuat sedikit hati Azura berdesir, senyuman Devano kali ini tidak seperti biasanya.

"Pakailah bajumu, aku akan mengeringkan tubuhku juga dan aku ingin meminjam bathrobe mu ya."

Azura diam saat Devan pergi keluar kamarnya dia mengganti pakaiannya dengan baju tidur pilihan Devano.

Setelah selesai dia duduk ditempat tidurnya tidak bersemangat sambil melihat pemandangan diluar sana dari kaca jendela.

Devano pun masuk dengan hanya memakai bathrobe, penampilannya terlihat sudah segar dia memilih duduk disebelah Azura .

"Devan," panggil Azura yang membuat Devano terkejut karena wanita itu pertama kali menyebut namanya.

"I_iya_" jawab Devan terbata.

"Aku tidak akan bisa membalas cintamu, jadi menjauhlah dariku." Azura mengatakannya dengan perasaan hampa, wanita itu seperti menyimpan kesakitan dihatinya.

"Aku pernah mencintai seseorang, dan seluruh hati ku sudah aku berikan padanya tanpa bisa aku ambil kembali."

Azura akhirnya mengatakan sesuatu yang tidak ingin orang lain ketahui, entah kenapa dia bisa mengatakan semua itu kepada Devan, pria asing yang tidak sengaja tidur dengannya dua kali, pria gila yang mengejar-ngejarnya tanpa Azura ingin tahu siapa sebenarnya Devano. Bahkan untuk saat ini pilihan Azura masih sama, dia tidak ingin pria itu mendekatinya.

"Kalau begitu ijinkan aku menjadi temanmu ?" Azura melihat Devano yang tersenyum kepadanya, Azura menghela napas kasar, saat tangan Devano terulur kepadanya Azura berpikir apakah harus dia menerima tawaran itu ? Tapi sepertinya tidak ada salahnya kan dia memiliki teman pria? Azura menyambut uluran tangan itu dengan dingin tapi Devano tersenyum bahagia. Sangkin gemasnya dengan Azura Devano mencium pipi Azura dengan kencang.

"Ah, sakit stupid," geram Azura karena ciuman Devan. Pria itu tertawa melihat wajah kesal Azura dan dia tersenyum lebar.

"Masalah tadi aku minta maaf ya, aku akan menjelaskan kepada orang tua mu nanti." Azura mengangguk, dia juga akan meminta maaf kepada orangtua nya. Semoga mommy dan daddy nya akan mengerti kesalahannya.

Bersambung...

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height