My Lord/C11 Family?
+ Add to Library
My Lord/C11 Family?
+ Add to Library

C11 Family?

=========================

Satu minggu berlalu. Ellina menatap datar pada pandangan di depan matanya. Semua terlihat indah dan bersahabat. Harusnya Ellina senang, namun entah kenapa semua tak dapat membuat Ellina ingin menetap disini lebih lama.

Meninggalkan sekolah dan ketinggalan pelajaran. Hanya itu yang ada di pikiran Ellina. Kenzie sama sekali belum mengijinkan Ellina untuk pulang ke dunia manusia. Kenzie bilang, tubuh Ellina belum terlalu sehat untuk menerima semua hal yang tengah Kenzie khawatirkan.

Ellina keluar ruangan dan berjalan menikmati pemandangan. Terus berjalan hingga tak sadar bahwa ia telah jauh dari ruangan terlarang yang Kenzie tetapkan. Menikmati harumnya bunga yang telah mekar. Melihat kupu-kupu indah terbang dan burung yang bersahutan. Tak lupa danau buatan yang terlihat sangat segar. Semua sempurna. Layaknya sebuah mimpi seperti di negeri dongeng.

Ellina terus berjalan tanpa menoleh kebelakang. Matanya menatap pohon-pohon indah yang tengah berbunga. Rasa kagum terlihat jelas di wajah Ellina. Ellina tersenyum menyadari bahwa semua ini hanya ada di Hyroniemus. Hanya ada di kerajaan milik Kenzie.

Ellina terus melangkah dan melangkah. Hingga tiba-tiba tubuhnya oleng karena menginjak baju yang ia kenakan sendiri. Dan tiba-tiba pula Kenzie dengan cepat menangkap tubuh Ellina. Ellina menatap Kenzie dan senyum di wajah Kenzie.

"Queen, kau pergi terlalu jauh. Kau tak apa?"

Ellina masih menatap wajah Kenzie yang begitu dekat dengan wajahnya. Rona merah hadir di kedua pipi Ellina. Dan diiringi dengan detak jantung yang kian berpacu lebih cepat.

"Queen," Kenzie mulai menatap khawatir.

"Ah, i-iya. Aku baik, tuan."

"Wajahmu merah. Apa kau demam?" Kenzie baru saja hendak meletakkan tangannya di kening Ellina, namun dengan cepat Ellina menahan tangan Kenzie.

"A-aku baik, tuan. Aku hanya sedang bosan dan butuh jalan-jalan."

"Kenapa tak mengajakku?"

"I-itu, karena tuan terlihat sibuk."

Kenzie tersenyum dan menggenggam tangan Ellina. Mengajak Ellina menyusuri jalan dengan bunga-bunga indah yang sedang mekar. Ellina memperhatikan Kenzie lebih teliti. Baju yang Kenzie kenakan, sama persis dengan bajunya. Dan, rambut. Ya, Kenzie merubah lagi warna rambutnya dan terlihat mirip dengan rambut yang Ellina miliki.

Tampan. Hanya satu kata itu yang ada di pikiran Ellina saat menatap wajah Kenzie. Kenzie memiliki fisik dan wajah yang sangat sempurna. Tapi siapa yang menyangka, bahwa Kenzie bukanlah seorang manusia. Kenzie seorang iblis dengan semua darah yang berbeda mengalir di tubuhnya.

Ellina terus mengikuti langkah Kenzie dengan satu tangan yang masih di genggam erat oleh Kenzie. Sesekali Kenzie tersenyum karena cerita panjang yang telah keluar dari mulutnya. Namun Ellina tak mendengarkan itu semua. Semua lewat begitu saja seperti angin yang berhembus.

"Queen, apa kau lelah?"

Ellina menanggapi dengan menggeleng.

"Kau ingin cepat pulang ke dunia manusia?"

"Apakah boleh? Aku harus belajar."

"Tentu. Tapi queen, kau harus tinggal bersamaku." Kenzie menatap wajah Ellina.

Ellina mengangguk dan tersenyum. "Aku akan tinggal bersamamu, tuan."

Kenzie mencium puncak kepala Ellina. Dan setelah itu dengan cepat Kenzie mengangkat tubuh Ellina di depan tubuhnya. Ellina menjerit pelan, namun dengan cepat meraih leher Kenzie untuk berpegang.

"Kau akan lelah jika terus berjalan. Ini sangat jauh. Aku tak bisa membiarkan ratuku sakit lagi."

Ellina lagi-lagi merona mendengarkan kata-kata Kenzie. Seiring dengan hembusan angin yang menerpa wajahnya. Kenzie membawa Ellina terbang dan dengan cepat telah sampai di ruang terlarang. Dengan pelan, Kenzie menurunkan tubuh Ellina.

"Terima kasih," ucap Ellina pelan.

Kenzie hanya tersenyum dan mencium kening Ellina. Hal tersebut lagi-lagi membuat ke dua pipi Ellina merona.

"Kita akan pulang ke dunia manusia sebentar lagi. Karena kita akan tinggal bersama, aku mempercepat kepulangan kita. Aku senang queen. Setidaknya mereka tak akan berani menyakitimu lagi." Kenzie mengusap pipi Ellina pelan.

"Tuan, aku juga harus mencari sepeda dan barang-barangku. Ada foto keluargaku didalamnya, dan itu sangat penting."

"Avram akan mengurus semuanya. Kau tak perlu memikirkan hal itu, queen. Sekarang istirahatlah dan setelah itu kita akan pulang."

Kenzie meninggalkan Ellina sendiri di ruangan tersebut. Dan Ellina hanya bisa pasrah dan duduk dengan diam. Tak lama setelah kepergian Kenzie, pintu ruangan tersebut diketuk. Ellina bangun dan berjalan membuka pintu.

"Yang Mulia, lord memerintah saya kesini untuk menyiapkan segala keperluan Yang Mulia sebelum kembali ke dunia manusia."

Seorang pelayan menundukkan badannya saat berbicara dengan Ellina. Ellina hanya mengangguk dan mengijinkan pelayan tersebut masuk dan mempersiapkan segalanya. Setelah selesai dengan semuanya, pelayan tersebut meninggalkan ruangan terlarang.

Tak lama Kenzie kembali masuk ke dalam ruangan. Menatap Ellina yang tengah memandang pemandangan dari jendela. Kenzie memeluk tubuh Ellina dari belakang dan mencium puncak kepala Ellina. Tubuh Ellina bergetar dan dengan cepat Ellina membalikkan tubuhnya. Kenzie langsung memeluk tubuh Ellina.

"Queen, setiap kau diam dan memikirkan sesuatu tanpa memberitahukan padaku, aku menjadi resah. Setiap melihat kening atau ke dua alismu yang menaut, aku tahu ... kau tengah memikirkan sesuatu dengan keras. Semua akan baik-baik saja, aku bersamamu."

Ellina menangis mendengar kata-kata Kenzie. Ellina membalas dengan memeluk tubuh Kenzie erat. Ya, Ellina tengah berpikir tentang hidupnya yang seperti menjadi beban untuk orang lain. Bahkan pamannya sendiri tak menginginkannya. Mereka membuang Ellina.

Ellina masih menangis di pelukan Kenzie. Mungkin terdengar aneh, tapi Ellina mulai merasakan kehadiran Kenzie dalam hidupnya. Sosok Kenzie yang selalu berusaha memberikan segala hal yang terbaik untuk Ellina. Sosok Kenzie yang tiba-tiba muncul di hidup Ellina dan mengatakan bahwa Ellina adalah miliknya dan ratunya. Sosok Kenzie yang selalu mencoba melindungi Ellina dari apapun.

"Apakah tuan orang yang Tuhan kirim untukku setelah kedua orangtuaku tiada? Aku tak mempunyai siapapun di hidupku, tuan. Mereka membuangku dan aku sendirian," ucap Ellina pelan ditengah isakan tangisnya.

"Tidak, queen. Kau tidak sendiri. Ada aku bersamamu, aku selalu ada untukmu. Bagaimana mungkin aku meninggalkan ratuku sendirian? Kau hidupku, queen. Kau segalanya untukku," balas Kenzie.

"Tuan...,"

"Aku tak akan meninggalkanmu, queen. Tak akan," ucap Kenzie meyakinkan.

"Tuan janji? Mereka yang kumiliki perlahan meninggalkanku dan aku lagi-lagi sendirian. Aku takut tuan, aku takut. Aku takut sendirian. Aku takut akan kesepian,"

"Ssstt, tidak queen. Kau tak sendirian? Kau memiliki aku dan seluruh Hyroniemus. Semua ada bersamamu jika kau merangkul mereka untuk melangkah bersamamu,"

"Tapi, aku tak bisa merangkul mereka dan berjalan bersamaku. Aku manusia, tuan. Aku lemah...,"

"Tidak, queen. Kau memiliki kemurnian hati, dan suatu saat kau akan menjadi wanita terkuat yang selalu mengingatkanku untuk bersikap lembut pada semua bawahanku. Kau ratu dan isteriku," Kenzie menangkup wajah Ellina dengan kedua tangannya.

"Jadi, bisa kau katakan bahwa kau juga membutuhkan aku untuk berada di sisimu? Untuk menjadi pria yang akan mengerti semua hal tentang dirimu?"

Ellina menatap kedua mata Kenzie, mencari kesungguhan disana. Dan ya, akhirnya Ellina mengangguk.

Kenzie mengusap kedua pipi Ellina dan mencium bibir Ellina sekilas. Lalu memeluk Ellina erat. Kenzie bahagia, mendapati Ellina yang kini mulai menerima kehadirannya. Mungkin secara perlahan Ellina akan mulai mengakui dan menerima Kenzie sebagai suaminya? Atau kah Kenzie yang terlalu berharap agar hal tersebut cepat terjadi?

Sedangkan tak jauh dari ruangan terlarang tempat Kenzie dan Ellina yang tengah berpelukan, Lykaios dan Ernest yang tengah menatap mereka dari atas pohon juga ikut tersenyum bahagia. Mereka berdua memang menjaga Ellina dari jauh jika di Hyroniemus.

Namun hal yang tak terduga terjadi, mereka melihat Kenzie yang tengah menenangkan ratunya dan memeluk tubuh ratunya meski itu di dekat jendela. Ditempat dimana semua orang dapat melihat apa yang tengah Kenzie lakukan. Dan itu membuat Lykaios dan Ernest tersenyum penuh arti.

"Ah, aku bahagia melihat lord yang tengah berbahagia," ucap Ernest sambil tersenyum.

"Bahkan lord tak lagi memperdulikan tempat untuk memeluk ratu. Dulu, lord tidak seperti itu." Timpal Lykaios.

"Kau tak lihat? Kemurnian hati. Kemurnian hati ratu meluluhkan lord. Aku berharap ratu segera menerima lord dan darah lord. Agar tak ada lagi jurang pemisah," kata Ernest.

"Kemurnian hati. Sesuatu yang tak dimiliki oleh klan manapun. Dan itu membuat perubahan besar pada lord dan Hyroniemus. Lord terlihat lebih hidup dan bahagia. Lord menjadi murah senyum dan hangat meski itu pada bawahannya. Harus aku akui, aku menyukai ratu Ellina dari pada Azzura," Lykaios berkata dengan senyum tipis karena melihat Kenzie yang masih memeluk Ellina.

"Ah, itu semakin membuatku khawatir. Jika lord saja sangat menginginkan ratu, bagaimana dengan klan lain? Aku yakin ada sesuatu yang besar di balik kemurnian hati?" Ernest menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Phoenix! Murni, baik, kuat, abadi, sang pemimpin, bijaksana dan sering ditujukan untuk seorang ratu. Phoenix sering ditujukan pada perempuan yang memiliki kebaikan hati. Namun tak aman jika didekatkan dengan manusia. Mungkinkah...," Lykaios membulatkan kedua matanya dan menatap Ernest.

"Ra-ratu yang dapat menguasai burung phoenix? MU-mungkinkah, ratu...," Ernest menutup ke dua mulutnya.

"Mungkinkah ratu adalah orang yang akan memimpin Hyroniemus dengan kuat bersama lord?"

"Lambang keabadian, kehidupan dan kematian. Kebangkitan tubuh setelah kematian dan kehidupan setelah kematian. Merasakan sakit antara hidup dan mati. I-itu berarti ratu akan...," Ernest kembali menutup mulutnya tak percaya.

"Ratu akan mengalami sakitnya kematian dan sakitnya kehidupan. Ra-ratu akan menjadi wanita terkuat di atas semua klan? Bu-bukankah lord juga memiliki naga api dari neraka? Dan pasangan naga adalah phoenix. Azzura telah mencoba menguasai burung itu, namun nihil. Selama 4534 tahun Azzura mencoba, namun tak mendapatkan hasil apa-apa. Bahkan tak ada yang tahu dimana phoenix berada. Semua klan menginginkan untuk menguasai phoenix. Mereka terus mencari dalam diam." Lykaios mulai berpikir keras.

"Jika begitu, mungkinkah klan lain yang tak menyetujui ratu Ellina menjadi ratu Hyroniemus adalah karena ratu berkemungkinan dapat menguasai burung phoenix? Karena mereka mengetahui kemurnian hati ratu. Karena mereka akan semakin takut pada Hyroniemus," ucap Ernest pelan.

"Sakitnya kematian? Ratu telah mengalami sakitnya kehidupan, berarti ra-ratu akan...," Lykaios berhenti sebentar dan menarik napas dalam. "... ratu akan mengalami sakitnya batas antara hidup dan kematian. Ratu akan mengalami kesakitan menjelang kematian dan setelah itu ratu kembali hidup dengan abadi. It-itu berarti ratu berada dalam keadaan sangat bahaya. Apakah lord sudah tahu tentang hal ini? Kita harus memberi tahu lord sebelum klan lain lebih dulu mengambil ratu." Lykaios langsung turun dari pohon dengan cepat.

"Hei ... kau meninggalkanku! Tunggu aku," ucap Ernest sambil mencoba turun dari pohon, namun ternyata jubahnya malah tersangkut di ranting pohon.

"Wah, apa yang terjadi pada bajuku? Kyaaaaa, aku tersangkut!" Ernest menggerakkan badannya yang tergantung antara baju dan pohon.

Lykaios menatap dan menggelengkan kepalanya. Bagaimana mungkin Ernest menjadi sangat bodoh? Tadi dia melompat naik ke atas pohon dengan sangat meyakinkan. Sekarang dia kelihatan kebingungan untuk turun dari pohon.

"Hei, jangan cuma menatap. Tolong aku, aku tak bisa turun." Ernest mulai merengek dan mengayunkan badannya. Menarik bajunya namun ternyata tak membuahkan hasil apa-apa.

"Kau itu bodoh atau idiot? Turun dari pohon saja tak bisa," ucap Lykaios sambil menatap jengah pada Ernest yang tak kunjung turun.

"Akan sangat mudah jika menggunakan kekuatanku. Tapi itu akan merusak pohon yang tengah berbunga ini. Kau tak lihat? Ratu sangat menyukainya, aku tak mungkin menghancurkan pohon dengan bunga kesukaan ratu."

Ernest terus menggoyangkan badannya dan menarik bajunya. Lykaios merasa jengah dan mengulurkan tangannya. Mengeluarkan sedikit kekuatannya dan mengarahkan ke baju Ernest. Ernest yang tak menyadari perbuatan Lykaios, hanya bisa pasrah.

Buukkkk!

Ernest jatuh terjerembab dengan sukses. Kedua tangannya yang terentang, wajah yang menyentuh tanah, dan kaki yang juga terlentang. Ernest bahkan membuat gambaran jatuh tubuhnya di atas tanah dengan dalam. Ernest mengangkat wajahnya menatap Lykaios.

"Ppfffhh, hahahahahahha...," Lykaios yang menyadari posisi jatuhnya Ernest tertawa keras. Berlari sejauh mungkin sebelum Ernest benar-benar bangun dari posisinya.

"Lykaios!!! Kau, aku akan membunuhmu! Kemana kau? Hei, jangan lari! Sial," umpat Ernest mencoba bangun dan mengejar Lykaios.

***

Ellina memandang rumah megah di depan matanya. Rumah yang begitu mewah namun berpenghuni aneh semua. Bagaimana tidak? Tak ada manusia di rumah ini kecuali Ellina. Bahkan seluruh pelayan di rumah ini adalah mahkluk yang Kenzie bawa dari Hyroniemus.

Kenzie menggenggam tangan Ellina untuk memasuki rumah. Lykaios dan Ernest mengikuti di belakang. Tak lama semua pelayan keluar dan tersenyum melihat kedatangan Kenzie dan Ellina.

"Selamat datang Yang Mulia ratu. Senang ratu bisa tinggal bersama kami," ucap mereka serempak dengan menundukkan kepala.

Kenzie membawa Ellina memasuki sebuah kamar. Kamar untuk mereka berdua, hanya saja Kenzie mengatakan bahwa kamar itu hanya untuk Ellina. Dikamar tersebut telah siap segala keperluan untuk Ellina. Mulai dari baju untuk Hyroniemus, untuk sekolah, dan untuk sehari-hari dengan tertata rapi dan elegan. Semua kualitas terbaik dan model terbaru.

Ellina memandang takjub pada seluruh hal yang Kenzie siapkan. Pernak-pernik kecil yang sangat cantik dan berkilau, semua tertata rapi. Sepatu mulai dari untuk sekolah hingga untuk saat ke Hyroniemus juga telah tertata rapi. Ellina benar-benar takjub pada seluruh yang Kenzie siapkan.

Tak lama saatnya makan malam telah tiba. Ellina duduk bersama Kenzie dengan semua makanan yang telah tersaji di meja. Tak jauh dari mereka, Lykaios dan Ernest tengah berjaga untuk keadaan yang mungkin tiba-tiba saja akan berubah.

"Queen, kau harus banyak makan agar tubuhmu cepat pulih."

"Tuan, ada banyak makanan disini, tapi kenapa cuma kita berdua yang duduk disini?"

"Lalu, siapa lagi queen?"

Ellina beranjak bangun dan berjalan mendekati Lykaios dan Ernest yang tengah memandang halaman rumah.

"Kak, kenapa tak ikut makan bersama kami?"

Lykaios dan Ernest menoleh dan menundukkan kepalanya.

"Maaf Yang Mulia, tapi kami tak pantas duduk bersama dengan, Yang Mulia." Ernest memandang Ellina sebentar dan kembali menunduk.

"Apanya yang tak pantas? Kita semua harus makan bersama. Kita kan keluarga."

Lykaios dan Ernest terhenyak mendengar kata-kata Ellina. Mereka berdua menatap senyum Ellina yang tengah terkembang manis di bibirnya. Seketika Lykaios dan Ernest pun ikut tersenyum. Kenzie yang menyaksikan itu semua juga ikut tersenyum.

"Keluarga," ucap Kenzie pelan.

Kenzie benar-benar tak pernah memikirkan itu semua. Namun ketika melihat senyum Ellina dan kedua orang kepercayaannya, Kenzie kini mengerti. Kenzie tak salah memilih Ellina. Dan sangat jelas terlihat bahwa ke dua orang di sisinya juga menyukai Ellina.

Ellina kembali bersama Lykaios dan Ernest yang terlihat canggung dan menunduk hormat. Kenzie tersenyum melihat mereka berdua. Kenzie sangat tahu bahwa mereka berdua takut akan kemarahan Kenzie.

"Apa yang kalian tunggu? Duduklah, ratu sudah menunggu kalian untuk makan malam," ucap Kenzie lembut dengan tersenyum.

"Ampun Yang Mulia, tapi kami tak pantas untuk duduk dan makan bersama di meja dan kursi yang sama dengan Yang Mulia," ucap mereka bersamaan.

"Kalian tak mendengar kata-kata ratu? Kita sekarang keluarga. Jadi, kapan kita akan mulai makan malamnya?" Kenzie menatap mereka dan tersenyum.

Lykaios dan Ernest menatap tak percaya pada apa yang telah Kenzie katakan. Namun mereka berdua akhirnya duduk ditempat yang telah disediakan. Mulai malam ini, mereka akan selalu makan bersama. Ada rasa bahagia yang tak dapat diungkapkan oleh Lykaios dan Ernest. Dan hal itu membuat mereka berdua semakin ingin melindungi Kenzie dan Ellina. Melindungi keluarga yang baru saja terbentuk dan ingin mempertahankan untuk selamanya.

Canda tawa terlontar indah di ruang makan. Berawal dari Ellina yang bercerita tentang hal lucu. Kemudian Lykaios dan Ernest yang saling menyalahkan karena kebodohan mereka masing-masing. Namun hal itu membuat Kenzie dan Ellina tertawa.

Bahkan Kenzie baru mengetahui bahwa ternyata Lykaios dan Ernest bisa selucu ini. Setahu Kenzie mereka selalu serius dengan hal yang mereka lakukan. Namun ternyata Kenzie salah, mereka terlihat bahagia dengan menceritakan kesalahan-kesalahan kecil saat menjalankan tugas dari Kenzie.

Kenzie menatap wajah Ellina. Ada rasa hangat yang menjalar di hati Kenzie. Satu hal yang Kenzie tahu, itu semua karena Ellina. Kehangatan dan suasana yang tiba-tiba menjadi menyenangkan. Suasana yang terlihat sangat harmonis seperti layaknya keluarga.

***

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height