My Lord/C3 Fall in love.
+ Add to Library
My Lord/C3 Fall in love.
+ Add to Library

C3 Fall in love.

Kenzie mengantarkan Ellina ke gereja. Mereka berjalan sambil bergandengan tangan. Bukan, tapi yang sebenarnya terjadi adalah Kenzie yang menggenggam tangan Ellina erat. Terlihat seperti pemaksaan tapi Ellina memilih diam dari pada tak tahu jalan pulang.

Hingga sampai di gereja, Kenzie mengantarkan Ellina sampai ke pintu awal Ellina masuk. Kenzie menatap wajah Ellina Dan membenarkan rambut Ellina.

"Dengar Queen, aku akan kembali menemuimu setelah semua urusanku selesai."

"Tuan, namaku Ellina. Ellina Aracelia Azzuri. Bukan Queen."

"Tapi kau adalah Ratu. Bagaimana mungkin kau keberatan aku memanggilmu dengan Queen?"

"Ck, apa-apaan ini? Apa Tuhan tengah mempermainkan takdirku?" Ellina berdecak dan bergumam pelan.

"Aku bisa mendengar kata-katamu Queen. Tuhan menyayangimu. Kau tau itu."

"Tuan ... namaku Ellina."

"Ya, aku tau. Aku suka arti dari namamu. Pelindung altar dari surga dan dari langit biru yang kuat. Itu arti dari namamu, kan?"

Ellina bengong. Bagaimana orang di depannya bisa dengan mudah mengartikan namanya. Padahal Ellina sendiri saja tak tahu artinya.

"Pergilah sekarang Queen, mereka mencarimu."

Ellina tak menanggapi perkataan Kenzie dan hanya berbalik badan. Satu langkah, dua langkah, tapi tiba-tiba tangan Ellina ditarik lembut.

"Tunggu Queen,"

"Ya, Tuan. Apa lagi?"

"Kau memerlukan ini untuk menjaga keadaanmu. Karena aku belum bisa di sampingmu."

Kenzie membuka sebuah buku yang entah berasal dari mana. Dari dalam buku keluar cahaya biru dan tiba-tiba sebuah benda kecil sudah ada di tangan Kenzie.

Sebuah mahkota kecil yang cantik. Terlihat sangat bersinar kebiruan. Lalu Kenzie meletakkan itu di atas rambut Ellina.

"Cantik. Ratuku sangat cantik." Kenzie tersenyum menatap Ellina.

"Kebohongan apa lagi ini tuan? Seluruh dunia tahu bahwa aku tak cantik sama sekali." Ellina menjawab malas dan mencoba meraih mahkota di kepalanya. Namun Ellina tak menemukan apapun. Mahkota itu telah hilang.

"Kau sangat cantik Queen. Percaya padaku." Kenzie menggenggam kedua tangan Ellina. Lalu dengan cepat Kenzie mencium kening Ellina.

Ellina kaget dan diam terpaku. Tak mengerti apa yang harus ia lakukan. Namun hal yang Ellina tahu adalah jantungnya kini berdetak kencang.

Kenzie tersenyum mendapati sebuah kenyataan. Mengerti bahwa Ratunya tak pernah dekat dengan pria mana pun. Perlahan Kenzie menurunkan kecupannya. Mencium kedua pipi Ellina dan mencium bibir Ellina sekilas. Hal itu membuat Ellina membelalakkan kedua matanya.

Kenzie tersenyum saat melihat wajah Ellina yang mulai merona. Kenzie tahu bahwa Ellina tengah menahan malu dan rasa yang bercampur aduk. Bahkan Kenzie dapat mendengar detak jantung Ellina dengan jelas.

"Aku mendapatkan hal indah darimu, Queen. Pergilah, mahkotaku akan melindungimu."

Ellina langsung membalikkan badannya dan berlari keluar menuju bus sekolahnya. Sedangkan Kenzie hanya tersenyum memandangi punggung Ellina yang kian jauh.

Kenzie kembali masuk kedalam gereja dan menatap patung putih dengan sayap terkembang dan tongkat di tangannya. Di sentuhnya patung itu.

"Bangunlah. Aku ... Kenzie Alexis Reegan, dengan kuasa berada di tanganku, aku memerintahkanmu untuk bangun dari tidurmu. Lepaskan segel itu!"

Kenzie menyentuh ujung sayap patung tersebut dan perlahan sayap yang di sentuhnya berubah sedikit demi sedikit menjadi bulu-bulu halus. Kenzie melepaskan sentuhannya dan mundur satu langkah.

"Aku, Kenzie Alexis Reegan selaku Rajamu, memerintahkanmu untuk membuka kedua matamu!"

Patung putih itu berubah dengan cepat. Kedua sayapnya telah menjadi nyata dan dengan cepat terkepak pelan. Lalu detik berikutnya patung tersebut berubah menjadi seorang pria yang tak kalah tampan dengan kedua sayap coklat di punggungnya. Pria itu terbang sebentar lantas tertunduk dan bersujud di depan Kenzie.

"Ernest Avram datang dan memohon ampun Lord. Terima kasih karena telah membuka segel hamba, Yang Mulia."

"Bangunlah. Tak perlu bersikap seperti itu, kau telah membuktikan kesetiaanmu padaku dan aku percaya padamu."

"Suatu kehormatan bisa menjadi orang kepercayaanmu, Lord." Avram bangun dan masih menundukkan kepalanya.

Kenzie tersenyum dan menepuk bahu Avram.

"Lama tak berjumpa Avram. 729 tahun kita menjadi sebuah patung."

"Itu...,"

"Aku mendapatkan dia yang telah membuka segel dan kutukan itu. Hingga aku dapat membangunkanmu."

"Lord...,"

"Dia adalah Ratumu yang baru. Ratu yang akan memimpin kerajaan bersamaku. Aku akan kembali dan membunuh mereka semua yang menghianatiku!"

"Hamba akan selalu bersama anda Lord. Hamba siap menerima semua perintah." Avram kembali duduk dengan satu lutut yang di tekuk.

"Kita pulang ke kerajaan kita sekarang."

"Siap Lord."

Kenzie telah mengeluarkan sayap emasnya. Bukan hanya satu, melainkan ketiga sayap emasnya. Lalu terbang tinggi dan menghilang. Avram juga sama, mengeluarkan sayap coklatnya dan mengikuti rajanya.

*

Ellina berjalan dengan hati cepat menuju bus. Semua mata menatap Ellina garang. Salah satu murid memanggil guru pembimbing. Dan Lexsi beserta sahabatnya sudah mendekati Ellina dengan wajah murka.

Plakkkk!

Lexsi menampar wajah Ellina keras.

"Kau tahu berapa lama kita mencari keberadaanmu?! Dan sekarang kau kembali dengan wajah berseri dan tersenyum senang? Kau pikir kau siapa, hah?!!!"

"Maaf, Si ... aku," Ellina berkata sambil memegang pipi kanannya.

"Tak usah banyak bicara! Aku muak mendengarnya!" Lexsi kini menjambak rambut Ellina.

"Lepas, Si. Ini sakit." Ellina berusaha melepaskan rambutnya.

"Sakit kau bilang?! Waktu kita lebih penting untuk dibuang secara percuma buat mencari mahkluk tak berguna sepertimu!" Lexsi mendorong Ellina hingga jatuh ke tanah.

"Ellina, kau baik-baik saja?" Tiba-tiba guru pembimbing datang dan mencoba melihat keadaan Ellina.

"Bapak tak usah khawatir, dia terlihat baik-baik saja tanpa sedikit luka." Ariela menjawab pertanyaan guru pembimbing.

"Iya kan, Ell?" Valerie mencoba tersenyum tapi matanya melotot menatap Ellina.

"I-iya pak. Ellina baik-baik saja." Ellina menjawab dan bangun dari tempat jatuhnya.

"Bagus, mari kita semua pulang."

Guru pembimbing berjalan meninggalkan Ellina dan masuk ke dalam bus yang berbeda. Seluruh murid pun mulai masuk ke dalam bus masing-masing.

"Kau punya sesuatu yang indah di kepalamu?!" Ariela mendekati Ellina.

"Apa?" Ellina tak mengerti kata-kata Ariela. Sedangkan Lexsi dan Valerie sudah masuk kedalam bus.

"Dari mana kau dapatkan mahkota biru itu?" Ariela bertanya dingin.

"Mahkota apa?" Ellina meraba puncak rambutnya namun tak menemukan apa-apa.

"Berikan padaku!" Ariela berusaha memegang mahkota itu, namun tak bisa.

"Berikan padaku!" Ariela berkata lagi.

"Aku tak bisa." Ellina berusaha meraba mahkota di kepalanya.

Ariela langsung mengeluarkan sedikit tenaganya dan berusaha menarik mahkota itu. Namun mahkota tak juga dapat tersentuh.

"Sial," Ariela mengumpat kesal.

Akhirnya Ariela mengeluarkan kekuatan yang selama ini di sembunyikan dari semua orang selain keluarganya. Dengan cepat Ariela mencekik leher Ellina dan tangan kirinya meraih mahkota di kepala Ellina.

Namun, mahkota itu bersinar terang. Sinar biru yang semakin bersinar terang bersamaan dengan petir yang tiba-tiba menyambar tanpa ada angin maupun hujan.

"Ahhhkkkk...!"

Tubuh Ariela terpental menabrak sebuah pohon. Semua murid juga sangat terkejut dan langsung keluar dari bus. Sedangkan Ellina terjatuh karna cekikan di lehernya.

"Petir apa itu?" Lexsi mulai bertanya dengan takut.

"Tak ada hujan, kan? Mendung juga tidak. Ada apa ini?" Valerie sudah memeluk Lexsi karena takut.

"Ariela ... Ariela, kau tak apa-apa?" Guru pembimbing menghampiri Ariela.

"Baik, Pak. Saya hanya terkejut dan bersembunyi karena takut pada petir tadi." Ariela mencoba berbohong.

Sedangkan Aaric Leighton memandang dengan rasa tidak percaya. Bahkan mata Aaric sudah berubah hitam gelap. Aaric memandang Ellina dengan pandangan yang sulit di artikan. Matanya menatap pada mahkota kecil yang bersinar biru terang di atas kepala Ellina.

"Siapa kau sebenarnya? Dan mahkota itu? Itu bukan sembarang mahkota. Itu mahkota kebesaran yang menunjukkan seorang Ratu. Sial'." Aaric berkata dalam hatinya.

Perlahan mahkota itu meredup. Hanya orang-orang berbeda yang bisa melihat mahkota di kepala Ellina. Mereka yang bukan manusia biasa. Ellina bangkit dan tertunduk memegang lehernya.

"Itu tadi sangat sakit." ucap Ellina sangat lirih.

Crats ... Gledar...!

Sebuah petir menyambar lagi. Semua murid berteriak takut dan terduduk di tanah dengan tangan di telinganya masing-masing.

Plakkkk! Sebuah suara tamparan tanpa ada yang terlihat siapa yang melakukannya.

"Ahhhkkkk, sakit!" Lexsi berteriak kencang dengan memegang pipinya. Ada darah yang keluar dari sudut bibirnya. Matanya menatap nanar sekelilingnya, namun tak ada orang yang menampar pipinya.

"Cepat...! Masuk ke dalam bus dan kita pulang. Tempat ini tak aman." Guru pembimbing berteriak dan segera masuk ke dalam bus. Murid-murid langsung mengikuti kata-kata dari guru pembimbing.

Di dalam bus tak ada yang bersuara satu pun. Semua tenggelam dengan pikiran masing-masing. Hanya Aaric dan Ariela yang memperhatikan Ellina dengan tajam.

"Aku harus mendapatkan mahkota itu. Apapun caranya." Ariela berkata dengan hati dan pikirannya.

"Kau yakin? Itu bukan sembarang mahkota." Aaric menjawab dengan pikirannya dan matanya memandang Ariela. Ariela cukup mengerti bahwa itu link dari Aaric.

"Kau tau tentang mahkota di kepala gadis pembawa sial itu?" Ariela bertanya pada Aaric lewat pikiran.

"Tak banyak. Itu mahkota kebesaran sang Ratu. Ratu dari kerajaan besar. Sangat besar." Aaric menjawab dingin.

"Aku tak percaya, aku tetap akan mendapatkan mahkota itu. Hanya aku yang pantas menggunakan mahkota cantik itu." Ariela tersenyum licik.

"Cih," Aaric memutuskan link.

Ellina sedikit bingung dengan keadaan. Tentang Kenzie yang bukan manusia, lalu tentang Ariela yang terlihat sangat berbeda. Ariela juga terlihat bukan seperti manusia biasa.

"Ada berapa banyak orang yang bukan manusia di sekitarku? Ini mengerikan." Ellina berkata dalam hati.

Sedangkan Lexsi bingung dengan orang yang menampar pipinya. Tak ada yang tau siapa yang melakukan itu, tapi tamparan itu sangat sakit. Lexsi memandang Ellina sengit. Ada rasa kesal yang menjalar di hatinya karena dia yang menerima tamparan misterius itu. Kenapa bukan Ellina? Karna hanya Ellina gadis pembawa sial!

"Kita lihat, apa yang bisa kau lakukan saat di rumah." Lexsi berkata di dalam hati.

=Ellina Exsli=

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height