My Lord/C5 Bukan manusia.
+ Add to Library
My Lord/C5 Bukan manusia.
+ Add to Library

C5 Bukan manusia.

=========================

Ellina menyelesaikan semua pekerjaannya. Hari masih terlihat gelap namun Ellina tak peduli. Suara kokokan ayam menandakan hari sudah mulai pagi. Ellina bergegas naik ke kamarnya saat telah siap dengan pekerjaannya. Tak lama Ellina kembali turun dan keluar ke halaman rumah menuju sepeda kakinya.

Diayuhnya sepeda dengan semangat. Hari minggu membuat jalanan yang biasa sepi kini terlihat ramai. Satu jam sudah Ellina mengayuh sepeda dengan keringat yang mulai mengalir di wajahnya. Matanya berbinar saat melihat tulisan "House Tea" tak jauh darinya.

Ellina meletakkan sepeda di dekat kafe tersebut, menyeka keringat di wajahnya dan tersenyum. Dilihatnya lagi kafe tersebut dan membaca papan namanya berulang-ulang.

"Benar, hari ini akan lebih baik. Aku tak boleh menyerah," Ellina berkata semangat dan tersenyum.

"Apa yang kau lakukan Ell, kenapa tak cepat masuk?" Suara bass nan berat menyapa Ellina dari belakang. Ellina menoleh.

"Ah, bos. Maaf Ellina sedikit telat." Ellina membungkukkan badannya dan meminta maaf.

"Ayo masuk. Di luar dingin."

Ellina mengangguk dan menepi saat bosnya membuka pintu kafe. Lalu ikut masuk mengikuti bosnya. Setelah masuk, Ellina langsung berlari kebelakang untuk menukar bajunya. Setelah selesai Ellina melakukan semua pekerjaannya sebelum kafe buka.

Sedangkan bosnya memperhatikan Ellina lebih seksama. Bukan tak mengerti pada perubahan Ellina, tapi juga lebih waspada. Ellina sedikit merasa aneh saat menyadari tatapan dari bosnya. Dengan khawatir Ellina mencoba mendekat.

"Maaf bos. Apa Ellina melakukan kesalahan?"

"Oh, tidak. Aku hanya terkejut pada perban di keningmu. Apa kau terluka?"

"Ah, ini. Ini sudah tidak sakit."

"Apa kau sakit? Istirahat saja jika kau sakit."

"Tidak bos. Ini hanya terbentur pintu kemarin." Ellina tersenyum dan memegang perban di keningnya.

"Baiklah. Tapi- tidak. Lupakan, lanjutkan pekerjaanmu."

"Iya, terima kasih bos."

Ellina sedikit ganjal dengan perkataan bosnya yang tak jadi melanjutkan kata-katanya. Dengan cepat Ellina menyiapkan segalanya dan membuka kafe.

Ellina menatap cermin di tangannya. Diperhatikan wajahnya dengan teliti. Semua lebam di pipinya hilang. Luka di sudut bibirnya juga tak terlihat. Perlahan Ellina meraba perban di keningnya. Dengan pelan Ellina membukanya.

"Whoaaaa, ini ajaib," Gumam Ellina takjub. Ellina meraba keningnya lagi.

"Lukanya hilang. Bagaimana bisa? Kemarin aku benar-benar kesakitan. Sekarang semua luka hilang tanpa bekas. Ayeeee, keajaiban Tuhan telah datang." Ellina berjingkrak senang dengan tangan yang masih memegang cermin.

Tanpa Ellina sadari tubuhnya menabrak seseorang dan membuatnya terkejut.

Prangggg, cermin di tangan Ellina jatuh.

"Apa yang kau lakukan?!" Suara cowok yang sangat dingin terdengar.

"Ma-maaf ... aku tak sengaja,"

Ellina menatap cowok di belakang tubuhnya. Perlahan nyalinya ciut saat mengetahui bahwa cowok itu adalah Aaric Leighton. Cowok terpopuler di sekolahnya namun juga terkenal sebagai cowok paling dingin pada sekitarnya. Ice prince adalah julukan Aaric Leighton saat di sekolah.

"Ellina, ada apa?" Kini suara bosnya terdengar khawatir.

"Bo-boos, akan Ellina bersihkan. Maaf bos, maaf...," Ellina membungkukkan badannya berkali-kali.

Sedangkan Aaric menatap tak percaya pada apa yang diucapkan Ellina.

"Pa, apa dia bekerja di sini?" Aaric menatap pria tengah baya yang berada di tengah pintu.

"Ah, iya. Dia Ellina. Ellina kenalkan, dia anakku. Aaric Leighton Blade." Pria ini menatap Aaric dan Ellina bergantian.

"Aku sudah kenal. Kami satu sekolah." Aaric tak menghiraukan Ellina dan langsung melangkah masuk meninggalkan Ellina. Di tariknya tangan papanya.

Ellina merutuki perbuatannya dan membersihkan cermin yang berserakan di lantai. Pikirannya kacau saat mengetahui bahwa cowok terpopuler itu adalah anak dari bosnya.

"Devian Blade, Acalia Blade dan Aaric Leighton Blade. Ah, bagaimana mungkin aku tak mengetahuinya selama ini. Bodoh." Ellina menyebutkan nama bosnya dan istri bosnya. Lalu berakhir dengan cowok yang ternyata adalah anak dari kedua bosnya.

"Bagaimana kalau aku di pecat? Aku menabrak anaknya dan memecahkan cermin. Bagaimana ini?" Ellina bergumam pelan sambil membersihkan pecahan cermin.

"Aku harus bagaimana jika dipecat. Aku harus bekerja dimana lagi? Sebentar lagi mau ujian dan aku butuh uang untuk membayar bulanan sekolah," Ellina mulai bingung dengan apa yang akan dia lakukan.

Selesai membersihkan pecahan cermin Ellina langsung siap-siap berdiri di belakang kasir. Tangannya mengetuk-ngetuk meja di depannya dan gumaman pelan yang keluar dari bibirnya. Ellina benar-benar takut jika akhirnya dia harus di pecat.

Sementara itu Aaric tengah berada di sebuah ruangan dengan papanya.

"Sudah berapa lama, Pa?" Aaric mulai membuka suara.

"Empat bulan ini. Dia gadis yang baik dan jujur. Papa menyukainya."

"Papa tau sesuatu?"

"Mahkota di kepalanya?" Devian mulai serius dengan arah pembicara anaknya.

"Iya, mahkota apa itu?"

"Papa kurang tau, tapi kini dia kelihatan berbeda. Papa baru melihat mahkota itu hari ini."

"Jadi, dia tak memiliki empat bulan yang lalu?"

"Tidak."

"Siapa dia sebenarnya?" Aaric mulai berpikir keras.

"Kita harus tahu siapa dia."

"Hah, apa yang harus kita lakukan?" Aaric mendesah pelan.

"Papa mendapatkan undangan dari kerajaan Hyroniemus."

"Apa? Benarkah? Bolehkah Aaric ikut?"

"Untuk apa? Keadaan Hyroniemus tak sebaik dulu. Tak seperti saat Raja Besar berkuasa," ingatan Devian menerawang jauh.

"Sudah sangat lama dari masa kejayaan Hyroniemus. Bahkan semua klan tak terlihat bersahabat sekarang " Aaric ikut menimpali.

"Ya, 729 tahun yang lalu. Tak ada yang mengetahui kepergian Raja besar."

"Kenzie Alexis Reegan."

"Aaric, jangan menyebut namanya. Kau akan di penggal jika pengawalnya tahu," Devian memperingati anaknya.

"Ayolah Pa. Dia memang bernama itu...," Aaric coba membela diri

"Reegan," Devian berkata pelan.

"Ada apa Pa?"

"Raja besar, dia terlihat berbeda dari kecil. Kekuatannya sangat di takuti. Dia memerintah Hyroniemus sejak umurnya masih kecil. Menguasai semua kerajaan dan klan."

"Reegan. Reegan yang artinya adalah raja kecil. Jadi itu maksud dari nama belakangnya?"

"Ya, karena dia menjadi Raja sejak kecil. Semua klan memanggilnya dengan sebutan Reegan. Raja kecil yang sangat di hormati. Raja kecil yang berubah menjadi Raja besar yang sangat di segani."

"Aku sangat penasaran dengan wajahnya."

"Di luar dugaan. Kau akan terpana dengan sikap bangsawannya."

"Benarkah?"

"Ya, dia adalah bangsawan yang paling di hormati dan di segani."

"Papa pernah mencoba bertarung dengannya?"

"Tidak. Papa masih punya akal sehat untuk menantangnya."

"Kenapa?"

"Kenapa? Hanya dengan matanya saja, klan kita tak akan bergerak. Hanya dengan pandangan matanya, dia mampu membunuh seribu serigala dengan sangat mudah." Devian bergidik ngeri.

"Lalu, bagaimana dengan klan lain?"

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja tak ada yang bisa melawannya."

"Sekuat itu?"

"Ya, Raja di atas Raja. Itulah dia."

"Aku sangat penasaran. Sebenarnya dia dari klan mana?" Aaric menatap ayahnya serius.

"Tak ada yang tahu. Ada yang bilang, di tubuhnya mengalir darah semua klan. Namun, dia mampu mengeluarkan api hitam dari neraka."

"Itu mengerikan." Aaric menjadi sedikit ngeri.

"Ya, hanya dengan sedikit api hitam itu saja mampu membunuh klan lucifer. Klan iblis kegelapan terbesar. Dan klan vampire tahu diri pada tempatnya. Begitupun dengan klan lain."

"Wow, dia benar-benar kuat."

"Ya, dan dia memiliki orang-orang terkuat di sisinya," Devian menambahkan.

"Siapa saja Pa?"

"Ernest Avram dan Lykaios Canuto. Mereka dapat mengubah bentuk mereka sesuai dengan yang mereka inginkan."

"Itu, apakah dia pernah berubah menjadi klan kita?"

"Kau benar, Lykaios adalah serigala putih. Dan Ernest Avram adalah harimau putih. Namun di saat bersamaan mereka bisa berubah menjadi klan fairy. Bahkan lebih dari itu, mereka memiliki sayap yang lebar seperti angel. Entahlah, Papa belum pernah bertemu mereka,"

"Ya ampun, orang di sisinya saja sekuat itu?"

"Ya, jika di bandingkan, seribu dari klan kita adalah lawan yang mudah bagi salah seorang di sisinya."

"Aku juga ingin menjadi orang yang berada di sisinya."

"Berusahalah. Tak ada yang tahu masa depan akan seperti apa. Suatu saat klan ini akan berada di tanganmu." Devian menepuk bahu anaknya dan keluar dari ruangan.

Devian memperhatikan Ellina yang tengah meladeni pengunjung kafe. Suasana kafe yang ramai membuat Ellina kalang kabut. Itu memberi kesempatan kepada Devian untuk memperhatikan Ellina lebih teliti. Aaric menyusul dan berdiri di samping ayahnya. Memperhatikan Ellina lebih seksama. Bahkan mata mereka sudah berubah hitam menggelap.

"Dia tetap manusia. Lalu kenapa memiliki mahkota itu?" Aaric mendesah pelan.

"Kau benar. Dia tetap manusia dan tak termasuk klan dari manapun," Devian ikut mendesah pelan.

"Mama datang...," Aaric tersenyum saat melihat wanita cantik tengah berjalan memasuki kafe. Aaric dan Devian turun untuk menyambut.

Namun hal yang tak di inginkan terjadi. Acalia yang merupakan ibu dari Aaric menarik Ellina keras menuju halaman belakang. Ellina tersungkur saat Acalia menghempaskan tangannya dari tangan Ellina.

"Bo-bos, aa-ada apa?" Ellina bertanya takut.

Namun Acalia hanya menggeram. Perlahan bulu-bulu halus telah tumbuh di tangannya. Devian langsung berlari dan memeluk Acalia. Sedangkan Aaric dengan sigap cepat menolong Ellina dan menyembunyikan Ellina di belakang tubuhnya.

"Sayang, tak apa. Dia tak berbahaya," Devian mencoba berbicara pada istrinya.

"Kau baik-baik saja? Apa kau terluka?" Aaric bertanya sambil melindungi Ellina di belakang tubuhnya. Ellina ketakutan dan memegang baju Aaric kuat.

"Apa aku melakukan kesalahan? Kenapa bos besar tiba-tiba marah?" Ellina menjawab dan berusaha menetralkan ketakutannya.

Namun Ellina lebih terkejut lagi saat bos besar wanitanya telah berubah menjadi seekor serigala. Tak lama bos besar lelakinya juga sama. Mereka terlihat tengah bertengkar hebat.

"Sial!" Aaric mengumpat kesal saat mengetahui ibunya tak dapat di tenangkan.

Dengan cepat Aaric menarik kedua tangan Ellina untuk berpegangan pada lehernya. Lalu Aaric membawa Ellina dalam gendongannya dan cepat membawa Ellina lari masuk kedalam kafe. Aaric berteriak keras agar semua pengunjung kafe keluar karena kafe akan tutup. Semua pengunjung keluar dengan keheranan.

"Pejamkan matamu dan pegang kuat-kuat tubuhku." Aaric berkata dengan sangat jelas pada Ellina. Ellina hanya mengangguk.

Aaric berhasil membawa Ellina masuk ke dalam mobilnya. Dengan kecepatan gila, Aaric membawa Ellina menuju rumahnya. Menuju klan Lycanthrope.

Sebuah mobil mewah tengah mengejarnya, dan Aaric tau itu adalah ibunya. Dengan cepat juga Aaric melajukan mobilnya.

Aaric sampai di sebuah hutan kawasan Lycanthrope. Mengetahui laju mobilnya tak secepat larinya, Aaric menepikan mobilnya.

"Cepat keluar. Kita harus lari," Aaric berkata cepat sambil melepaskan sabuk pengamannya. Ellina terlihat sangat ketakutan hingga membuatnya susah untuk melepaskan sabuk pengamannya.

Aaric dengan sigap keluar dari mobil dan membuka pintu mobil lainnya. Dengan kekuatannya Aaric menarik sabuk pengaman Ellina hingga putus. Ellina mencoba keluar dan langsung di sambut oleh kedua tangan Aaric. Aaric menggendong Ellina dan kembali berlari.

Brukkk!

Seekor serigala coklat bercampur putih telah menghadang mereka. Serigala itu melolong keras. Aaric berhenti dan menurunkan Ellina, meletakkan tubuh Ellina di belakangnya.

Serigala itu melolong lagi, tak lama serigala lain dari klan Lycanthrope berdatangan. Bukan hanya satu melainkan ratusan.

"Ma, hentikan. Ellina tak berbahaya. Dia teman Aaric,"

Aaric mencoba menjelaskan kepada serigala besar berwarna coklat bercampur putih di depannya.

Ellina menatap sekelilingnya dengan takut. Tangannya memegang kuat baju Aaric dari belakang. Serigala-serigala itu membentuk sebuah lingkaran mengelilingi Ellina dan Aaric.

Sebuah lolongan keras terdengar lagi. Seekor serigala hitam tinggi berjalan mendekati Ellina. Ellina memekik kaget saat mata serigala itu menatapnya tajam. Aaric mengalihkan tubuhnya memeluk Ellina.

"Pa, hentikan mama. Papa tau Ellina tidak berbahaya," Aaric berkata sambil memeluk Ellina dan mencoba melindungi Ellina.

Serigala hitam itu memandang serigala lainnya. Aaric semakin mengeratkan pelukannya terhadap Ellina dan menatap waspada pada sekitarnya. Sedangkan air mata Ellina sudah mengalir deras. Ellina memeluk kuat tubuh Aaric.

"Ayah, bunda, Ellina takut. Apa Ellina akan mati hari ini?" Ellina berkata di dalam hatinya. Merutuki sikap dan kesalahannya. Mencoba memahami semua keadaan di sekitarnya.

Serigala-serigala yang tengah menatapnya tajam dan membuat Ellina sangat ketakutan. Hal yang membuat Ellina sangat terkejut untuk memahami semua hal di depan matanya. Bagaimana tidak? Manusia serigala yang menurut Ellina hanya mitos dan ada di cerita novel maupun film kini nyata di depan matanya.

"Kenapa hal-hal aneh selalu saja terjadi akhir-akhir ini?" Lagi-lagi Ellina hanya berkata di dalam hati. Pikirannya kembali melayang dengan semua kejadian yang menimpa dirinya.

Ellina mengingat lagi semuanya. Luka yang tiba-tiba menghilang, manusia yang berubah menjadi serigala, Ariela yang mempunyai kekuatan seperti mahkluk lain dan patung yang berubah menjadi mahkluk tampan bak Dewa Yunani. Lalu mengaku sebagai RAJA dan memanggilnya dengan Queen.

"Karena aku adalah RAJA dan kau adalah RATUku. Ratu di antara semua klan." Ulasan perkataan Kenzie terngiang di pikiran Ellina.

"Jangan takut, aku akan melindungimu karena kau adalah Ratuku." Bayangan wajah Kenzie tercetak jelas di pikiran Ellina.

"Aku akan kembali setelah urusanku selesai Queen. Mahkotaku akan melindungimu." Ellina mengeratkan pegangan tangannya di baju Aaric yang tengah memeluknya.

"Melindungi diriku? Kembali padaku? Mahkotamu? Ratumu? Harusnya aku tau semua itu bohong. Semua hal yang kumiliki akan meninggalkanku. Tapi bodohnya aku percaya padamu. Kenzie...," Air mata Ellina kembali deras. Ellina meratapi kebodohannya dalam hatinya.

"Kenzie, aku takut. Kau berkata aku tak boleh takut dan kau akan melindungiku. Tapi sekarang nyawaku di ujung tanduk. Kenzie, Kenzie, Kenzie Alexis Reegan! Aku takut, sangat takut," Ellina menyebut Kenzie dalam hatinya.

Cratttttsssss.

Bleeeddaaaarrrr!

Seketika petir menyambar keras. Mahkota di kepala Ellina bersinar terang. Semua serigala melolong dan Aaric terlempar jauh. Semua serigala menatap Ellina lapar. Dengan cepat Aaric berubah menjadi serigala dan berlari melindungi Ellina. Mengitari tubuh Ellina dan melindungi dari serigala-serigala yang menatap tajam ke arah Ellina. Bahkan ayahnya kini tak berpihak kepada Aaric lagi, ayahnya sudah bergabung dengan ibunya dan serigala lainnya.

*

Sementara itu di Hyroniemus, Kenzie tengah menyelesaikan beberapa urusan di temani oleh Lykaios dan Ernest. Kenzie tiba-tiba merasakan sakit di setiap aliran darahnya.

"Ahk," Kenzie mengerang pelan.

"Lord," Ernest dengan sigap bangun dan berdiri di samping Kenzie.

"Yang Mulia," Lykaios pun melakukan hal yang sama.

"Kenzie, aku takut. Aku sangat takut," Suara bisikan pelan terdengar lembut di telinga dan pikiran Kenzie. Membuat Kenzie bangun dari duduknya.

"Ellina,"

"Ada apa Yang Mulia?" Ernest bertanya khawatir.

"Ratuku. Queen dalam bahaya."

Ernest dan Lykaios saling berpandangan. Tak mengerti dengan yang di ucapkan oleh Rajanya. Karena dari kejauhan Azzura Xaviera yang merupakan Ratu Hyroniemus tengah terlihat berjalan mendekat.

Pikiran Kenzie menerawang jauh. Aliran cahaya mahkota dari kepala Ellina terlihat jelas.

"Lycanthrope," Kenzie berkata jelas. Lalu menatap Ernest dan Lykaios bergantian.

"Kalian, pergi ke Lycanthrope dan lindungi Ratu kalian. Gunakan kekuatan kalian untuk mengetahui kekuatan mahkotaku!" Kenzie berkata tegas dan memerintah Ernest dan Lykaios.

"Sekarang! Queen dalam bahaya," Kenzie melanjutkan kata-katanya.

"Siap Yang Mulia," Ernest dan Lykaios berkata bersamaan. Lalu dengan secepat kilat mereka pergi dan menghilang.

Kenzie melihat Azzura yang tengah berjalan ke arahnya dan tersenyum. Wajah Kenzie berubah sangat dingin dan malas menatap Azzura. Kenzie kembali menyibukkan diri dengan urusan penting tentang Ellina yang akan di resmikan menjadi ratu Hyroniemus.

*

Ellina menatap tak percaya pada hal di depannya. Aaric telah berubah menjadi seekor serigala dan kini tengah berada di sampingnya. Ketakutan Ellina semakin bertambah saat tiba-tiba seekor serigala melompat tinggi dan menerkam Aaric.

"Aaaahhhkkkkk!" Ellina berteriak kencang dan terduduk di tanah dengan kedua tangannya berada di telinga.

Cratttttsssss.

Bleeeddaaaarrrr!

Petir kembali menyambar seiring dengan teriakan Ellina. Semua serigala menatap lebih tajam dan siap menerkam Ellina. Seekor serigala melompat ke arah Ellina dan berdiri tepat di depan Ellina. Tak lama lima serigala lainnya mendekat kearah Ellina dan mengitari Ellina.

Seekor serigala menubruk Ellina hingga Ellina terpelanting jauh. Tak ada lagi suara yang Ellina keluarkan saat tubuh Ellina merasakan sakit bersamaan dengan ketakutan yang menderanya. Aaric menatap Ellina sekilas yang tengah tak sadarkan diri.

Seekor serigala lainnya siap menangkap tubuh Ellina dan mencabik bagian tubuh Ellina. Tubuh Ellina yang tak lagi bergerak membuat serigala lainnya berdatangan. Tak lupa Alpha dan Luna dari Lycanthrope. Mereka siap untuk menguliti Ellina.

Seekor serigala coklat bercampur putih yang merupakan Luna telah menancapkan kukunya di tangan Ellina. Darah Ellina mulai keluar namun Ellina tetap tak sadarkan diri. Aaric menatap ibunya yang tengah mulai menyiksa Ellina. Aaric melolong keras namun tetap tak bisa berbuat apa-apa karena dia juga harus menghadapi lima puluh serigala lebih di depannya.

Dua buah cahaya merah dan putih dengan secepat kilat menerobos di antara kerumunan serigala yang tengah mengitari tubuh Ellina dan membuat serigala-serigala itu terkejut dan mundur selangkah. Serigala hitam tinggi dan besar itu melolong keras menandakan peringatan untuk lebih waspada. Hal sama di lakukan oleh serigala yang tengah melawan Aaric. Mereka mundur selangkah dan diam menunggu perintah Alpha mereka.

Tubuh serigala Aaric tersungkur di tanah dengan mata menatap Ellina. Kekuatan Aaric terkuras bahkan luka di tubuhnya sangat parah. Bahkan Aaric bersyukur dengan kemunduran serigala klannya karena membuatnya cukup untuk memulihkan dirinya.

Dengan sigap Ernest berubah menjadi wujud biasa saja dan mengangkat tubuh Ellina yang tergeletak di depannya. Lykaios juga melakukan hal yang sama. Berubah menjadi wujud biasa saja dan berdiri di depan Ernest yang tengah mengangkat tubuh Ellina.

Devian melolong keras dan di sahut oleh Acalia. Tak lama sahutan dari serigala lainnya terdengar keras. Pasukan serigala datang lebih banyak lagi. Mereka bergabung dengan serigala yang lebih dulu datang. Kini lebih dari seribu serigala siap bertarung. Aaric memundurkan badannya dan sedikit menjauh.

Ernest menatap tajam ke sekeliling. Lykaios tersenyum sinis.

"Lama tak bertarung membuatku semangat," Lykaios berkata dingin dan menoleh kearah Ernest. Ernest juga tersenyum sinis.

"Kita akan bersenang-senang," Ernest menimpali kata-kata Lykaios. Ernest menatap seekor serigala yang tersungkur. Sedangkan Lykaios menatap tajam kearah serigala hitam dan serigala coklat bercampur putih.

"Dialah Alpha dan Luna klan Lycanthrope," Lykaios berkata dan tersenyum tipis.

"Dan dia adalah putranya," Ernest menatap seekor serigala coklat yang tersungkur. Lykaios mengikuti arah pandang Ernest.

"Dia terluka. Berarti dia berada di jalur kita. Dia melawan klannya sendiri dan melindungi gadis ini," Lykaios menambahkan asumsinya.

"Lykaios, Yang Mulia berkata bahwa gadis ini adalah Ratu kita. Meski aku belum tahu pasti, tapi kita tetap harus memperlakukannya seperti Ratu." Ernest memprotes kata-kata Lykaios.

"Kau benar. Ayo kita lawan mereka." Lykaios menatap Ernest dan Ellina bergantian.

Ernest berjalan menuju Aaric berada. Semua serigala menggeram melihat Ernest. Tubuh Aaric menegang dan pandangan matanya menatap tubuh Ellina yang berada di gendongan lelaki tersebut. Sedangkan Lykaios memperhatikan sekitar dan waspada.

"Kau terluka. Dan terima kasih telah melindunginya. Rubah wujudmu dan bisakah aku menitipkan dia padamu sekali lagi? Jika kau macam-macam, aku akan membunuhmu!" Ernest berkata tegas dan meletakkan tubuh Ellina di depan Aaric.

Dengan cepat Aaric berubah menjadi manusia lagi dan memangku tubuh Ellina. Ernest tersenyum tipis kepada Aaric dan kembali menatap ke depan. Melirik Lykaios sebentar dan menganggukkan kepalanya. Lykaios mengerti dan mulai berjalan.

Seluruh serigala bersiap dan saat Devian dan Acalia melolong keras, seluruh serigala berlari ke arah Lykaios dan Ernest. Aaric memeluk tubuh Ellina yang berada di dalam pangkuannya dan menatap waswas pandangan di sekelilingnya.

Ernest berlari dan dalam sekejap dua sayap coklatnya terkembang. Ernest mengepakkan kedua sayapnya dan beriringan dengan itu angin berhembus kencang. Membuat serigala yang tengah lari terpental jauh. Ernest terbang dan terus mengepakkan kedua sayapnya. Hingga membuat angin terus bertiup kencang.

Sedangkan Lykaios dengan sigap berlari dan saat dia melangkah tinggi dengan cepat tubuhnya berubah menjadi serigala putih besar. Lykaios dengan cepat menumbangkan serigala yang menghadang langkahnya.

Aaric menatap tak percaya pada penglihatannya. Dua pria asing yang tiba-tiba datang dan melindungi Ellina. Aaric menatap Ellina yang tengah tak sadarkan diri di pangkuannya. Darah dari luka bekas kuku ibunya terus keluar. Aaric merobek ujung bajunya dan membalut luka di tangan Ellina. Setelah itu Aaric kembali menatap pemandangan di depannya.

Lykaios melolong keras. Sangat keras hingga membuat beberapa serigala diam dan ketakutan. Sedangkan Ernest telah mengeluarkan api dari kedua tangannya. Bukan hanya itu, beberapa serigala telah terbakar oleh api di tangan Ernest dan ada juga yang telah hangus menjadi debu.

Aaric lagi-lagi tak percaya. Bagaimana mungkin sekian banyak dari serigala tak mampu melukai bahkan menyentuh mereka berdua. Bahkan serigala dari klannya telah banyak berkurang.

Setelah selesai melumpuhkan banyak serigala, Lykaios merubah bentuknya. Dua sayap cream kemudian berubah menjadi putih bersih telah terkembang luas. Perlahan dari tangannya Lykaios juga mengeluarkan api biru yang membara.

Lykaios dan Ernest membantai hampir seluruh serigala di depannya. Bahkan api di tangannya bertambah panas karena seiring pemiliknya juga bertambah kejam.

Aaric menatap sedih pada klannya. Pikirannya kalut dan perlahan Aaric sadar akan sesuatu.

"Hyroniemus. Ernest Avram dan Lykaios Canuto. Mereka adalah," Aaric berkata pelan dan perlahan wajahnya pucat. "... mereka adalah orang di sisi Yang Mulia Raja Besar," Aaric melanjutkan kata-katanya dan raut wajah Aaric berubah drastis.

Lykaios terbang tinggi dan dengan cepat pula melesat turun. Tangannya kirinya terulur dan, banggg! Lykaios mencengkeram seekor serigala coklat bercampur putih dan menubrukkan badan serigala itu ke sebuah pohon besar. Lolongan kesakitan terdengar pilu dari mulut serigala tersebut.

Devian menyadari kekalahan klannya. Matanya menatap nanar pada seekor serigala yang tak berdaya di ujung sana. Devian berlari dengan cepat dan melompat tinggi akan menerkam Lykaios. Namun,

Bukkkk!

Sebuah pukulan keras dari atas mengenai punggungnya. Devian terpental jauh dan tersungkur keras. Lolongan kesakitan juga terdengar pilu. Ernest terbang dan turun, berjalan mendekati Devian yang tersungkur.

Aaric menatap tak percaya pada pemandangan di depannya. Ayah dan ibunya yang merupakan Alpha dan Luna Lycanthrope kalah. Bahkan kini kedua laki-laki itu telah mengulurkan tangannya yang berapi untuk menyentuh ayah dan ibunya.

Aaric bangun dan berlari kencang.

"Tidakkkkkk...! Kumohon, jangan bakar Papa dan Mamaku. Ampuni kami tuan. Ampuni klan kami," Aaric bertekuk lutut memohon ampun di tengah-tengah jarak antara ayah dan ibunya.

Lykaios dan Ernest terhenti dan memandang Aaric. Melihat Aaric yang tengah menangis memohon ampun. Perlahan api di tangan Ernest dan Lykaios padam. Kedua sayap itu juga perlahan hilang.

Lykaios dan Ernest mundur, berjalan menjauh dan mendekati tubuh Ellina. Lykaios mengangkat tubuh Ellina di depan tubuhnya dan Ernest berdiri di samping Lykaios.

Aaric menghampiri ibunya. Perlahan ibunya berubah menjadi manusia biasa. Aaric memeluk ibunya dan menangis. Tak lama Devian pun sama. Berubah menjadi manusia dan menghampiri anak dan istrinya.

Devian menatap sekelilingnya, banyak pasukannya yang telah terluka bahkan mati hangus terbakar. Devian menatap lagi ke arah Lykaios dan Ernest yang tengah menatapnya tajam.

"Ka-kalian," Devian berkata kelu.

"Ernest Avram Hyroniemus," Ernest menyebutkan namanya dan nama kerajaannya.

"Lykaios Canuto Hyroniemus," Lykaios melakukan hal yang sama.

Devian membelalakkan matanya tak percaya. Dengan cepat dia membungkukkan badannya sebentar dan kembali menatap Lykaios dan Ernest.

"Maaf atas kekacauan di klan kami," Devian membuka suara.

"Maafkan kami," Acalia kini berdiri di samping Devian. Aaric juga sama.

"Kalian melukai seseorang yang kami jaga," Lykaios berkata dingin.

Devian dan Acalia terhenyak. Pandangan mereka tertuju pada tubuh Ellina yang berada di gendongan Lykaios.

"Itu, maafkan kami. Kami berpikir dia berbahaya," Devian kembali meminta maaf.

"Cih," Ernest menanggapi dingin.

"Kami akan merawatnya," Acalia berbicara lembut.

"Dia teman anakku dan juga pegawai di tokoku," Devian menambahkan.

"Kami akan tetap membawanya. Kami permisi," Ernest menjawab dingin dan membungkukkan badannya sebentar.

Ernest dan Lykaios mengeluarkan sayap indahnya. Tak lama mereka pun meninggalkan Lycanthrope.

"Kita dalam masalah besar," Devian menahan rasa sakitnya dan mengusap rambutnya frustasi.

"Bagaimana ini? Ini kesalahanku," Acalia menambahkan.

"Jika ke dua orang di sisinya kembali, apa Raja Besar juga telah kembali?" Aaric bertanya dan termenung.

Devian dan Acalia tercekat mendengarkan pertanyaan anaknya. Keduanya terlihat shock. Bayangan kekejaman Raja Besar telah tercetak jelas di kepala mereka. Raut wajah Devian dan Acalia berubah pucat pasi dan Aaric tau akan hal itu.

"Mari datang ke acara undangan Hyroniemus. Kita akan melihat kenyataannya. Pa, Ma, ijinkan Aaric ikut...," Aaric menatap dengan pandangan memohon. Dan akhirnya kedua orang tuanya mengangguk setuju.

===================================

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height