My Lord/C6 Ellina
+ Add to Library
My Lord/C6 Ellina
+ Add to Library

C6 Ellina

=========================

Kenzie menunggu di luar gerbang kerajaannya dengan waswas. Entah berapa banyak Kenzie berjalan bolak-balik di tempat yang sama. Matanya menangkap dua sosok yang sangat ia kenali tengah terbang menuju ke arahnya. Dengan sigap Kenzie langsung diam di tempat dan menunggu, memandang dua sosok itu yang akhirnya tepat berdiri di depannya

Kenzie dengan cepat mengambil dan menggendong tubuh Ellina yang tengah berada di gendongan Lykaios. Dengan setengah berlari Kenzie membawa masuk Ellina ke dalam kerajaannya. Ernest dan Lykaios mengikuti Kenzie dari belakang dan terhenti saat melihat Kenzie masuk kedalam ruangan terlarang.

Ruangan yang bahkan tak ada satupun yang boleh masuk kecuali Kezie. Tidak untuk Azzura yang bahkan telah menjadi ratu selama ribuan tahun. Lykaios dan Ernest hanya berdiri termenung di depan ruangan terlarang tersebut.

"Ruangan terlarang," Ernest berkata pelan.

"Kita tunggu Yang Mulia disini." Lykaios menepuk bahu Ernest.

Kenzie membaringkan tubuh Ellina di sebuah kasur king size mewah dengan hati-hati. Di perhatikan wajah Ellina dan perlahan Kenzie mencium kening Ellina.

"Maaf Queen, aku tak menjemput dan melindungimu. Hingga kau terluka cukup parah." Kenzie mengelus puncak kepala Ellina dengan sayang.

"Kau pasti sangat ketakutan." Kenzie membelai wajah Ellina. Perlahan di kecupnya kedua pipi Ellina.

"Kau tau, aku tak bermaksud seperti itu," Kenzie mencium kening Ellina lagi.

"Maaf karena membuatmu menangis," Kenzie mencium kedua mata Ellina.

"Aku tak akan melakukan hal yang membuatmu takut dan dalam bahaya." Kenzie mencium hidung Ellina.

"Karena kau Ratuku. Tak akan ada yang boleh menyentuhmu." Kini Kenzie menempelkan bibirnya ke bibir Ellina. Mencium dalam diam dan tenang setelah itu Kenzie menyentuh luka-luka Ellina.

"Sembuh dan menghilang," Kenzie mengatakan itu dengan jelas. Perlahan luka-luka di tubuh Ellina pulih dan menutup lalu menghilang.

Kenzie membenarkan selimut di tubuh Ellina lalu mencium kening Ellina sebelum akhirnya Kenzie beranjak dari duduknya. Kenzie membuka pintu ruangan tersebut dan heran melihat Lykaios dan Ernest tengah berdiri bagai prajurit penjaga pintu.

"Apa yang kalian lakukan?" Kenzie membuka suara, menatap Lykaios dan Ernest bergantian.

"Ampun Yang Mulia," Ernest dan Lykaios berkata bersamaan dan menundukkan kepalanya.

"Masuklah." Kenzie membuka pintu ruangan tersebut dan berjalan menuju sebuah kursi di samping ranjang letak Ellina terlelap.

Lykaios dan Ernest bengong dan saling berpandangan. Rajanya mengijinkan mereka masuk kedalam ruang terlarang. Ruang yang bahkan ratu saja tak boleh masuk. Namun kini rajanya mengijinkan mereka masuk.

Ernest dan Lykaios masuk kedalam ruangan tersebut dan menutup pintu. Mereka berjalan sambil memperhatikan seluruh isi ruangan tersebut. Hingga akhirnya mereka berdiri di depan Kenzie yang tengah menatap wajah Ellina.

"Kenapa? Apa kalian heran dengan isi ruangannya?" Kenzie menatap mereka sesaat.

"Maaf Yang Mulia." Ernest dan Lykaios menundukkan kepalanya. Kenzie tersenyum tipis.

"Kaget karena ruangan ini ternyata hanya tempat peristirahatan?" Kenzie menatap mereka lagi.

"Semua menganggap ruangan ini terlarang yng bahkan Ratu Azzura tak boleh masuk," Lykaios berkata sambil menundukkan kepalanya.

"Aku memang tak pernah mengijinkan siapapun masuk kesini. Tapi aku tak bisa membiarkan Ratuku terbaring di ruangan yang sama dengan mereka termasuk Azzura. Dia sangat istimewa." Kenzie menyentuh wajah Ellina. Lykaios dan Ernest ikut memandang wajah Ellina.

"Maaf Yang Mulia, tapi siapakah wanita ini?" Lykaios bertanya hati-hati.

"Duduklah, akan aku ceritakan," Kenzie menatap dua buah kursi yang tak jauh darinya. Ernest dan Lykaios sedikit ragu namun akhirnya duduk di kursi tersebut.

"Aku akan menjadikannya Ratu Hyroniemus. Wanita lemah ini, dialah yang membuka segel dan memutuskan kutukanku dari patung mengerikan 729 tahun yang lalu. Tanpa darah dan ciuman darinya aku tak akan hidup." Kenzie tersenyum mengingat kejadian yang lalu. Ernest dan Lykaios saling berpandangan.

"Tapi Yang Mulia, bagaimana dengan Ratu Azzura"? Ernest.

"Benar Yang Mulia." Lykaios.

"Aku akan melepas jabatannya dan mengembalikannya ke klan lucifer."

Lykaios dan Ernest saling berpandangan.

"Aku mengutus kalian untuk menjaga sang Ratu. Karena dia manusia biasa, ini tak akan mudah. Akan ada banyak klan yang menentang."

"Suatu kehormatan bisa menjadi penjaga Yang Mulia Ratu, Lord." Lykaios dan Ernest berkata bersamaan.

"Sebentar lagi Ratu akan sadar. Dan ah, apa yang kalian kenakan? Kalian akan bertemu sang Ratu tapi kalian tak menggunakan pakaian kehormatan?" Kenzie menatap Lykaios dan Ernest bergantian.

Dengan cepat Lykaios dan Ernest pamit keluar kamar untuk menukar pakaian mereka dengan pakaian resmi. Setelah itu mereka kembali ke ruangan terlarang. Lykaios dan Ernest berdiri tak jauh dari Kenzie. Sedangkan Kenzie memegang tangan Ellina dan tersenyum. Tak lama mata Ellina perlahan terbuka.

"Queen, kau sudah bangun?" Kenzie tersenyum lembut.

Ellina mengerjapkan matanya tak percaya. Ellina menutup matanya kembali dan perlahan di bukanya pelan. Namun sosok Kenzie malah tersenyum manis pada Ellina.

"Ya ampun, hanya karena aku menyebut namanya sekarang dia malah tersenyum di depan mataku. Sial," Ellina menggeleng-gelengkan kepalanya.

Kenzie tertawa pelan mendengar kata-kata Ellina. Lykaios dan Ernest memperhatikan Ellina dan semua kata-kata yang keluar.

"Queen, apa kau merasa lebih baik? Apa kau masih merasakan sakit?" Kenzie mengelus puncak kepala Ellina.

"Ap-appa?" Ellina langsung bangun dari tidurnya. Menatap sekeliling kamar yang ia tempati. Semua bertema emas yang terukir indah. Bahkan Ellina tak pernah melihat ruangan ini sebelumnya. Lalu pandangan Ellina tertuju pada Kenzie yang masih memegang tangannya.

"Wow, kau benar-benar nyata Tuan," Ellina berbicara dengan polosnya. Kenzie tertawa kecil sedangkan Lykaios dan Ernest mengerutkan kedua alisnya.

"Queen, aku memang nyata."

"Ya, karena Tuan bisa menyentuh tanganku. Tangan?" Ellina sadar akan sesuatu dan menarik tangannya. Diperiksanya tangannya.

"Aneh, aku merasakan sakit sebelum tidur." Ellina mencoba mengingat. Bayangan Aaric yang melindunginya dan memeluk tubuhnya lalu Aaric yang berubah menjadi serigala. Belum lagi ratusan serigala yang memandang tajam ke arahnya. Raut wajah Ellina berubah pucat dan rasa takut mendera.

"Queen, kau aman sekarang. Aku di sini dan kau jauh dari tempat berbahaya." Kenzie menarik tubuh Ellina dalam pelukannya. Ellina menurut dan saat pandangan Ellina lurus kedepan, Ellina langsung mendorong tubuh Kenzie.

"Ada apa queen?" Kenzie bertanya khawatir.

"It-itu, itu siapa? Dan mahkluk apa? Kenapa mempunyai telinga di kepala?" Ellina menunjuk Lykaios dan Ernest bergantian. Kenzie ikut menoleh dan tersenyum.

"Senang bertemu anda Yang Mulia Ratu. Saya Lykaios Canuto siap melayani dan melindungi Ratu." Lykaios menundukkan badan dan menekuk salah satu lututnya.

"Senang bertemu anda Yang Mulia Ratu. Saya Ernest Avram siap menjalankan semua perintah Yang Mulia." Ernest Avram pun melakukan hal yang sama.

Ellina bingung menatap kedua pria yang tengah menunduk tak jauh darinya. Ellina menatap Kenzie tak mengerti. Kenzie mengulurkan tangannya dan Ellina menerima uluran tangan Kenzie. Kenzie membawa Ellina untuk lebih dekat pada Lykaios dan Ernest.

"Kenapa mereka bersikap seperti itu padaku?" Ellina berbisik pelan pada Kenzie.

"Karena kau adalah Ratu." Kenzie menatap Ellina dan tersenyum.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan? Sampai kapan mereka akan menundukkan badannya?" Ellina berbisik lagi.

"Sampai kau mengatakan bangun pada mereka." Kenzie balas berbisik.

Ellina sedikit ragu, namun ke dua sosok di depannya tetap berada di posisi yang sama.

"Itu, tak perlu kalian bersikap seperti itu. Bangunlah, jangan begitu," Ellina berkata pelan namun jelas terdengar untuk mereka.

Lykaios dan Ernest bangun dan menatap Ellina sebentar.

"Terima kasih atas kebaikan hati Yang Mulia ratu," Lykaios dan Ernest berkata bersamaan.

Ellina menatap ke dua sosok di depannya. Pertama Lykaios, dia kelihatan lucu dengan kacamata yang menggantung di hidung mancungnya. Belum lagi telinga putih yang terlihat lucu dengan baju kebesaran yang terdapat bulu dan lambang serigala putih.

Ellina mengalihkan pandangan matanya menuju sosok yang satunya. Rambut merah panjang dan juga telinga yang terlihat lucu.

"Aku, Ellina Aracelia Azzuri. Senang bertemu kalian." Ellina mengulurkan tangannya untuk berkenalan. Namun kedua sosok itu hanya menatap tangan Ellina dan menatap wajah Kenzie bergantian. Ellina mengikuti arah pandang mereka.

"Apa kau melarang mereka? Tuan, biasanya orang berkenalan selalu seperti ini." Ellina meraih tangan Lykaios dan Ernest bergantian sambil menyebutkan namanya. Namun detik berikutnya Lykaios dan Ernest sujud di depan Ellina dan Kenzie. Ellina semakin bingung.

"Ampun Yang Mulia, saya tak bermaksud untuk melampaui batas," Lykaios dan Ernest berkata bersamaan.

Kenzie menggelengkan kepalanya lalu menatap Ellina. Dielusnya puncak kepala Ellina.

"Bangunlah. Aku tak akan menghukum kalian." Kenzie berkata dengan tegas.

Lykaios dan Ernest bangun dan mengucapkan terima kasih.

"Panggilkan pelayan. Aku tak ingin Ratuku memakai pakaian yang tak pantas." Kenzie.

"Siap Yang Mulia." Lykaios dan Ernest menunduk dan berjalan mundur. Lalu setelah itu mereka keluar untuk menjalankan perintah.

Ellina duduk di depan Kenzie sambil menatap sekeliling ruangan. Sedangkan Kenzie tersenyum memandang Ellina. Tak lama para pelayan wanita datang dengan berbagai pakaian dan semua pernak-pernik yang di butuhkan. Ellina menatap bingung kepada seluruh pelayan yang datang.

"Mereka akan melayanimu Queen. Jangan takut, mereka tak akan menyakitimu," Kenzie mengelus puncak kepala Ellina dan beranjak dari duduknya. Sebelum keluar dari ruangan Kenzie membalikkan badan dan tersenyum. "... aku akan menunggu di luar Queen." Kenzie membalikkan badannya dan menutup pintu ruangan.

Ellina masih bingung, saat para pelayan itu mulai menggiring Ellina menuju sebuah ruangan lain. Ellina di dudukkan di sebuah kursi, lalu para pelayan mulai bekerja dengan aktif. Ellina hanya memperhatikan mereka bekerja dan merasa tak enak karena hanya duduk melihat.

Dua orang pelayan datang dan menundukkan kepalanya kepada Ellina. Ellina tersenyum tipis dan ikut menundukkan kepalanya sebentar. Lalu dua orang pelayan itu membawa Ellina ke sebuah ruangan yang sangat mewah.

"Wow," Ellina terkagum melihat ruangan di depan matanya. "... kamar mandi saja sebesar dan semewah ini. Tapi kenapa semua bernuansa kerajaan? Memang tahun berapa sekarang? Ckckck," Ellina menggelengkan kepalanya.

"Gyaaaa, apa yang kalian lakukan?" Ellina memegang bajunya erat saat ke dua pelayan di sisinya berusaha melepaskan baju yang ia kenakan.

"Ampun Yang Mulia Ratu, tapi Ratu harus mandi dulu. Dan tugas kami adalah menyiapkan segalanya. Termasuk membukakan pakaian yang Ratu kenakan."

"Akan kulepaskan sendiri." Ellina tersenyum meyakinkan kepada pelayan tersebut.

Pelayan yang satunya menuangkan berbagai parfum mandi dan banyak bunga. Tak lupa rempah-rempah yang Ellina tak tahu namanya. Namun, aroma yang tergabung sangat wangi dan menenangkan.

"Apakah Yang Mulia Ratu menyukai wangiannya, atau haruskah kami tukar dengan yang lain?" Salah seorang pelayan berbicara sambil memegang nampan yang berisi berbagai parfum dan bunga.

"Tidak perlu. Aku menyukainya." Ellina tersenyum dan mulai masuk kedalam sebuah bak mewah yang besar. Para pelayan itu membantu Ellina untuk membersihkan rambut Ellina.

Selesai dengan acara membasuh badan, Ellina di giring di sebuah ruangan lain lagi. Kini Ellina tengah berdiri dan menuruti semua yang pelayan coba pakaikan di tubuhnya. Semua terlihat asing bagi Ellina. Semua pakaian yang menurut Ellina tak akan pernah ia pakai di dunia manusia.

Selesai dengan pakaian Ellina kembali di duduk-kan di sebuah kursi. Lalu semua pelayan mula bekerja dan membagi tugas. Sebagian mengenakan make up diwajah Ellina dan sebagian menata rambut Ellina dan tak lupa semua pernak-pernik yang terpasang cantik di rambut Ellina. Ellina hanya diam dan menurut.

Tak lama semua telah siap. Seluruh pelayan pergi dan Ellina menatap wajahnya tak percaya. Di depan cermin itu, tergambar sosoknya yang mengenakan pakaian sebuah kerajaan dan lengkap dengan semua aksesoris di rambutnya.

"Haha, aku mengatakan Kenzie sangat kuno, sekarang aku malah mengenakan pakaian yang sama dengannya. Dan apa ini? Mahkota ini sangat mencolok." Ellina menyentuh mahkota di kepalanya dan perlahan menariknya.

Kemudian Ellina melihat semua aksesoris yang tertata rapi di depannya. Tangan Ellina terulur dan meraih sebuah aksesoris. Lalu Ellina mencoba mengenakan aksesoris itu di rambutnya.

"Begini lebih simpel dan tak terlihat mencolok." Ellina tersenyum, berdiri dan keluar dari ruangan.

Kenzie hendak akan masuk ke ruangan tempat Ellina berada. Namun belum sempat tangannya terulur untuk membuka tirai, Ellina lebih dulu membuka tirai. Pandangan mereka bertemu. Kenzie menatap wajah Ellina yang telah berubah drastis. Sedangkan Ellina terasa aneh dengan semua yang melekat di tubuhnya.

"Queen, kau cantik. Sangat cantik." Tangan Kenzie terulur dan menyentuh wajah Ellina. Seketika rona merah itu keluar di pipi Ellina.

"Tapi, dimana mahkotamu? Apa mereka tak mengenakannya? Beraninya mereka melawan perintahku!" Tatapan Kenzie telah berubah dengan cepat.

"Hei, ini bukan salah mereka. Aku yang melepaskannya. Itu terlalu berlebihan dan terlihat mencolok. Itu juga berat. Aku tak menyukainya." Ellina menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kenapa Queen? Kau wajib mengenakannya karena kau adalah Ratu." Kenzie berujar lembut.

"Tapi tuan, ya, lain kali akan kukenakan...," Ellina menyerah dengan kata-katanya.

Kenzie menggandeng tangan Ellina untuk keluar. Namun baru tiba di aula ruangan terlarang tersebut, Lykaios dan Ernest telah menunggu mereka. Akhirnya Kenzie kembali duduk dengan Ellina di sampingnya.

"Lord, Raja dari klan Lycanthrope datang dengan Ratu dan pangerannya," Lykaios berkata sambil menundukkan kepalanya. Kenzie menaikkan satu alisnya.

"Bukankah undangan itu masih beberapa jam lagi?" Kenzie berkata dingin.

"Benar Yang Mulia. Namun mereka datang lebih awal." Lykaios.

"Saya rasa ini ada hubungannya dengan Yang Mulia Ratu. Mereka menunggu Yang Mulia di ruang utama," Ernest ikut mengutarakan pikirannya.

"Ah, maaf menyela. Apa yang kalian maksud Ratu itu adalah aku?" Ellina menunjuk dirinya sendiri.

"Benar Queen," Ernest dan Lykaios menjawab bersamaan.

"Lalu apa hubungannya denganku sekarang?" Ellina kembali bertanya.

"Ini tentang penyerangan klan serigala yang tak lain adalah kerajaan Lycanthrope yang telah melukai Yang Mulia Ratu beberapa jam yang lalu," Kali ini Ernest yang menjawab.

"Jadi Devian Blade dan yang lain adalah benar-benar serigala?" Ellina menunggu jawaban dengan tak percaya.

"Seperti yang anda lihat Queen," ucap Lykaios.

"Aku akan menemuinya. Karena mereka melukai Ratuku, aku akan memberikan pelajaran untuk mereka." Kenzie bangun dari duduknya.

"Tu-tuan, apa yang akan tuan lakukan?" Ellina mencegah Kenzie untuk pergi.

"Aku akan mengurusnya Queen," Kenzie kembali berjalan.

"Tuan, bisakah tuan tidak menghukumnya? Mereka adalah bosku. Dan mereka adalah orang yang baik. Kumohon tuan," Ellina menyatukan kedua tangannya untuk memohon.

"Queen, apa yang kau lakukan? Mereka harus di beri pelajaran agar tak melukaimu lagi."

"Tuan, bisakah kali ini saja tuan mendengarku? Jangan lukai mereka. Kumohon...," Ellina memohon lagi.

Kenzie mendesah pelan.

"Baiklah," Kenzie tersenyum menatap Ellina lalu beralih menatap Lykaios dan Ernest.

"... kalian aku tugaskan untuk menjaga Ratu. Temani Ratu kemana pun Ratu pergi. Jangan sampai Azzura tahu keberadaan Ratu."

"Kami menjalankan perintah Yang Mulia," Lykaios dan Ernest menjawab bersamaan.

"Queen, aku harus menemui mereka. Berkelilinglah, mereka akan menjagamu." Kenzie mencium kening Ellina.

"Apa-apaan yang tuan lakukan. Seenaknya menciumku." Ellina berdecak kesal.

Lykaios dan Ernest tertawa pelan mendengar penolakan Ellina. Ini tak pernah terjadi sebelumnya. Raja mereka tak pernah di tolak sekalipun. Bahkan banyak dari kalangan klan yang menawarkan diri untuk menjadi Ratu dan istri dari Raja mereka.

"Karena kau adalah istriku," Kenzie berbisik pelan dan dengan cepat berjalan keluar ruangan.

"Apa-apaan ini?! Istri? Kapan dia menikahiku? Dasar," Ellina baru saja akan memarahi kata-kata Kenzie namun ternyata Kenzie sudah lenyap dari pandangannya.

Ellina memutuskan untuk berkeliling. Matanya menatap terperangah dengan pemandangan di depan matanya. Bunga-bunga yang bermekaran indah di sertai kupu-kupu cantik yang berterbangan. Ellina tersenyum senang dan memutar tubuhnya. Berjalan dan bersenandung ria.

Ellina kaget saat burung-burung terbang menyapanya. Terbang begitu dekat dengan Ellina tanpa rasa takut untuk di tangkap. Lykaios dan Ernest tersenyum kecil melihat tingkah Ellina yang sangat jarang di lakukan oleh kaumnya.

"Ah, aku hampir lupa jika Ratu adalah manusia biasa." Lykaios ikut merentangkan tangannya.

"Ya, tak kusangka kecantikannya mengalahkan Ratu Azzura. Siapa yang menyangka manusia bisa menjadi Ratu kita." Ernest menggaruk rambutnya.

"Tapi Lord berubah. Berubah menjadi hangat dan banyak tersenyum. Juga murah hati," Lykaios menimpali.

"Kurasa karena Ratu Ellina. Ratu membawa pengaruh baik untuk raja Hyroniemus. Lihatlah, bahkan kita sekarang tersenyum melihat tingkahnya." Ernest tersenyum melihat Ellina yang tengah menyentuh dan mencium bunga.

"Kau benar sekali." Lykaios ikut tersenyum melihat tingkah Ellina.

Ellina masih merasakan berat pada aksesoris di kepalanya. Di copotinya satu persatu dan berlari menuju Lykaios dan Ernest yang tk jauh darinya.

"Maaf, bisa kalian bawakan ini?" Ellina memberikan seluruh aksesoris di tangannya kepada Ernest.

"Tapi Yang Mulia," Ernest mencoba bicara.

"Itu berat di kepalaku dan aku tak biasa menggunakannya."

"Lalu bagaimana dengan rambut Yang Mulia?" Lykaios ikut bertanya.

"Itu mudah," Ellina menarik sedikit kedua sisi rambutnya dan di pelintirkan kebelakang. Lalu Ellina mengambil salah satu aksesoris di tangan Ernest dan mengaitkan dengan cantik di rambutnya.

"Nah, bagaimana? Apa kelihatan aneh?" Ellina menatap Lykaios dan Ernest bergantian.

Lykaios dan Ernest memperhatikan Ellina sebentar kemudian menundukkan pandangannya. Sesaat rona merah hadir di ke dua pipi Lykaios dan Ernest.

"Ampun Yang Mulia, bukan maksud saya untuk lancang. Tapi Yang Mulia Ratu sangat cantik," Lykaios berkata hati-hati dan menundukkan kepalanya.

"Terima kasih kak Lykaios," Selesai mengatakan itu Ellina berlalu dan duduk di sebuah pohon di dekat taman.

"Yang Mulia Raja akan mencincang tubuhmu, jika tahu kau mengatakan itu di depannya." Ernest memandang Lykaios.

"Ah, tapi Ratu Ellina bertanya." Lykaios membela diri.

*

Aaric pov

Aku sampai di sebuah kerajaan yang sangat besar. Kerajaan yang terlihat indah juga menyenangkan. Harusnya kami sampai disini nanti malam. Tapi karena masalah yang kami timbulkan, kami datang lebih awal untuk meminta pengampunan.

Aku dan kedua orang tuaku telah menunggu di ruang utama. Ruangan yang sangat megah dan indah. Tak lama kami menunggu, sosok yang memiliki aura kepemimpinan sangat kuat datang. Pria tinggi dengan postur tubuh yang pas, alis hitam yang terlihat rapi, dua mata yang mempunyai sorot sangat tajam, hidung mancung yang menjulang dengan sempurna serta rahang yang sangat kokoh. Pria ini tampan, amat sangat tampan.

Seketika kedua orang tuaku bersujud sesaat saat bertemu dengan sosok ini. Aku pun melakukan hal yang sama meski aku tak mengenalnya.

"Senang bisa bertemu dengan anda Lord Reegan." Papa dan mamaku menyapanya.

"Lama tak berjumpa Alpha dan Luna."

Suara dingin yang mencekam membalas perkataan kedua orang tuaku. Dari situ aku mengetahui bahwa orang tersebut adalah Raja Besar. Raja Besar yang sangat disegani dan ditakuti.

Disini, kulihat papa tengah memohon ampun dan meminta maaf karena telah menyakiti Ellina. Telah menyakiti orang yang di bawah perlindungannya. Papa menceritakan semua kejadian. Dan tak disangka Raja Besar tak memberikan hukuman apapun.

Raja Besar yang terkenal sangat kejam ini tengah tersenyum hangat dan mengucapkan terima kasih kepadaku. Terima kasih karena mencoba melindungi Ellina. Dan itu cukup membuat kedua orang tuaku menatap tak percaya. Namun aku sangat jelas melihat raut kelegaan di wajah orang tuaku.

Selesai dengan urusan resmi, sang Raja Besar mengijinkan aku untuk berkeliling kerajaannya. Tentu saja aku tak menolak. Ini adalah hal yang selalu ingin kucoba. Namun di luar dugaan. Hyroniemus amat sangat lebar hingga aku tak menemukan jalan kembali. Aku tersesat. Dan bingung mencari jalan pulang. Hingga kulihat dia. Dia yang tengah tersenyum dan terlihat baik-baik saja.

Aku memperhatikan wanita itu dengan seksama. Wanita yang sangat kukenal namun berubah menjadi sosok yang sangat cantik. Lengkap dengan semua pakaian Hyroniemus yang terlihat cantik di tubuhnya.

Dia tengah duduk di sebuah pohon yang tumbang dan bermain dengan seekor burung. Jantungku berdetak kencang. Kudekati perlahan dan ternyata dia masih tak sadar aku telah mematung menatapnya.

"Ellina,"

Kulihat dia menoleh padaku dan sedikit terkejut. Mataku bertemu dengan matanya. Harus kuakui, dia sangat cantik. Amat sangat cantik. Lalu kemana ia sembunyikan kecantikannya selama ini? Kenapa aku baru tahu bahwa dia adalah gadis tercantik yang pernah kutemui. Dia terlihat asing dan berbeda.

"Aaric. Sedang apa kau disini?"

Kini dia tersenyum padaku dan sialnya jantungku berdetak lebih cepat. Bahkan lidahku kelu untuk sekedar mengatakan salam pertemuan. Dia berjalan mendekatiku dan mataku benar-benar tak bisa lepas dari sosoknya.

"Itu," aku terdiam dan berpikir sesaat. "... aku tersesat."

"Yang Mulia, apakah dia mengganggu kenyamanan Yang Mulia?"

Dua sosok yang tak terlihat asing itu kini tengah datang dan menundukkan kepalanya kepada Ellina. Aku mengernyit mendengarkan kata-kata yang baru saja kudengar. "Yang Mulia?" Mereka memanggil Ellina dengan sebutan Yang Mulia? Dan mereka juga bersikap hormat. Jadi siapa sebenarnya gadis di depanku?

"Ah, oh, Aaric tersesat. Dan aku senang bertemu dengannya," Ellina menjawab dengan tersenyum kepada Lykaios dan Ernest.

Kulihat dua pria itu tertunduk dan mengundurkan diri. Mereka meninggalkan aku dan Ellina dan berdiri tak jauh dari Ellina.

"Jadi bos juga berada disini?"

Ellina menatapku lama. Aku hanya mengangguk.

"Apa ada masalah yang serius? Apa bos akan memecatku?"

Kulihat dia menatapku khawatir dengan kata-kata yang akan keluar dari bibirku.

"Ada sedikit masalah. Kurasa kau akan tetap bekerja di House Tea." Aku meyakinkannya.

"Oh, syukurlah." Ellina bernapas lega.

"Ampun Yang Mulia, tapi Lord tengah menanti anda." Kulihat Lykaios menunggu Ellina untuk pergi bersamanya.

"Ah, benarkah? Tuan menungguku?" Ellina menggaruk tengkuknya lalu menatapku. "... aku harus pergi. Dan terima kasih telah menyelamatkan dan melindungi diriku sebelumnya."

Aku diam mematung melihat senyum lebarnya. Setelah itu ia membalikkan badannya dan pergi bersama kedua pengawal raja besar.

Melihatnya yang terlihat nyaman berada disini dan di antara mereka, juga perlakuan hormat dari orang-orang disisi Raja Besar membuatku bingung untuk mengerti siapa dia sebenarnya. Namun saat mendengar dia memanggil Raja Besar dengan sebutan tuan, aku berpikir bahwa dia hanya pelayan Raja Besar. Itu mungkin benar.

Tak lama seorang pelayan dari istana ini menunjukkan jalan untukku. Jalan untuk menuju ruang pertemuan klan. Dan kulihat orang tuaku sudah duduk disana. Aku ikut duduk di samping mereka. Ini hanya kurang dari satu jam dari acara pertemuan antara klan. Aku sangat menantikan ini.

===================================

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height