MY SEXY EDITOR/C10 Chapter 10
+ Add to Library
MY SEXY EDITOR/C10 Chapter 10
+ Add to Library

C10 Chapter 10

Demi membongkar identitas moon sebenarnya, Ilene sengaja datang pagi sebelum jam enam kurang 15 menit, demi melihat siapa yang datang duluan. Karena jika Moon maka, dia yang membuat janji maka Moon pasti duluan.

Ilene mengikat rambutnya kuncir kuda, topi berwarna putih. Celan leggings selutut dengan tanktop berwarna pink. Ia yakin, semua orang melihatnya sangat panas pagi ini. Apa Moon akan horny padanya? Ilene menggeleng, masih subuh buta dan ia sudah mengkhayal yang bukan-bukan.

Bahkan Ilene sudah memasang earphone, ia membawa walkman dan sengaja tak membawa ponselnya. Karena tujuannya jalan, bukan selfie. Bahkan, Ilene memeluk botol air minum pink. Ilene suka warna pink, karena ia perempuan? Kalian salah! Bundanya sangat tergila-gila dengan warna pink, dan seperti tersugesti dalam alam bawah sadar Ilene bahwa warna pink adalah warna tercantik dan jadi warna favorit. Ilene ingat jelas, saat masih kecil semua koleksi pakaiannya berwarna pink. Bahkan, kalau tak salah milik Darris juga berwarna pink, terkadang orang mengira Darris perempuan karena semua yang ia punya warna pink.

Dan kalian mau tahu, satu rahasia Darris yang tak boleh orang lain tahu? Kamar Darris dicat warna pink, bahkan seprai juga warna pink. Terkadang Ilene ingin tertawa keras saat ia masuk dalam kamar kembarannya, dan Ilene yakin bagaimana pacar Darris menjumpai jika laki-laki itu suka warna pink. Sebenarnya bukan suka, tapi semuanya bundanys yang mengatur dan masalah warna tak bisa diganggu gugat—harus pink. Darris anak bungsu yang paling dimanja—jadi ia sadar diri dan tak banyak bacot.

Ilene melihat ke tiga cowok tampan memasuki lapangan. Gagal ia tahu identitas Moon jika begini. Huh, Moon lebih cerdas dari dirinya.

Ilene melihat Kayvan memakai celana training panjang berwarna hitam, kaos merah duh pagi-pagi udah bikin silau aja. Aftar celana training panjang dengan sepatu olahraga putih merah dan kaos hitam. Dan terkahir Jared yang memakai sama celana training hitam panjang, kaos abu-abu. Ilene bisa menduga ke tiga cowok itu semuanya wangi. Ugh... Ingin sekali, Ilene memiliki salah satu.

"Kita keliling aja. Nanti kembali lagi kesini" jelas Kayvan. Ilene langsung mengangguk.

Ilene berjalan berdampingan dengan Kayvan di belakang ada Jared dan Aftar yang sedang berbincang.

"Kalian kalau jalan pagi gini, mandi dulu nggak?" tanya Ilana random. Apalagi yang ia bisa tanyakan jika begini. Ke empatnya sekarang berjalan berdampingan, masih gelap dan jalanan memang masih lenggang.

"Aelah rajin amat mandi dua kali. Pulang juga pasti mandi." jawab Kayvan. Ilene belum memasang musiknya. Ia sekarang hanya mengantung earphone di lehernya.

"Kalian jalannya pelan aja ya. Entar aku nggak kuat." Ilene merasa volume berjalan seperti sengaja dipercepat sekarang.

"Nanti kami gendong gantian." gurau Aftar. Ilene tertawa sambil menutup mulutnya.

"Dih modus kalian." Tiba-tiba Ilene langsung teringat, jika Moon juga menjurus pada hal mesum. Apa ini orang yang sama? Apa Moon itu Aftar? Ilene menggeleng, sulit sekali mengidentifikasi si Moon rese itu. Harus pancing pakai apa ya?

"Emang kalian di percetakan bagian apa? Lay out? Editor?" tanya Ilene sengaja memancing. Semuanya terdiam. Cowok-cowok itu seperti tahu apa yang ia pikirkan. Huh, sama saja tidak membantu.

"Tuh ada bubur ayam enak. Pulang singgah sini boleh lah ya." Kayvan mengalihkan pertanyaan Ilene pada gerobak bubur ayam di depan ruko dengan sudah banyak antrean di depan dan kepala-kepala manusia yang duduk di bangku yang sudah disediakan. Ilene mengelus perutnya.

"Kalau cover gitu, penulis bisa kasih ide sendiri nggak? Atau penerbit sendiri yang nentuin?" Ilene mencari ilmu dan juga siapa yang paling banyak menjawab maka, dialah si rese kesayangan Ilene. Apa editor Moon bisa disebut kesayangan?

"Tergantung, ada yang memang penulisnya yang kasih ide. Karena dia yang tahu betul, bagaimana pengambaran dari semua jalan ceritanya." Ilene mencoba menganalisis jika dia berbicara pakai istilah kepenulisan fiks dia Moon.

"Biasanya penerbit kasih beberapa pilihan ke penulis. Mau cover yang mana." tambah Jared. Ilene memeringkan wajahnya. Entah kenapa ia suka mendengar suara Jared, tenang dan berwibawa. Apa mungkin karena Jared sudah dewasa? Tapi bukankah dirinya juga sudah dewasa.

"Aku adalah beberapa penulis favorit." Ilene mencoba menggali info. Padahal yang ia maksud penulis favorit adalah dirinya sendiri. Menjadikan diri sendiri sebagai penulis favorit tidak berdosa bukan?

"Kalian penulis favoritnya siapa?" Ilene suka berteman dengan orang yang satu frekuensi dengan dirinya. Karena ia tahu, banyak orang yang tak suka dengan penulis. Bagi mereka seorang penulis itu adalah pembohong ulung, yang mencoba merangkai kata dengan menarik simpati orang. Padahal tak sesuai dengan kenyataan yang ada. Padahal bagi Ilene, menjadi seorang penulis itu adalah orang yang hebat. Tidak semua orang bisa menulis, dan juga saat menulis, seorang penulis harus jadi seorang pembunuh, seorang yang berpenyakitan, seorang yang sangat jahat, seorang terlalu baik. Menjadi penulis itu tidaklah mudah seperti bayangan orang. Tapi Ilene suka tantangan ini, kebetulan satu visi dengan dirinya yang suka mengkhayal dari kecil. Dulu, saat masih kecil ketika melihat suatu kejadian, Ilene selalu mengaitkan dengan imajinasinya.

"Kalau cowok pasti genre favorit fantasy, jadi penulis fantasy lah." Ilene memajukan bibirnya, ia suka fantasy tapi tidak terlalu hype dengan genre itu. Baginya genre romance tetap menjadi favoritnya, karena bagaimana perjuangan dua karakter yang berjuang bersama dan akhirnya dipersatukan. Ngomong-ngomong Ilene sudah merancang pada akhirnya Luna dan Jack pada akhirnya akan punya banyak anak. Walau Ilene sendiri belum punya gambaran anak untuk dirinya sendiri, kecuali ia sangat iri melihat keluarga kecil ibu-ibu anak satu.

"Aku suka Harry Potter, tapi bukunya belum pernah baca masa. Cuman nonton film-filmnya aja."

"Banyak genre fantasy. Genre fantasy itu penulisan sangat luas, jadi dia tidak berfokus pada pasangan aja. Konfliknya luas." Ilene mengepalkan tangannya, rasanya gatal ingin menulis fantasy tapi apa bisa? Bagaimana siluman ular yang cantik menikah dengan manusia dan pada akhirnya mempunyai putri yang cantik tapi ternyata setengah ular. Kenapa Ilene malah memikirkan putri duyung sekarang?

"Aftar suka fantasy?" tunjuk Ilene pada Aftar. Laki-laki itu mengangguk.

"Kayvan suka genre apa?" Entah kenapa, Ilene senang ia yang memimpin pembicaraan mereka.

"Aku lebih hype ke werewolf. Atau kerajaan gitu, fantasy juga sih emang. Fantasy itu emang keren asli. Tapi Gore juga sih. Horror juga, semua genre suka." Ilene pura-pura mikir, padahal ia hanya menguasai genre romance. Selama ini, bacannya full romance, cerita bucin dengan isi menye-menye. Membuat hasil refleksi tulisannya juga cerita romance dengan sisi erotis yang selalu gagal di mata Moon. Huh, Moon sialan!

"Abang Jared suka apa?" tunjuk Ilene pada Jared. Gadis itu berjalan mundur sambil menghadap Jared.

"Semua suka. Tapi kalau boleh jujur, aku suka cerita marriage life." Ilene tertawa. Seorang Jared yang macho suka cerita perselingkuhan dan pelakor di dalamnya? Dan bodohnya, ia menginjak lubang di belakangnya. Beruntung, Jared dengan sigap menangkap tubuhnya membuat Ilene terdiam seperti adegan novel-novel. Wajahnya memerah tapi akhirnya ia menyadari kebodohannya dan tertawa terbahak-bahak, diikuti yang lain. Tapi jatung Ilene rasanya tak karuan, huh sialan! Mana wangi tubuh Jared wangi sekali bikin nyaman. Kenapa wangi cowok selalu menyenangkan?

Ilene akhirnya hanya memegang walkman miliknya. Tak jadi ia mendengarkan lagu. Padahal ia sudah punya list sebelum berangkat tadi. Ilene suka Justin Bieber, jadi sudah dipastikan semua list lagu favoritnya lagi Justin Bieber. Lagi Justin Bieber tidak pernah mengecewakan telinga Ilene.

Ilene tak sadar, jika mereka sudah kembali ke lapangan Bukan-Bukan. Tak terasa rupanya, gadis itu duduk dan meluruskan kakinya sambil minum air.

"Kalau habis olahrag jangan langsung minum air." Ilene yang sedang minum menoleh dan melihat Jared sudah duduk di sampingnya. Kayvan dan Aftar sedang melakukan pemanasan ringan dengan menggerakan tangan dan kaki mereka. Ilene langsung mengulurkan botol air pada Jared—bilang aja laki-laki ini haus. Benar saja, air itu langsung Jared teguk dan langsung habis. Ilene memutar bola matanya. Dasar tidak konsisten!

🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰

Ilene dan ke tiga cowok-cowok tampan itu langsung menuju bubur ayam yang mereka idamkan sebelumnya. Ilene nyaman bersama ke tiga laki-laki ini. Ilene mau jika berteman dengan mereka selamanya. Tapi ia tahu, tidak ada yang pertemanan yang murni anatara laki-laki dan perempuan, pasti ada yang merasa patah hati. Apa Ilene harus berhenti berharap pada Kayvan?

Mereka saling berdebat siapa tim bubur ayam diaduk atau tidak. Ilene, Kayvan, Aftar, adalah tim bubur ayam diaduk. Dan Jared sendiri yang tidak mencampur. Selera Jared di luar orang normal.

Dan sekarang, Ilene sedang berbaring meringakan penat dan menghilangkan keringat sebelum ia menuju membersihakn dirinya dan kembali berkutat dengan tugas dari editor Moon. Ilene merasa seperti menjalani perselingkuhan bersama Moon. Hanya diam-diam di belakang. Kapana ia akan jadi penulis best seller?

Ponsel Ilene bergetar. Entah kenapa Ilene langsung tersenyum.

Tentang : 🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰

Dear Gigi Kelinci,

Pengetahuan kamu sangat luas. Walau saya tahu, kamu hanya sok tahu di depan orang-orang.

Yours,

Moon.

Ilene mencibir.

Tentang : Memutar Bola Mata.

Anda terlalu pehatian pada saya terima kasih!

Regards,

Gigi Kelinci.

Tentang : Penawaran Kekasih

Dear Gigi Kelinci,

Karena saya pusing kerjaan kamu tak pernah beres. Saya berbaik hati menawarkan diri menjadi kekasih kamu dengan begitu kamu tak terlalu terlihat amatiran menulis adegan erotis nanti. Akan saya bimbing pelan-pelan dari tahap awal.

Bagaimana?

P.S : Balas setuju, tidak balas artinya setuju 1000%.

Yours,

Moon.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height