MY SEXY EDITOR/C12 Chapter 12
+ Add to Library
MY SEXY EDITOR/C12 Chapter 12
+ Add to Library

C12 Chapter 12

Hari ini Ilene merasa lebih segar. Dua potong roti bakar selai kacang satu gelas susu panas dan perutnya terasa hangat sekarang.

Ilene sedang menunggu Pak Prapto untuk bimbingan. Ia janjian dengan Pak Prapto jam 10 teng. Dan sekarang pukul 09.43. tersisa beberapa puluh menit dan ia bisa bimbingan. Entah harus berapa kali lagi, agar Ilene selesai dengan pembimbing satu dan menyerahkan lagi proposal ke pembimbing dua. Walau pembimbing 1 lebih krusial. Berdasarkan pengelaman terkadang pembimbing 2 main ACC saja karena sudah dipepet waktu atau menyerahkan dan percaya sepenuhnya dengan pembimbing 1. Tapi jika mendapat dosen yang teliti dan kritis, ya salam.

Sambil menunggu pembimbing 1, Ilene juga menunggu Moon walau ia sudah menduga, Moon takkan pernah menunjukkan dirinya seperti ini. Moon suka sekali membuatnya tersiksa dan penasaran. Sebenarnya Moon itu manusia atau bukan atau makhluk jadi-jadian?

Ilene membaca ulang proposal miliknya memastikan baris dan jarak tepat serta tak ada typo. Karena mata Pak Prapto seperti diciptakan khusus untuk bisa mendeteksi otomatis jika ada tulisan typo. Dan berkahir dicoret dan dibuang. Ilene bersyukur banyak yang support dirinya hingga ia bisa bertahan sampai sekarang.

Ilene meneguk minuman rasa buah jambu agar merasa segar. Menunggu dosen pembimbing memang harus ekstra sabar dan ekstra makanan juga.

Entah apa maksud Moon untuk bertemu, padahal bukan Moon yang asli orang lain lagi yang ia jumpai. Dan juga, pertemuan mereka juga tidak akan membahas perkerjaan mereka. Bukankah Moon pernah bilang jika ia sibuk, memeriksa naskah ratusan setiap hari dan sekarang ingin bertemu? Sok sibuk yang sebenarnya adalah ia kurang kerjaan. Dan kerjaan Moon adalah merusuh dirinya dan membuat Ilene jengkel. Memangnya ada perkejaan seperti itu di dunia ini?

Panjang umur! Para laki-laki itu langsung menuju fakultasnya. Demi apa, Ilene menelan ludahnya gugup dan ia merasa jantungnya bertalu-talu. Kenapa penampilan mereka hari makin keren?

Kayvan memakai jaket coklat yang ia pakai saat Sabtu malam Minggu kemarin, di sampingnya ada Aftar yang memakai kemeja berwarna hijau. Terakhir ada Jared yang memakai kemeja abu-abu garis biru yang sengaja tidak kancing sama sekali dengan kaos abu-abu di dalamnya. Apa Jared suka warna abu-abu? Rambut mereka tertiup angin, Ilene memperhatikan ke tiganya saat Jared merapikan rambutnya dan anak rambutnya yang terjatuh bebas ke kening laki-laki itu. Kayvan yang menyisiri rambutnya ke belakang, Ilene bisa menduga berapa botol minyak rambut yang Kayvan habiskan.

"Ugh. Mana ganteng semua." guman Ilene.

Saat itu juga, Ilene melihat mobil merah khas Pak Prapto. Model jaman dulu, seperti mobil jaman 70-an dan Ilene menyebutnya mobil jangkrik. Modelnya jelek, tapi Ilene yakin mobil itu sangat kuat hingga bisa menemani Pak Prapto hingga puluhan tahun. Dan mungkin juga nostalgia mobil sebagai kenangan pak Prapto dan istrinya. Apa Ilene juga akan mempunyai kenangan bersama suaminya nanti?

Gadis itu menggeleng, sekarang fokus skiripsi dan buat naskah sebelum ia berpikiran untuk menikah dan punya anak. Walau Ilene ingin memiliki keluarga impian seperti ibu-ibu anak satu atau minimal seperti orang tuanya.

"Ayo." ajak Pak Prapto. Ilene tersenyum, orang tua ini sudah mengenal dirinya. Jadi, Ilene berharap semoga semuanya dimudahkan.

Ilene langsung melambaikan tangannya pada ke tiga cowok tampan itu, menyuruh untuk menunggu dan ia menyelesaikan urusan dengan Pak Prapto.

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Ilene terseyum begitu lebar, Pak Prapto meminta untuk merapikan semuanya. Mengecek typos, check grammar, letak halaman, titik-koma, daftar pustaka, penulisan sesuai standar dan tidak ada plagiat. Jika semuanya sudah beres maka proposal Ilene bisa di ACC dan ia melanjutkan urusan dengan dosen pembimbing 2.

Mungkin ia harus menraktir ke tiga cowok tampan itu makan ice cream, karena berkat mereka is mendapat nasib baik hari ini. Lagian apalagi yang Ilene lakukan?

Ia mungkin bisa pulang, dan mencoba mengacak lagi naskah cerita miliknya. Bagaimanapun Moon sudah berjanji untuk membantunya dan mengajari dirinya pelan-pelan.

"Aku senang, bentar lagi di ACC. Aku traktir kalian makan ice cream deh." Ilene tersenyum. Ke tiga cowok itu turut senang. Ilene itu gadis yang menyenangkan. Ilene tak tahu kenapa, saat berada di ketiga cowok ini ia seolah melupkan Moon. Dan bukankah Moon hanya samaran?

"Wah keren nih. Ayolah, di kampus juga nggak ngapain." Kayvan langsung berdiri ia terlihat begitu bersemangat.

Ketiganya berjalan keluar dari fakultas Sastra.

"Kalian yang masih kuliah bukankah harusnya bimbingan juga?" Ketiga cowok itu saling memandang dan tersenyum penuh arti.

Ilene memandang Kayvan yang menjilati lidahnya. "Kita udah lulus Ai. Ambil yang 3.5 tahun." Ilene memalingkan wajahnya. Huh, malu-maluin saja dirinya.

"Trus ngapain sering ke kampus?" tanya Ilene penuh curiga. Sepertinya ke tiga cowok ini melakukan konspirasi terhadap dirinya. Apa ini termasuk konspirasi elit global?

"Kita kan cuman kerja freelance Ai. Dan memang atasan kita kooperatif, nggak cerewet dan banyak nuntut. Jadi memang kerjanya santai." Ilene mengedihkan bahunya. Ia sedikit curiga, bukankah jika seorang atasan tidak mau rugi dan juga tidak akan senang melihat karyawannya leha-leha. Tapi sekarang? Apakah perkerjaan mereka fiktif? Apa Moon juga fiktif? Semuanya semakin rumit, jika mau ditarik benang merahnya.

"Hm, enak betul bos macam gitu."

"Makannya kamu bisa kerja di sana. Lulus bisa lamar di sana, jadi translator. Enak loh." ajak Kayvan. Ilene hanya tersenyum, tentu tidak ia punya mimpi yang lebih besar dari itu. Dan Moon sudah menjajikan. Awas saja jika semua hanya janji palsu Moon, Ilene akan merusak hidung laki-laki itu. Ilene menatap ke tiga cowok itu bergantian, hidung siapa yang enak ditumbuk? Semuanya mempunyai hidung yang mancung dan juga tajam.

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Ilene hanya menraktir ice cream lima ribuan. Ayolah, kalian harus maklum jika gadis itu pengangguran dan masih mengharapkan duit orang tuanya atau dapat belas kasihan dari abangnya Dennis atau Ilana.

Akhirnya Jared yang menaraktir lebih banyak. Orang kalau sudah kerja, tentu duitnya beda. Walau Ilene pemasaran masing-masing cowok ini menempati posisi apa.

"Aku dari dulu suka ice cream." puji Ilene. Ia yang memesan ice cream porsi jumbo kebetulan ditraktir. Ilene tahu, cowok-cowok ini tidak pelit dan kenapa mereka mau saja berteman dengan dirinya?

Ilene melirik siapa yang cocok jadi Moon? Ilene melihat satu-satu dan menganalisis siapa yang mendekati sifat rese Moon tapi tidak ada. Jadi Moon punya kepribadian ganda?

Gadis itu mulai memutar otaknya. Kayaknya ada yang harus dibahas di sini dan Ilene rasanya tahu senjata apa yang bisa ia pakai. Candy dan Crystal. Ilene sudah jatuh cinta dengan nama itu.

"Candy dan Crystal." guman Ilene, ia berharap Moon terbatuk dan terlihat meyakinkan tapi sialnya ke tiga cowok itu kompak memandang dirinya. Ya Tuhan, kenapa Moon begitu licik? Atau memang Moon hanya mengada? Tapi apa yang ia janjikan benar. Dan Moon memang berkata benar tentang dirinya.

"Keren ngga kasih nama itu?" tanya Ilene pura-pura.

"Bagus. Tapi terlalu biasa." Ilene langsung menatap Aftar. Apa ini pelakunya?

"Kalian mau nggak punya anak kasih nama Crystal dan Candy?"

"Aelah Ai. Itu pembahasan anak SD." jawab Kayvan, membuat Ilene mengerucutkan bibirnya. Satu bukti sudah di tangannya sekarang. Aftar suka nama Crystal dan Candy.

"Abang Jared suka nama Crystal dan Candy?" tanya Ilene mencari target selanjutnya. Jared dengan santai meletakan tangan di dada sambil bersandar di kursi.

"Nama pasaran." jawab Jared santai. Dih, tak ada yang bikin hatinya menyenangkan. Padahal Ilene jadi terobsesi dengan nama itu.

"Tapi kalau buat nama kita nggak papa?" bisik sesorang yang membuat bulu kuduk Ilene meremang.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height