MY SEXY EDITOR/C2 Chapter 2
+ Add to Library
MY SEXY EDITOR/C2 Chapter 2
+ Add to Library

C2 Chapter 2

Ilene bukan Irene Red Velvet : Hi, ibu-ibu anak satu. Mo nanya, tapi agak privasi. Gimana rasanya ciuman?

"Bodo amat dah terlanjur ngirim." Ilene menelungkupkan kepalanya di kasur, nenbayangkan wajah Azyan memerah saat membaca pesan laknat itu, bisa-bisanya ia bertanya privasi seperti itu.

"Kayaknya enak bangat hidup jadi Bella. Punya anak punya suami, mana Abang perhatiannya berlebihan lagi. Ahh... Di mana jodohku kau berada." Ilene berguling-guling, sambil membayangkan kebahagian rumah tangga yang dijalani Azyan. Bahkan suami dan anaknya sangat support saat ia melaksanakan sidang skripsi, jadi skripsi Azyan cepat sekali di ACC. Azyan bahkan sudah seminar proposal, meninggakan dirinya yang bab 1 satu saja belum selesai.

ABella : Ya ampun Ai, pertanyaannya 🤭🤭🤭. Hihi, malu ah. Untung bukan abang yang baca duluan😅😅😅. Hehehe, maap itu privasi.

"Tuh kan, pasti dia nggak mau jawab. Bikin iri aja nih orang." Ilene semakin misuh-misuh, dia begitu iri dengan kebahagiaan Azyan. Bahkan, Danish makin pintar dan sudah bisa berbicara sekarang. Terkadang Ilene berpikir enak sekali menikah muda, dengan catatan kedua belah pihak telah siap mental dan materi. Azyan dan abangnya adalah manusia dewasa yang pemalu, Azyan yakin mereka pasti hampir tidak pernah bertengkar, malah hanya ada kehangatan dalam rumah tangga mereka.

Awal pertama kali menulis, karena Ilene bisa melihat kehidupan seperti apa yang Azyan jalani. Membuat Ilene ingin merasakan hal yang sama, walau Tuhan belum menunjukan padanya. Atau belum saatnya ia merasakan itu, karena Tuhan tahu yang terbaik.

Akhirnya dengan amatiran, Ilene mencoba menuangkan apa yang ada di isi kepalanya dan juga teori yang ia baca.

Walau dengan keringat dingin dan juga deg-deg ser karena menulis yang bukan passionnya, tapi Ilene berhasil. Bahkan, ia sudah submit agar editor rese itu tidak sibuk.

Ilene membuka pintu kamar dan ingin mengambil minuman dingin di kulkas, karena otaknya panas, tenggorkan kering, terlalu banyak menelan ludah di setiap adegan.

"Bella tadi di rumah ini?" tanya Ilene saat melihat temannya berada di rumah bersama keluarga kecilnya. Bundanya pasti takkan membiarkan cucunya untuk bermain sendirian. Danish adalah permata di keluarganya. Padahal, menurut Ilene Azyan bisa punya anak lagi, karena Danish sudah cukup besar untuk punya adik. Tapi itu urusan rumah tangga orang, karena ia masih dianggap bocah bagi orang lain. Padahal usianya sudah legal.

"Bella langsung hapus pesan tadi ya. Entar abang baca lagi." Ilene menutup wajahnya, Azyan hanya tertawa. Wanita ini semakin bahagia dalam hidupnya, bahkan tubuh Azyan bisa Ilene nilai jika semakin gemuk karena bahagia.

Ilene melihat abangnya yang mengendong anak semata wayangnya, dan menciumi wajah bocah itu berkali-kali.

"Lecet juga tuh muka nanti." komentar Ilene pada abanganya. Tapi Dennis tak menghiraukan, ia memberi Danish pada Azyan dan mengambil ponsel dari tas Azyan. Ilene melotot, mampus bisa habis riwayatnya jika Dennis membaca pesan tadi.

"Udah dihapus kok." kata Azyan menengangkan saat melihat raut muka Ilene.

"Yaudin lah ke kamar dulu. Makin iri lihat keluarga berencana, eh keluarga bahagia." Ilene pergi ke belakang dan mencari minuman yang ia cari seperti tujuan awalnya.

Azyan mengambil minuman kaleng, meneguknya sedikit ia masuk dalam kamar dan mengunci lagi kamarnya.

Layar ponsel Ilenr baru saja berkedip manja. Gadis itu menyambar ponselnya, dan melihat logo email, tanpa sadar ia tersenyum, walau tahu akan banyak kata memyakitkan di dalamnya.

Tentang : Bab SAMPAH!

APA INI? SAYA SUDAH KASIH REFRESNSI, TAPI KENAPA HASILNYA SEPERTI ANAK TK BELAJAR NAIK SEPEDA?

ANDA TIDAK BERKOMPETEN!

Tertanda,

Moon.

"Bangke! Dia tidak menghargai usahaku sedikitpun." sungut Ilene membuang ponselnya.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height