MY SEXY EDITOR/C7 Chapter 7
+ Add to Library
MY SEXY EDITOR/C7 Chapter 7
+ Add to Library

C7 Chapter 7

Tersenyum malu-malu dan menunjukan sedikit keanggunan di depan crush. Ilene itu cantik, tapi saat ingin berhadapan dengan Kayvan ia merasa seperti seekor siput kecebur closet.

Ilene mendapat ilmu dari ibu-ibu anak satu yang menjadi kakak iparnya sekarang. Kata Azyan, cara memikat laki-laki itu dengan berbuat anggun di hadapan mereka. Karena Ilene bisa melihat bagaimana abanganya begitu bucin pada ibu-ibu anak satu. Jadi, Ilene rasa Azyan punya resep khusus dan begitu jawaban ibu muda yang berbahagia tersebut, jadi Ilene menurut saja.

Hari ini, ia memakai potongan dress sederhana yang sedikit pendek di atas lutut menunjukan kaki jenjangnya dengan memakai sneakers warna putih. Jika bunda dan kakaknya suka memakai heels, maka sneakers adalah alas kaki paling nyaman bagi Ilene.

Ilene mengurai rambutnya, ia tersenyum anggun. Wajahnya memang lebih lembut, mirip Dennis versi cewek. Gadis itu memakai bedak tipis untuk menyamarkan wajahnyaa dan juga sedikit pemerah bibir, agar Kayvan melihat dirinya tak pusat-pucat bangat. Karena Ilene bisa menganggap ini adalah ajakan kencan dari Kayvan.

Bahkan, Ilene melupakan banyak tugas yang ia dapatkan dari editor rese dan juga dari dosen pembimbing. Tapi malam ini saja, mari kita sisihkan dual hal itu, terutama editor Moon. Jangan bahas itu, kepala Ilene bisa pecah atau moodnya mendadak terjun bebas karena ia memikirkan mulut tajam dan juga bagaimana kejamnya editor Moon dan juga kerja paksa yang diberikan Moon pada dirinya.

Ilene cukup berpuas dengan menambah jam tangan agar ia terlihat manis. Kulitnya yang putih bersih hampir sama dengan dress yang ia pilih kali ini. Sederhana, tapi ia yakin tak ada yang bisa mengalihkan perhatiannya padanya. Ilene semakin tersenyum.

Semangat mengejar cintamu. Karena setelah ini, banyak scene yang harus ia tulis. Kayvan bisa dibilang kelinci percobaan untuk semua scene romantis yang disukai oleh pembaca, padahal menulis scene romantis itu lumayan susah apalagi jika di real life ia jomblo. Tapi Ilene tak mau menyerah, ia ingin menunjukan jika ia adalah penulis yang serba bisa, bahkan bisa menulis sisi erotis suatu cerita.

Bahkan Ilene sudah bisa menulis, bagaimana Luna begitu panas—baiklah mari kita lupakan bagian ini. Sekarang Ilene ingin berkencan.

🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰

Padahal Kayvan hanya memakai jaket berwarna coklat, celana jeans dan sepatu Converse berwarna merah, tapi bisa-bisanya membuat Ilene menahan napas. Dia begitu tampan dan panas, otak Ilene langsung memikirkan adegan seperti novel yang akan ia tulis, saat melihat Kayvan serapi itu. Berarti Kayvan ada niat untuk mengajaknya kencan, apa Ilene bisa merayakan ini sekarang?

"Biasanya kalau malam minggu gini, kalau nggak nonton ya makan."

"Hooh. Kayaknya buat sesuatu yang lain pasti lebih seru."

Kayvan memiringkan wajahnya, dan memandang wajah cantik Ilene yang terlihat anggun sekaligus dewasa dengan penampilannya sekarang.

"Punyda ide lain?" Otak cerdas Ilene langsung berkerja cepat. Jangan sampai kencan pertama gagal, ia juga harus terlihat pintar di hadapan gebetan.

"Belanja." Ilene menjawab asal. Sekarang mereka berada di mall, jadi hal yang mereka lakukan selain makan, atau nonton adalah berbelanja.

"Belanja makanan. Makanan mentah, nanti buat di rumah, kayaknya itu lebih seru. Buat makanan yang beda dari yang lain. Misalnya, mie campur susu coklat. Atau bubur ayam campur meses, ice cream campur kecap." Kayvan menggeleng, cerdas tapi juga gila. Ini namanya memperkosa makanan, memaksa yang tidak semestinya dan merusak estetik dari makanan sendiri.

"Yaudah boleh." Ilene tersenyum. Semenjak menulis, otak gila yang di luar nalar juga harus berjalan, karena ia tak bisa mengerjai Moon jika otaknya tak berjalan. Moon mengajarkan menjadi orang yang licik dan juga cerdas.

Ilene langsung tersenyum lebar, saat melihat tangannya berada dalam genggaman Kayvan. Jika boleh ia ingin memeluk Kayvan dari belakang sekarant. Ilene membayangkan bagaimana keduanya bermesraan saat ia menyandar di bahu Kayvan yang nyaman dan laki-laki itu mengelus-elus rambutnya sambil sesekali mengecup.

"Ayok." Ilene baru sadar saat tangannya ditarik oleh Kayvan. Kebanyakan melamun. Kayvan menarik troli, keduanya berjalan berdampingan. Kayvan begitu rapi, Ilene suka melihat Kayvan dalam bentuk apa saja, bahkan Kayvan yang sedang kepedasan bon cabe level 15.

"Ini benar-benar mau coba mie campur susu krim coklat? Enek nggak sih?" Ilene hanya tertawa. Ia sering makan mie campur mayonaise dan itu sangat enak. Ilene suka mencoba hal baru. Dulu, ia tidak tahu jika makan segala mie dicampurkan perasan jeruk nipis itu adalah surga. Tapi, karena bundanya sering mengomel karena jeruk nipis di rumah sering mubazir, makanya Ilene pindah haluan makan mie dicampur mayoniase, membuat kuah mie jadi kental. Dan rasanya memang surga.

"Ayo coba." Ilene lebih dulu menyambar susu coklat 3 kotak dan meletakan dalam troli dan mencari bahan yang lain untuk eksperimen.

Biarkan Ilene berbuat hal gila, sebelum ia kembali pada rutinitasnya yang terasa seperti berada dalam neraka. Bertemu editor Moon rasanya Ilene sedang stimulasi berada dalam neraka.

Kayvan menurut, dan mereka juga mengambil beberapa makanan ringan. Sepertinya kegiatan malam minggu seperti ini lebih menarik.

"Hey bro." Ilene berbalik dan menganga, bisa-bisanya ada cowok tampan semua di sekelilingnya. Editor Moon pasti senang karena banyak adegan yang bisa ia tulis nanti. Ilene mengatupkan lagi bibirnya, huh kenapa bawa-bawa si rese itu?

"Ai kenalin ini teman kerja aku." Ilene memandangi Kayvan yang tersenyum manis. Pesona Kayvan pudar, ada dua cowok tampan di depannya yang lebih menarik.

"Ini Bang Jared, dan ini Aftar. Aftar kan satu kampus sama kita. Dan kita kerja di percetakan. Cuman freelance."

"Percetakan?" pekik Ilene. Waoh, apa ini ada hubungannya dengan penerbit Suka-Suka?

"Wait, di penerbitan Suka-Suka?" Kayvan dengan semangat mengangguk. Pikiran Ilene langsung tertuju pada editor Moon, tapi ia tahu pasti si Moon pakai nama samaran dan bisa saja si Moon rese itu hanya pakai khusus untuk dirinya dan menyiksa dirinya.

"Tahu penerbit itu?" Ilene hanya nyegir. Tak ada yang boleh tahu, rahasia dirinya dan editor Moon. Karena ia gadis baik yang terlihat polos, dari penampilan bukan seorang penulis dengan menggambarkan adegan erotis dalam adegan.

"Kan itu penerbit besar. Buku cetakan itu, pasti masuk best seller semua." Alibi Ilene sambil otaknya sudah traveling jauh. Membayangkan, editor Moon, menemani dirinya bedah buku di setiap kota karena bukunya laris manis dan banyak yang menggilai sosok Luna karakter dalam novel Ilene. Membayangkan saja, Ilene sudah ngiler duluan. Bahkan ada kemungkinan, bukunya di-filmkan. Itu adalah impian semua penulis.

Ilene langsung tersadar kembali, saat Aftar menyodorkan tangannya.

"Ilene. Tapi bukan Irene Red Velvet." gurau Ilene sambil cengengesan seperti orang bodoh. Aduh, hilang sudah sifat anggun yang harus ia tunjukan di depan crush. Tapi melihat tiga cowok tampan tersebut, bolehkah Ilene borong semua? Ke tiga cowok ini, sosok pacar-able yang bisa ia gunakan sebagai bahan imajinasi dalam menulis novel.

"Aku Aftar. Jurusan Perikanan."

"Waoh keren. Kembaran aku jurusan Oceanografi."

"Berarti satu fakultas."

"Jared." Suara yang terdengar sangat tenang, membuat Ilene seperti segan untuk berkenalan. Kenapa Kayvan bisa menyodorkan semua cowok tampan di sini? Apa Ilene bisa mempunyai suami tiga?

"Aku Ilene. Tapi biasa dipanggil Ai. Biar nggak ribet. Soalnya ada yang nggak biasa manggil Ailin. Malah pada manggil Ilene. Padahal Ilene." Jared hanya terkekeh. Gurauannya garing dan kesan pertama seperti gadis ini berusaha menampakan dirinya agar diterima orang lain.

"Kita ikut mereka aja." Ilene langsung mengangguk. Sudah banyak adegan yang ia atur dalam otaknya. Bagaiamana adegan bersama Kayvan, bersama Aftar atau Jared.

"Ngikut aja." Kayvan tetap membeli makanan yang sudah mereka isi di troli. Dia berpikir lain kali bisa mengajak Ilene lebih private untuk berduaan saja.

"Ini kalian lagi kencan?" tanya Aftar. Ilene bingung harus menjawab apa, jadi ia hanya pura-pura tidak mendengar, tapi melihat tatapan Jared yang seperti menunggu jawaban darinya.

"Nggak bro. Belanja makanan aja." Kayvan sebelas-dua belas seperti Editor Moon. Membuat mood Ilene terjun bebas. Enteng sekali berbicara seperti itu? Apa editor Moon adalah Kayvan? Oh shit! Orang pembawa sial dalam hidupnya adalah orang yang juga membuat moodnya naik.

Ilene berusaha menahan hatinya. Jangan jadi gadis cengeng, kamu kuat. Kamu sudah terbiasa menghadapi si rese jadi omongan Kayvan itu seperti kapas saja. Anggap seperti permen kapas yang manis.

Ke empat muda-mudi itu langsung menuju cafe yang berada di supermarket depan mereka yang menjual kopi dan juga roti. Wanginya membuat perut semua orang bergejolak ingin makan.

"Mau pesan apa Ai?" tanya Kayvan. Ilene menarik napas panjang, harusnya ia tak mengambil hati karena nyatanya ia cinta sendiri. Kayvan tak pernah tahu perasaannya dan mungkin dari sini tanda agar ia tak terlalu berharap.

"Yang dingin aja deh." Walau menu utama kopi, cafe tersebut juga menyediakan minuman segar seperti jus buah.

"Mungkin jus apel atau strawberry. Butuh yang segar-segar." Sebentar Ilene sedikit menyindir Kayvan. Tapi laki-laki itu memgangguk. Hufh... Kayvan tidak peka pada perasaannya.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height