C8 Chapter 8
Para laki-laki memesan kopi di cangkir kecil. Ilene yakin, cangkir kecil tapi membutuhkan waktu berjam-jam sampai habis, bukan seperti miliknya yang habis dalam satu tegukan. Ingatkan Ilene untuk menjadi wanita anggun seperti ibu-ibu anak satu. Sebenarnya Azyan penasaran siapa laki-laki itu, karena selama ini Ilene seperti tertutup dan tak terlihat tertarik pada siapapun. Apa mungkin sudah saatnya? Karena dirinya sudah punya anak, dan Ilene masih jomblo. Tapi bukankah takdir setiap orang berbeda?
Para laki-laki mulai membahas percetakan tempat kerja. Ilene ingin sekali bertanya editor Moon, tapi entah kenapa ia yakin nama itu memang khusus untuk dirinya, agar si rese itu bebas menyiksa dirinya tanpa ada yang tahu identitas aslinya.
"Nanti udah tamat kerja apa?"
"Sastra Inggris biasanya ngapain?" tanya Ilene kembali. Ia tak punya pekerjaan impian kecuali menjadi penulis. Yang ia yakini akan ditentang keluarganya. Tapi Ilene yakin, jika orang tuanya tahu pekerjaan menjadi penulis itu menjajikan, maka mereka akan mendukung. Sekarang Ilene menurut seperti sapi dicocok hidung sebelum ia bisa berkuasa dan ia bisa menyuruh editor Moon seperti yang si rese itu lakukan padanya. Ilene ingin memastikan, ia harus membalas bagaimanapun caranya.
"Kalian kerja apa?"
"Awalnya freelance. Tapi udah kerasan di sana. Temannya enak-enak semua. Atasan yang kooperatif."
"Oh iya?" Ilene iri sekali mendengarnya. Ia ingin ikut bergabung, tapi editor Moon akan memgenali dirinya dan memangnya ia memginginkan posisi apa? Cita-cita Ilene hobby yang dibayar. Hobby yang dibayar itu adalah sesuatu yang langka yang tak semua orang mendapatkan kesempatan. Saat Ilene suka menulis, suka mengkhayal dan semua hasil jerih payahnya serta makian dari editor Moon menjadikan pundi-pundi rupiah. Tapi untuk sekarang Ilene belum merasakan sedikitpun.
Ilene mengaduk-aduk jus apel yang hanya berisi ampas. Mendegar pembicaraan seriusu para lelaki. Huh, semua orang punya pengelaman hanya dirinya yang berkutat dalam kamar. Tak pernah berpacaran, atau mungkin pernah tapi Ilene tak pernah menganggap mereka pacar. Ilene hanya akan menjalin hubungan yang serius saat ia sudah dewasa nanti. Seperti sekarang, ia sudah mendapatkan pekerjaan yang tetap atau menjadi penulis best seller. Tak perlu bekerja dan uang mengalir setiap bulan, dari royalty penjualan buku miliknya. Walau harus dipotong pajak yang tak kalah makan hati, tapi Ilene yakin jerih payahnya nanti cukup menjanjikan semoga memang tulisannya best seller. Semoga semua caci-maki dari editor Moon menjadikan Ilene sebagai best selling author.
"Mungkin bisa dipikir kalau. Jadi penerjamah di sana. Karena memang permintaan untuk novel luar juga laris manis." Ilene hanya tersenyum. Ia suka jadi tranlsator. Tapi impiannya, ia dikenal karena dunia yang ia ciptakan. Jika jadi translator namanya, hanya akan tercetak di balik cover dan tak ada orang yang mengenalnya. Ilene tak mau, Ilene ingin namanya yang terkenal di sana.
Ilene sudah menargetkan satu atau dua tahun mendatang, ia akan jadi best selling author dengan label buku mega best seller dan segera di-filmkan. Membiat bundanya bangga dan tak meremehkan orang menulis, walau Ilene masih sembunyi-sembunyi. Terkadang Ilene membohongi bundanya ingin mengerjakan skiripsi dan ujungnya ia kerjakan novel. Karena nyatanya mengkhayal lebih seru daripada menulis data yang valid. Karena mengkhayal bebas membawa pikiran Ilene, dan apa yang hatinya mau menulis. Bukan banyak data yang konkrit yang harus sesuai dengan perkataan para ahli bukan perkataan dirinya. Ilene adalah manusia pecinta fiksi, bukan manusia pecinta fakta.
Dunia khayalan lebih menjajikan daripada dunia nyata yang tak pernah adilnya. Dalam dunia menulis, Ilene bebas menentukan tokoh siapa yang ingin ia habisi nyawanya, tokoh siapa yang ingin ia siksa atau beri penyakit keras. Seorang penulis iti ibarat Tuhan. Kapan lagi jadi Tuhan untuk bisa menyiksa orang lain?
Dengan dunia tulisan, Ilene bebas mengkahyal menjadi kekasih Kayvan, kencan dengan Kayvan, berciuaman dengan Kyavan. Ngomong ciuman, padahal Ilene sudah membayangkan adegan ciuman pertamanya akan hilang hari ini, tapi sepertinya akan gagal. Kayvan tidak akan mencium dirinya.
"Ai ngantuk?" Ilene tak sadar, ia melamun dari tadi. Karena ia lebih sibuk dengan dunia khayalan miliknya. Ilene dan khayalan seperti dua hal yang sulit dipisahkan. Dua sisi yang berlawanan tapi tak bisa dipisahkan seperti dua sisi mata uang.
"Iya nih." Ilene terpaksa berbohong dan juga sekarang sudah pukul 10. Oa harus begadang lagi malam ini, atau melanjutkan besok tugas yang diberi editor Moon.
Kayvan mengantarkan Ilene pulang. Dan benar seperti dugaannya tak ada adegan ciuman dalam bayangan dirinya yang sudah ia khayalkan sebelumnya. Mungkin memiliki Kayvan hanya ada dalam bayangan liar Ilene.
Apa Ilene akan jadi jomblo seumur hidup?
Ilene membaringkan tubuhnya di atas kasur, mencoba mengumpulkan kembali kekutannya sebelum ia kembali berkutat dengan naskah yang tidak pernah selesai. Sepertinya memang editor rese itu sengaja.
Ilene membuka ponselnya, takut si rese itu tahu ia pergi kencan.
Tentang : 🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰
Dear Gigi Kelinci,
Saya adalah salah satu di antara tiga orang tadi.
Tertanda,
Moon.
Ilene langsung menegakan tubuhnya. Feelingnya mengatakan kalau Moon itu Kayvan. Tapi bagaimana membuktikannya?