My Sweet Savage Boss/C2 Atlet Basket Sempurna
+ Add to Library
My Sweet Savage Boss/C2 Atlet Basket Sempurna
+ Add to Library

C2 Atlet Basket Sempurna

Siang ini cafe sangat rame tidak seperti hari-hari biasanya. Nara dan Lulu sampai kewalahan, lari ke dapur lalu ke meja tiap pelanggan dan terus seperti itu mencoba memberikan pelayanan terbaik untuk para konsumen. Walaupun sibuk dan lelah, Nara kelihatan sangat senang karena sudah lama sekali cafenya ini tidak seramai hari ini.

Setelah beberapa jam berkutat dalam kesibukan, Nara dan Lulu akhirnya bisa duduk istirahat. Mereka pandangi para pelanggan yang sedang menikmati kopi dan santapan mereka. Nara sangat bangga karena dia merasa dia bisa meneruskan usaha yang ayah tinggalkan.

"Gue rasa, ini berkat karena lo tinggalkan ibu dan sodara tiri lo Nar, lihat! kapan terakhir kita punya pelanggan sebanyak ini dalam satu hari, gue gak ingat itu kapan," kata Lulu lalu sesekali dia teguk air dari tumblernya. Nara hanya tersenyum bangga.

"Mudah-mudahan keramaian ini terus berlanjut ya. Kita harus buat menu baru nih biar pelanggan gak bosen datang kesini," tambah Lulu.

"Iya, kita juga harus buat promosi, biar mereka makin senang datang kesini!" imbuh Nara penuh semangat.

"Oh iya nar, stok kopi gayo kita hampir habis lho, creamer, gula dan yang lainnya juga. Gue rasa kalo cafe rame terus kayak gini stok yang tersisa di dapur gak akan cukup sampai lusa deh."

"Oh ya udah, lo pesen lagi kopinya sama Uda Firman, kebutuhan lainnya biar gue yang urus."

"Oke!"

"Mbak, minta latte satu lagi ya."

Seorang pelanggan kembali meminta pesanan dengan semangat Lulu bangkit .

"Oke."

***

Di tempat lain ....

Lulu memang gak salah tergila-gila pada Azka, dia memang nyaris sempurna. Badan kekar atletis dan tinggi layaknya para atlet basket. Ditambah paras tampan dan penampilan yang selalu swag semakin menunjang penampilannya. Bahkan diketahui bahwa Azka ini adalah anak tunggal dari seorang pengusaha kaya yang bergerak di bidang properti. Wah ... sulit rasanya menemukan cela pada sosok Azka.

Selesai latihan rutin bersama tim, Ia pulang ke rumah dan langsung memanjakan diri di dalam bath up nya, dia terbaring di antara busa busa dengan aroma therapi yang menenangkan jiwa ditambah dengan sebotol sampange semakin menambah kemewahan di acara mandi Azka malam ini.

Kriing!!!

Dering ponsel mengganggu relaksasinya, dia tatap ponselnya dan yang menelphonenya saat ini adalah Budi, tim medis Sunrise yang merangkap menjadi assisten pribadi Azka. Azka tarik earpiece-nya lalu mengangkat panggilan telpon itu.

"Halo Az, gue usah di depan rumah lo nih!" Sejurus sambungan telponnya terhubung, Budi langsung bicara padanya.

"Oh, lo udah sampe? Ya udah tunggu sebentar," kata Azka lalu dia segera menyelesaikan acara mandinya. Dia bangkit, membasuh badan berbusanya di bawah guyuran shower dan selesai.

Setelah beberapa saat dia kembali dalam keadaan fresh. Aura ketampanannya semakin terpancar. Dia bukakan pintu utama rumah dan sudah ada Budi disana dengan makanan yang Azka pesan.

"Bener yaa, pantesan aja cewek-cewek pada klepek-klepek sama sosok lo! Lo ini emang beneran sempurna sih!" kata Budi, Azka sama sekali tak tersanjung dengan pujian itu.

"Heh, berlebihan!" cibirnya lalu berjalan lebih dulu menuju ruang tengah, Budi mengikuti.

"Emangnya lo gak nyadar ya, Bro?"

"Biasa saja!"

Azka memang seorang yang layak dijuluki sebagai pria kulkas. Dia juga cenderung introvert. Dia tak bisa berbaur dengan banyak orang. Itu lah sebabnya dia kesulitan menemukan pasangan hidupnya.

Di usianya yang akan menginjak ke 27 tahun, Azka masih saja menjomblo. Entah apa sebab utamanya. Padahal Azka memiliki semua kriteria yang diinginkan mayoritas para wanita di luar sana.

Tampan, jagoan, kaya raya dan tak pernah menggoda perempuan. Tak pernah sekali pun.

Keduanya pun duduk di sofa di ruang tengah itu, menikmati malam mereka dengan seabreg makanan di meja.

"Coach bakalan marah besar nih kalo dia tahu gue bawakan lo junkfood sebanyak ini!" kata Budi lalu ia lahap cheese burger berukuran deluxe itu.

"Dia gak akan tahu kalo lo gak ngasih tahu," sahut Azka sembari dia lahap makanannya, ayam goreng kesukaannya.

"Bro, gue rasa lo butuh pembantu deh! Sayang banget rumah se cozy ini dibiarin berantakan, lo gak sayang apa sama rumah ini?" tanya Budi beralih topik pembicaraan.

"Gue rasa juga begitu."

"Ya udah kalo gitu gue bantu carikan ya." Budi menawarkan jasa.

"Oke!"

"Oke deh, secepatnya gue carikan pembantu yang cocok buat majikan introvert seperti lo!" kata Budi menggoda, Azka hanya memicingkan matanya.

"Oh iya Bud, gimana soal cafe yang lo pantau itu, apa harganya sesuai sama tempatnya?" tanya Azka beralih topik.

"Gue lihat sih sepadan sama harga yang ditawarkan, letaknya trategis juga buat dijadikan Gym, lokasinya benar-benar strategis! Lo harus ambil sebelum pemiliknya berubah pikiran."

"Bukannya cafe itu masih beroprasi?"

"Iya sih tapi kalo udah jatuh ketangan lo ya mutlak jadi milik lo, lo bisa renovasi cafe itu jadi apa pun yang lo mau."

"Ya udah, ambil cafe itu. Lo aja yang urus semuanya." putuskan Azka.

"Siap!"

Entah cafe apa yang mereka bicarakan. Jangan-jangan cafe milik Nara?? Mungkin saja, tapi belum bisa dipastikan.

***

Nara menghitung pendapatan hari ini. Dia terlihat begitu bersemangat. Dia kibas-kibaskan uang hasil penjualannya hari ini, huuh, adeeem.

Sudah lama cafe-nya sepi, dan hari ini adalah hari terbaik sepanjang bulan ini. Jika biasanya dia hanya bisa menjual 15-20 gelas kopi, hari ini Nara dan Lulu melayani 100 gelas belum lagi side dish dan snack-snack lainnya.

'Ayaaah, aku akan mengembalikan kejayaan coffe shop ayah! Aku akan menjadikannya cafe modern, aku akan mengumpulkan uang yang banyak!' ucapnya lalu dia baringkan tubuhnya di atas kasur single di ruang sempitnya itu.

Nara harap, besok cafe-nya akan kembali ramai.

Bersambung.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height