+ Add to Library
+ Add to Library

C7 Afraid

Ternyata Yuki itu rekan satu team Azka, dan Yuki terbilang senior karena dia sudah beberapa musim di team Sunrise. sedangkan Azka, musim ini adalah musim debutnya bersama club profesional.

Malam ini seluruh team beserta official sedang makan malam bersama. team gathering seperti ini memang rutin dilakukan Sunrise untuk memupuk kekompakan team. apalagi musim ini adalah musim yang cukup ketat dan sampai saat ini Sunrise berhasil memuncaki klasemen sementara.

Azka duduk dimeja yang sama bersama Yuki, Pradit dan Dimas.

"ini musim debut lo, tapi popularitas lo melesat kayak roket, itu bikin eksistensi gue makin tenggelam tau gak?" kata Pradit membangun topik ditengah-tengah suasana yang hangat ini.

"ya.. pemain veteran macam kita ini, makin tenggelam aja seiring bermunculan pemain2 muda macam lo ini ka.." lanjut Dimas dengan nada pasrah, Azka maupun Yuki hanya tersenyum mendengar curahan hati para seniornya itu.

"saking tenarnya anak baru ini, artis sekelas Kalyla aja sampai ngefans berat nih sama lo ka.." kata Pradit lagi, Azka jadi salah tingkah saat Pradit menyebut nama itu. gak banyak yang tahu kalau sebenarnya Azka dan Kalyla itu berteman sejak kecil.

"iya, lo lihat gak di pertandingan terakhir kita, gue lihat di review nya, kamera rajin banget nyorot Kalyla yang semangat banget dukung tim sunrise, dan ternyata jersey yg dia pake nomor punggungnya sama persis sama nomor punggung lo ka.." lanjut dimas bikin Azka makin salting.

"iya iya.. malahan itu jadi berita di infotainment, tadi istri gue nanyain hal itu.."

"jangan-jangan lo emang punya hubungan spesial ya sama Kalyla?" goda Dimas.

"bisa jadi.." tambah Pradit.

"do'a in aja.." kata Azka sedikit malu malu, memantik reaksi seniornya.

"waah.. jadi bener kalian udah saling kenal dan punya hubungan spesial?" tanya Pradit.

"kita berteman, cuma teman kok.."tukas Azka mencoba menyangkal.

"tapi, lo berharap lebih dari itu kan.. ayo, ngaku aja.. tapi, kalian memang cocok kok..serius deh.."

Obrolan itu membuat Azka tersipu, selama ini dia memang menyimpan perasaan yang dalam untuk Kalyla, tapi Kalyla tidak pernah menyadari itu, Lyla hanya menganggap Azka sebagai teman. ya! hanya sebatas teman.

***

Obrolan tentang Kalyla semalam membuat Azka teringat sosok Kalyla terus, ingin rasanya Azka menemuinya tapi dia tahu kalau Kalyla punya jadwal yang padat. sulit untuk meminta waktu luangnya.

Azka duduk ditepi ranjangnya, dia tarik ulur daftar kontak yg ada di ponselnya, Azka benar-benar tak tahan ingin menghubungi kalyla.

Tok tok tok

suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya, itu pasti Nara, Azka agak kesal karena itu cukup mengagetkan.

"sarapannya udah siap!!" teriak Nara.

Sebenarnya Azka belum terbiasa dengan keberadaan Nara, selama ini dia terbiasa sendiri dirumah ini, tapi dia mencoba membiasakan diri.

***

Pertandingan kali ini Nara ikut hadir ditribun, sejak kenal Azka dia mulai tertarik dengan dunia basket. saat para pemain masuk kelapangan, Nara benar-benar senang, pria-pria tinggi menjulang itu membuat histeris gadis-gadis seisi venue.

Nara menonton bersama Lulu, sejauh ini lulu belum tahu kalau Nara bekerja untuk Azka.

Tiba-tiba pandangan Nara tertuju pada sosok Yuki, dia ingat kalau Yuki adalah orang yang membantunya di supermarket beberapa hari lalu.

'oh..jadi dia teman satu team bos gue..' batin Nara.

"bener kan kata gue.. nonton basket bisa membangkitkan semangat lo!" kata Lulu ditengah-tengah hiruk pikuk venue petang ini.

"m..itu, pemain nomor 13 itu..siapa?" tanya Nara sambil menunjuk kearah Yuki.

"oh..itu Yuki, dia udah 2 musim di Sunrise, sebelum Azka masuk ke team ini, Yuki adalah pemain paling difavoritkan..sekarang famornya agak kalah sama Azka, tuh lihat pemain nomor 99 itu.. itu yang namanya Azka..keren kan.." jawab Lulu dengan semangat, Nara hanya tersenyum.

'ya! pria dengan nomor 99 itu majikan gue!!' kata Nara dalam hati.

Pertandingan berlangsung sengit, beberapa insiden terjadi dan yang paling menyita perhatian saat Azka kena sikutan pemain lawan. gak main-main Azka sampai terlempar kepinggir lapangan. hari ini tensi pertandingan benar-benar tinggi. semua orang panik, tampaknya Azka cedera, tangannya terkilir karena benturan yang cukup keras.

Nara ikut panik melihat itu.

***

Nara gak tahu kabar Azka sejak kejadian dipertandingan kemarin, dia benar-benar khawatir tapi Nara gak tahu harus menghubungi siapa.

'mudah-mudahan dia gak cedera parah..' harap Nara.

dan Azka memang mengalami cedera, tangannya terkilir sampai harus istirahat beberapa pertandingan. dia kesal dan marah, tapi hal-hal seperti itu memang tidak bisa dihindari dalam setiap pertandingan.

Azka terbaring diruang perawatan, dia bosan sekali hanya berdiam diri disana. dia juga kesal karena harus jadi korban insiden kemarin.

Cktt, Budi datang menghampiri..

"seharuanya kita usut kejadian kemarin.. itu bukan gak disengaja.. jelas-jelas si youbel niat banget pengen bikin lo cedera!" kata Budi dan mencoba memeriksa keadaan lengan kanan Azka.

"sialan!!" gerutu Azka kesal.

"gimana si Nara, dia bisa diandalkan kan?" tanya Budi beralih topik, Azka hanya mengangguk pelan.

"syukurlah.. kasihan dia, gue gak habis pikir..ada ya orang sekejam bu Soraya, gue pikir orang-orang licik kayak gitu cuma ada di film-film.." kata Budi, Azka gak terlalu menanggapi, dia hanya menatap keluar jendela.

Kriing..

Ponsel Azka berbunyi, betapa kagetnya dia saat tahu yang menghubunginya adalah Kalyla, sebenarnya dilubuk hatinya yang paling dalam Azka sangat senang tapi dia mencoba menahan perasaan itu terlebih disana ada Budi, dia memang selalu berusaha menyembunyikan perasaannya.

"waw.. moodbooster lo nih.." goda Budi.

Tanpa berlama-lama lagi Azka segera angkat telphonnya.

***

Nara tatap jalanan yang basah karena beberapa saat lalu turun hujan. dia berharap mobil Azka melaju disana, dia berharap Azka pulang. Nara khawatir dengan keadaan Azka.

'kenapa gue kepikiran dia terus yaa.. gimana keadaannya? apa tangannya patah..duh, semoga dia baik-baik aja..' kata Nara dalam lamunannya.

"oh.. kenapa gue gak telphon Budi aja ya..dia kan team medis Sunrise..pasti Budi tahu betul keadaan Azka.." pikir Nara lalu dia segera mencari nomor Budi lalu menghubunginya.

"halo..Bud, m.. gimana keadaan Azka? tangannya gak patah kan?" tanya Nara antusias.

Budi yang saat itu masih ada diruang perawatan Azka hanya tersenyum mendengar nada bicara Nara yang penuh kekhawatiran.

"tangannya terkilir, cuma butuh istirahat sepekan aja kok..kenapa? kayaknya lo khawatir banget ya sama majikan lo ini.." goda Budi.

Nara hanya tersipu.

"ya.. kalo dia cedera trus gak bisa main basket lagi, dia dapat penghasilan darimana, trus nanti yang gaji gue siapa.." dalih Nara bikin Budi tertawa kecil.

"huh lo ini sampai segitunya..nanti sore dia pulang, lo harus jadi perawat yang baik buat dia nanti!"

Azka tidak begitu peduli dengan percakapan Budi dan Nara, dia hanya memikirkan Kalyla yang tadi menelphonenya. moment langka itu membuat Azka berbunga-bunga.

'Kalyla..' batin Azka.

Bersambung.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height