My Sweet Savage Boss/C9 Lagi-Lagi Yuki
+ Add to Library
My Sweet Savage Boss/C9 Lagi-Lagi Yuki
+ Add to Library

C9 Lagi-Lagi Yuki

Setelah melewati perkampungan yang terlerak tepat di kaki gunung itu selanjutnya mereka melewati sawah-sawah dengan padi yang masih menghijau.

Mata-mata para anak muda yang biasa bergelut dengan kemacetan dan polusi benar-benar terasa dimanjakan dan mereka takjub. Teras-teras kotak-kotak sawah yang dibatasi oleh pematang berbaris rapi dari dataran terbawah sampai tertinggi. Sungguh luar biasa indah.

Jepret jepret, sebagian dari mereka menggunakan mata kamera mereka untuk mengabadikan keindahan sederhana itu.

"Walau udah siang, udara disini sebanding sama udara pagi di Jakarta yaa!" kata Lanina yang saat ini berjalan di barisan antara Luisa dan Yuki, Arkana ada di paling depan, sementara teman-teman mereka yang lain sudah agak jauh.

Mereka tak bisa berjalan sejajar karena jalan yang mereka lalui hanya jalan setapak yang dibatasi oleh sungai kecil dengan air yang jernih dan sawah-sawah itu. Panjang treknya sekitar 500 meter.

"Lihat betapa panjangnya proses sebelum menjadi nasi yang kita makan!" kata Yuki yang ada di deretan paling belakang.

"Iya yah, sebelum jadi beras, sebelum jadi nasi melewati proses yang panjang dan gak mudah! Ini adalah pelajaran untuk kita buat gak membuang-buang makanan!" kata Lanina.

"Pinter!" kata Yuki memuji. Hari ini Yuki semakin menunjukkan perhatiannya seperti seorang Kakak pada adiknya.

"Setelah ini aku gak akan buang-buang makanan aah! Selain menghargai proses, kita juga harus ingat kalau masih banyak orang yang bahkan gak bisa makan!"

"Yap! Bagus lah kalau kamu punya mind set kesana!"

Diam-diam Arkana mendengarkan perbincangan antara Lanina dan Yuki.

'Genit! Modus!' cibir Arkana dalam hatinya. Dia mengira kalau Lanina sengaja cari-cari perhatian Yuki. Padahal, tanpa mereka sadari, Yuki malah semakin nyaman menganggap Lanina sebagai adiknya.

Setelah melewati persawahan mereka mulai memasuki mulut hutan dengan pepohonan besar, namun kawasan itu masih cukup ramai karena beberapa petani lokal membuka lahan pertanian di area itu.

Mungkin, mereka tak akan menemui hutan lebat sebelum menuju titik terdekat ke puncak. Gunung setinggi 1900 mdpl itu memang dibuka menjadi lahan-lahan berkebun berbagai macam hasil bumi oleh para penduduk yang tinggal di kaki gunung.

Berjalan terus berjalan, bertemu dengan para petani yang menyapa mereka ramah.

Dan setelah berjalan dengan trek landai sampai menanjak Luisa mau pun Lanina menjadi kelelahan. Sementara teman-teman yang lain sudah berjalan menjauh meninggalkan mereka.

Lanina mau pun Luisa memang bukan anggota pecinta alam dan ini adalah pengalaman jarang mereka, oleh sebab itu stamina mereka tak sekuat yang lain. Tapi, Yuki dan Arkana setia menunggui mereka.

Arkana menyemangati Luisa dan Yuki menyemangati Lanina. Lanina sebenarnya sebal karena seharusnya Arkana melakukan suntikan semangat itu padanya.

'Ciiih, gak ada perasaan banget yaa pacaran di depan mata bini sendiri! Untuk aku juga punya Kak Yuki!' cibir Lanina dalam hati.

"Jangan jongkok! Tetaplah berdiri, kalau jongkok kaki kamu akan mudah kram dan mudah pegal pastinya!" kata Yuki memberi instruksi.

"Terus? Harus gimana kak? Aku cape beneran lho kak! Huh huh ...." keluh Lanina yang sudah ngos-ngosan. Luisa masih sedikit lebih semangat walau kecapena. Disini, Lanina lah yang terlihat kepayahan.

"Ini belum apa-apa! Belum 5% nya dari jarak yang kita tuju!" kata Arkana menyentil Lanina.

"Apa? Masih jauh banget yaa!" keluh Lanina setengah tak percaya kalau perjalanannya masih sangat panjang.

"Yuk lanjut lagi! Aku kuat! Aku bisa!" Luisa sudah bangkit dan melanjutkan langkahnya dengan semangat, benar-benar hanya tinggal Lanina saja yang kuyu sendirian.

"Ki, nitip dia yaa!" kata Arkana pada Julian yang malah menitipkan Lanina pada Yuki.

"Aman!" sahut Yuki sigap.

Ada rasa kesal setelah sekian lama. Arkana benar-benar tak memprioritaskannya walau Lanina sadar kalau dia memang bukan prioritas.

'Sebenarnya pernikahan ini benar gak sih? Atau benar-benar hanya lelucon? Heh ... dan sampai kapan ini akan berlangsung?' keluh Lanina dalam hatinya.

Saat ini Lanina dan Yuki yang setia menunggunya sudah tertinggal jauh dari semua orang yang telah berjalan maju tanpa jeda.

"Masih cape?" tanya Yuki setelah beberapa saat.

"Nggak, Kak! Udah siap lagi, yuk!" ajak Lanina lalu meneggakkan persendiannya.

"Kalau cape, bilang aja!"

"Makasih banyak ya, Kak. Kalau gak ada Kak Yuki kayaknya aku bakalan tersesat dan gak ditunggu sama mereka!" ucap Lanina.

"Iya, ini stimulasi kok, nanti kamu boleh ikut lagi kalau ada acara yang sama yaa!"

"Beneran, Kak? Kak Yuki gak kapok ajakin aku?" tanya Lanina dengan girang.

"Nggak lah, kalau kamu mau tentu saja kamu boleh bergabung! Biar kamu belajar pertahanan hidup yang baik!"

"Kalau pertahanan hati ada gak kak?" canda Lanina.

Heh, Yuki tersenyum geli mendengarnya. "Pertahanan hati dari serangan cemburu, gitu maksudnya?"

"Cemburu? Apa aku kelihatan cemburu?"

"Maybe yes!"

"Nggak kak, aku gak cemburu melihat kebersamaan mereka. Cuma aku sebal aja dengan sikap Kak Arkana yang gak menganggap aku walau sedikiiit aja!" keluh Lanina dan mereka melanjutkan langkah mereka.

"Jadi kamu mau Arkana mulai mengakui pernikahan kalian?" goda Yuki.

"Nggak gitu juga sih! Maksud aku ... sikapnya itu lho ... masih saja dingin dan kaku! Meskipun dia tak ingin mengakui ... tapi setidaknya dia bersikap seperti Kakak pada adiknya, seperti yang Kak Yuki lakukan ini."

Yuki mendengarkan Lanina bercerita. Yuki memang selalu menghargai Lanina jauh dari pada Arkana. Yuki rela memelankan langkahnya dan tertinggal jauh dari orang-orang demi mensejajarkan langkahnya dengan Lanina.

"Wadduuuuh, yang lain udah jauh banget lho, Kak!" kata Lanina saat tak menemukan tanda-tanda teman-temannya yang lain.

"Ya, mungkin saja mereka sudah sampai di pos pertama! Kita akan berkemah di tempat itu! Dan besok pagi, kita akan menuju puncaknya!"

"Kita ini udah jalan jauh banget lho, Kak!"

"Yap, mungkin ini sudah sekitar 1500mdpl, masih butuh beberapa menit lagi menuju puncaknya. Tapi karena ini sudah semakin petang, kita hentikan pendakian!"

"Oh, gitu yaa ... oke deh, lagian aku juga udah gak tahan pengen cepet-cepet rebahan!"

"Huh, dasar kaum rebahan!" goda Yuki.

"He he," Lanina hanya tersenyum innocent.

Sayup sudah mulai terlihat orang-orang yang mulai mendirikan kemah dan api unggun karena sudah semakin temaram menuju gelap.

Lanina senang sekali, apa lagi ada sungai kecil dengan aliran air yang cukup deras dan air yang jerniiih sekali sampai bebatuan kecil dan beberapa ikan kecil yang bersembunyi di bebatuan nampak dengan mata telanjang.

"Waah besok bisa main air disini ...." kata Lanina yang bwgitu datang langsung berjalan mendekat ke arah sungai itu.

"Ki, gue lagi buat tenda buat Luisa sama bocah itu! Lo bikin tenda buat kita berdua yaa!" kata Arkana pada Yuki.

"Oke!"

Arkana merakin tenda untuk kekasihnya yang akan berbagi dengan istri kecil rahasianya. Sementara Yuki membuat tenda untuk dirinya dan Arkana.

Sesuai wejangan dari warga setempat, para pendaki tak boleh melakukan hal-hal buruk agar supaya menjaga kesucian tempat itu. Walau ini adalah kesempatan lebar untuk berdua-duaan terus dengan sang kekasih, tapi tentu saja Arkana tak akan melakukannya.

Acara ini adalah bertujuan sebagai kegiatan komunitas, Arkana tak akan memanfaatkannya untuk bermain-main dengan Luisa.

"Bro! Api udah jadi, gue langsung masak nasi air aja yaa!" kata salah satu teman yang sudah lebih dulu selesai dengan tenda mereka.

"Oke!"

Lanina merasakan kehangatan para pecinta alam ini. Walau lelah, tapi Lanina ssnang ada di antara pria-pria keren itu. Lanina dan Luisa adalah ratu di perkemahan ini dan keduanya sangat diistimewakan.

***

Perkemahan sudah dibangun, api unggun sudah menyala dan air sudah mendidih. Mereka menyeduh bekal mereka. Ada mie instan dan juga berbagai macam minuman hangat.

Menyatu dengan alam seperti ini adalah healing terbain. Bahkan untuk Luisa yang lelah dengan kehidupan modelingnya.Lanina juga, selama ini yang dia tahu hanya jajan dan belajar di sekolah.

"Setelah ini kalian tidur aja yaa, biar bisa bangun pagi karena kita akan melihat pemandangan yang indah dari puncak gunung!" kata Arkana.

"Huaaah, aku memang sudah ngantuk banget!" Lanina menguap puas.

"Baiklah, gudnite!" ucap Luisa dengan manis dan mengajak Lanina untuk masuk ke dalam tenda itu. Sedangkan para lelaki masih asyik berbincang menikmati dinginnya malam, api unggun dan obrolan mereka.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height