Night Creepy Diary/C1 Psikopat
+ Add to Library
Night Creepy Diary/C1 Psikopat
+ Add to Library
The following content is only suitable for user over 18 years old. Please make sure your age meets the requirement.

C1 Psikopat

Senin malam....

Hari kerja yang sibuk, aku pulang bekerja larut malam sekali karena pekerjaan menumpuk. Turun di perempatan dan harus berjalan kaki sekitar 50 meter untuk bisa sampai kerumah. Biasanya, bus berhenti di depan rumah, namun karena bus yang aku tumpangi hari ini berbeda dan jalurnya tidak sesuai.

Berjalan kaki di jalan yang sepi dan gelap, kanan kiri hanya ada pohon lebat. Malam itu perasaanku biasa saja karena mungkin terlalu penat bekerja dan pulang larut seperti ini sudah jadi kebiasaan saat banyak pekerjaan, jalan sepi dan gelap inipun sudah biasa aku lalui sejak kecil ini adalah tempat bermain bagiku. Hingga tak sedikitpun terlintas pikiran aneh.

Hingga kedua mataku tertuju pada sebuah mobil van dari kejauhan, melaju dengan perlahan hingga berselisihan denganku. Biasa saja, itu adalah hal yang lumrah ketika mobil atau motor melewati jalan ini. Namun, aku mendengar mobil berhenti dan mundur setelah melewatiku.

Sekedar berjaga-jaga, akhirnya aku berlari kecil guna menghindari kejadian yang tidak di inginkan. Di tambah aku tidak pernah melihat mobil dengan corak merah pudar seperti itu di sekitar sini.

Masih berlari kecil, aku sedikit kewalahan karena harus berlari mengenakan sepatu bot yang berat. Lariku jadi tidak karuan. Khawatir, aku menoleh kebelakang mobil itu berhenti. Padahal jarak kami sudah sangat jauh, namun tiba-tiba, seseorang entah bagaimana bisa sangat cepat menghampiriku.

Aku tidak dapat melihat rupanya karena tempat gelap ini, yang terakhir aku ingat dia menarik lenganku dan akhirnya membiusku dengan sebuah kain dari dalam sakunya.

Aku tidak sadarkan diri...

Entah berapa lama, aku terbangun di sebuah ruangan tertutup yang pengap dengan cahaya lampu minim. Tulang bagian belakang terasa linu dan pegal, aku mencoba bangun namun begitu tersadar salah satu pergelangan kakiku di borgol dengan sebuah bola besar yang berat. Aku histeris, berteriak meminta tolong sekencang-kencangnya.

Pikiranku jadi kemana-mana, apakah aku pernah melakukan kesalahan kepada orang lain sehingga balas dendam seperti ini? Ataukah ada seorang penculik yang berniat meminta tebusan kepada orang tuaku, namun aku urungkan hal tersebut karena aku hanya berasal dari keluarga kurang mampu. Jadi, apa yang bisa membuatku terjebak dalam situasi seperti ini?...

Tidak ada yang mendengarkan teriakanku, aku takut, menangis sejadi-jadinya sambil berusaha melepaskan borgol yang ada di kakiku meski aku tahu itu mustahil.

Berjam-jam aku dalam keadaan seperti ini, hampir frustasi, hawa di dalam sini menjadi begitu panas di tambah aku selalu berteriak menghabiskan energi. Keringat mulai membanjiri, lelah. Akhirnya aku berbaring di atas lantai semen itu dan tertidur...

Terbangun...

Berharap itu hanya mimpi, namun ternyata aku masih berada di dalam ruangan yang membuat nafasku semakin sesak. Berjam-jam, mungkin sudah lewat satu atau dua hari. Entahlah, aku tidak bisa melihat matahari ataupun bulan. Yang aku ingat, aku tertidur sebanyak 3 kali lalu bangun kembali dengan tubuh lemas tanpa asupan makanan sedikitpun.

Aku hanya bisa terbaring di atas lantai, hingga pada hari itu, pintu terbuka. Menampilkan seorang pria tinggi besar memasuki ruangan. Aku tidak dapat melihatnya secara detail karena pencahayaan yang kurang di ruangan ini. Yang kusadari hanyalah, ekspresi wajahnya terlihat datar...

Tidak ada raut wajah ganas, marah, prihatin, sedih atau gembira. Hanya, datar...

Membuat rasa ingin tahuku menjadi-jadi sebenarnya apa motif ia melakukan penculikan ini, kurasa ia tidak ingin merampok diriku karena aku sendiri tidak memiliki barang berharga selain handphone.

Ia memberiku makan, di sebuah nampan lengkap dengan air putih. Aku tidak mau makan dan malah merengek untuk meminta di bebaskan dengan syarat aku berjanji tidak akan melaporkan kejadian ini kepada siapapun asal aku di bebaskan. Namun sepertinya, itu hanya angin lalu buatnya.

Saat ia beralih keluar ruangan, aku kembali berteriak histeris meminta tolong ingin di bebaskan. Tapi, pada akhirnya ia menutup pintu itu. Dan meninggalkanku sendiri di sini tanpa jawaban.

Aku tertidur kembali karena lemas, cukup lama kurasa. Sampai sebuah suara pintu terbuka membangunkanku, ternyata dia lagi. Ia melihat kearah nampan, dan tahu bahwa aku sama sekali tidak menyentuh makanan itu. Keadaanku begitu kacau karena hawa panas dan bau apek di ruangan ini membiarkan keringat keluar begitu saja dari pori-pori kulitku.

Perut yang kemarin keroncongan karena lapar, kini sudah berganti perih dan membuatku mual serta pusing. Mungkin saat ini aku sudah pucat.

Lalu ia berjongkok, membuka borgol yang ada di pergelangan kakiku. Seharusnya aku senang ketika ia membukannya, namun sepertinya tak semudah itu. Meski lemas, aku berusaha bangkit dan berjalan sesuai arahan jarinya. Tanpa berbicarapun aku mengerti apa maksudnya, tapi aku tidak bisa berbicara banyak karena mulai takut membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini.

Apa dia akan membunuhku dan melemparkan jasadku di jurang?

Aku sering menonton film pembunuhan dengan sadis dan sebagainya, namun tak pernah terbesit di pikiranku selama ini aku mengalami sendiri penculikan yang sama sekali tidak aku ketahui tujuan dari orang ini. Aku jadi merinding membayangkan hal yang dilakukan oleh pembunuh.

Ia menuntunku keluar ruangan, tidak ada tanda-tanda kekerasan, mungkin belum.

Satu hal yang aku rasakan saat keluar dari ruangan tersebut, adalah udara segar. Meskipun tak begitu segar seperti dialam luas, namun setidaknya tidak terlalu pengap seperti disana.

Dia membawaku menaiki tangga yang terbuat dari kayu, lagi-lagi disana-sini pencahayaan begitu minim. Sampai ia menuntunku memasuki sebuah ruangan, bukan ruangan melainkan sebuah kamar.

Ya, kamar seperti pada umumnya. Terdapat sebuah kasur besar, meja nakas, lemari dan satu kamar mandi diujung. Namun aku melihat disamping sisi ranjang, terdapat sebuah borgol dengan bola berat seperti di gudang tadi. Aku menghela nafas berat. Ia menunjuk kamar mandi, aku yang sudah lelah meminta tolong dan berteriak dengan suara tangis hanya bisa mengikutinya.

"Kau harus mandi..." kalimat pertama yang aku dengar, suaranya besar, mungkin sesuai dengan porsi tubuhnya.

Beberapa detik, ia hanya berdiri didepanku didalam kamar mandi itu. Dia bilang, dia yang akan memandikanku. Sontak aku menjadi takut, takut ia akan berbuat macam-macam padaku. Karena jujur saja, aku tidak bisa membaca isi kepalanya karena sedari tadi wajahnya hanya datar tanpa menunjukan ekspresi apapun. Membuatku kian frustasi dengan tujuannya melakukan penculikan ini.

Tapi dia berjanji hanya sekedar memandikanku, satu hal yang kutahu dari pria ini hingga detik ini adalah. Ia selalu menepati janjinya, seburuk apapun itu. Dia selalu menepati janji.

Hingga pada akhirnya, aku membiarkannya memandikanku...

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height