Night Creepy Diary/C7 Psikopat 7
+ Add to Library
Night Creepy Diary/C7 Psikopat 7
+ Add to Library

C7 Psikopat 7

Aku berusaha menelan salivaku, terasa mengganjal di leher. Terdiam sesaat mencoba menghilangkan getaran yang ada di bibirku.

Mengetahui dia adalah orang yang lebih dari kata 'sadis'.

Takut...

Tentu saja.

Tidak ada satupun manusia normal yang mau tinggal satu atap dengan pembunuh dan penjual manusia.

Sementara dia hanya tersenyum tipis mengetahui ketakutanku setelah mendengar pengakuannya tadi.

Sebenarnya, masih banyak yang ingin aku tanyakan padanya. Namun lidahku terasa kelu dan mungkin saja wajahku saat ini sudah pucat.

Hingga pada akhirnya, sebuah pertanyaan meluncur begitu saja dari bibirku...

"A-apa kau akan membunuhku?" Tanyaku tergagap.

Dia terdiam cukup lama, membuatku menunggu. Sedikit khawatir akan jawabannya jika dia benar-benar akan membunuhku dan menjual daging serta organ tubuhku.

Tapi akhirnya, dia menjawab 'tidak'. Membuatku mengeluarkan nafas lega, karena yang aku tahu, dia selalu berkata jujur dan menepati janjinya.

Semoga saja...

"Tidak, jika kau menjadi gadis yang baik" sambungnya, aku kembali bergidik ngeri. Meskipun begitu, ada sebuah kesempatan untukku hidup.

Entah sampai kapan, mungkin sampai orang-orang menemukanku. Entahlah, aku mulai putus asa menunggu orang tuaku mencari anak gadisnya yang telah hilang selama berbulan-bulan. Dan mungkin polisi yang membantu merekapun sudah angkat tangan. Aku juga sudah lelah menunggu, dan mulai berpikir untuk menyerahkan diriku pada psikopat gila ini.

Tapi aku masih punya satu misi terakhir pelarian, setelah dia berkata demikian. Keinginanku menjadi sangat besar untuk melangsungkan pelarian ini. Kemungkinan yang akan terjadi hanya ada dua, jika tertangkap aku akan berada dalam masalah besar, atau aku bisa bebas dan lari sejauh mungkin. Aku harus tetap mencoba, meskipun itu akhirnya mati.

Dia menjelaskan jika ia memiliki banyak pembeli, mulai dari pebisnis gelap organ tubuh hingga rumah makan mewah yang mengolah daging manusia. Seketika perutku kembali mual mendengarnya, dia juga berkata bahwa rasa daging manusia itu rasanya sangat lezat. Aku jadi terbayang selama ini yang aku makan?

"Tenanglah, yang kau makan itu adalah makanan laut. Aku tidak akan memberikannya jika bukan kau yang meminta..." katanya.

Aku kembali berpikir, mungkin ada benarnya. Karena selama ini, ia selalu memberiku makan dengan lauk seperti ikan dan hasil laut lainnya. Bukan dari daging yang aku ragukan keasliannya. Sebenarnya dari obrolan ini, aku dapat menyimpulkan dia adalah orang yang baik, hanya saja mungkin mentalnya sedikit terganggu.

Dia berkata, ada ratusan orang di luar sana yang gemar mengonsumsi daging manusia. Dan juga ada puluhan pembunuh keji yang lebih sadis darinya, dan yang aku lihat tempo hari itu belum seberapa di bandingkan yang lain. Mereka menyebutnya 'Night Hunter'.

Sebuah organisasi besar yang mengumpulkan korban dari berbagai kalangan, tujuannya berbeda-beda. Perdagangan manusia, untuk di konsumsi atau kepentingan medis. Bahkan ada juga yang sekedar menculik lalu menyakitinya secara brutal hingga mati, karena ada banyak orang di luar sana begitu menikmati adegan penyiksaan hingga jeritan kematian.

Aku mematung mendengarnya...

Jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya, aku ingin dia hanya bercanda menjelaskan ini semua.

Namun sepertinya, dia serius dengan semua perkataan itu. Dan aku hanya terdiam dengan ketakutanku, berharap bukan aku yang berada di pihak korban.

Korban yang di bunuh secara brutal atau di potong hidup-hidup oleh kanibal.

"Mengapa kau memberitahuku soal ini?" Tanyaku frustasi, lebih memilih untuk tidak tahu sama sekali jika aku telah terjatuh pada perangkap dunia gelap yang sadistik.

"Karena kau berhak tau..." jawabnya enteng, lalu menuntunku kembali ke kamar karena ini sudah waktunya tidur.

Seperti sang Ayah yang mengantarkan putrinya tidur, dia menggiring diriku yang hanya terdiam.

Pikiranku terbang memikirkan hal yang tidak-tidak, rasanya adrenalin dalam darahku berpacu sangat hebat sehingga aku ingin terjun saja dari tebing yang tinggi lalu mati. Dari pada aku berada di sini dengan permainan yang hampir mematikan jiwa dan akal sehatku.

Dia memulai permainan, menakutiku dan itu sangatlah berhasil. Apa tujuannya kali ini membuatku gila? Kenapa dia tidak langsung membunuhku saja tanpa memberitahuku hal-hal yang aku takuti setengah mati? Ternyata seorang Psikopat memiliki caranya tersendiri untuk menyakiti orang lain. Tidak puas dengan luka fisik, dia menyerangku dengan cara melemahkan mentalku hingga benar-benar menjadi linglung.

Dia menyerang pikiranku...

Entah bagaimana, pikiran dan tubuhku menjadi reflek.

Saat telah tiba di kamar, ku benturkan kepalanya ke dinding dengan menggunakan seluruh kekuatanku. Dia menjerit sakit, sepertinya berdarah. Ku ambil kunci yang ia genggam dan mengunci pintu kamar penyekapanku. Keringat dingin mulai keluar dari pori-pori tubuhku.

Apa yang sudah ku lakukan?

Kedua tanganku reflek begitu saja tanpa berpikir dahulu, padahal aku sudah merencanakan sebuah pelarian dari jauh-jauh hari sangat matang. Namun ini, bukan dari rencana. Bahkan sangat jauh dari apa yang aku pikirkan setelah aku mendengar penjelasannya tadi, takutkah? Mungkin perasaan itu yang mendorongku nekat melakukan ini.

Aku gelagapan menuruni tangga dan menuju pintu keluar, di rumah yang sunyi ini, aku dapat mendengar dia mendobrak pintu kamar sambil berteriak marah. Membuat detak jantungku tak karuan dan rasanya aku ingin mati saja, entah kekuatan dari mana aku bisa membenturkan kepalanya di tembok. Seperti ada yang merasuki kepala dan tubuhku begitu saja hingga aku berani melakukan itu kepada pembunuh gila sepertinya.

Atau mungkin aku telah tertular kegilaannya, setelah mendengar kisah itu...

Saat tiba di depan pintu keluar, seolah kebebasan telah menungguku. Kudorong dengan sekuat tenaga namun tak terbuka, kusadari pintu terkunci namun aku tak kunjung menemukan kuncinya. Semua kunci yang aku rebut darinya sama sekali tak berfungsi untuk pintu ini.

Kembali putus asa...

Aku mendobraknya dengan sisa kekuatan dan keberanianku, meski peluh membanjiri wajah dan leherku hingga rambutku yang sudah tak karuan karena sesekali kujambak saat mulai frustasi.

Aku mengetuk dan mendobrak, meskipun aku tahu yang kulakukan hanyalah sia-sia.

Namun aku ingin benda ini terbuka sekarang juga sebelum dia mendapatkanku.

Sampai aku berdoa kepada Tuhan untuk membebaskanku dari neraka ini.

Tiba-tiba, perasanku saja, atau memang suara gedoran dan teriakannya diatas sana sudah berhenti. Alarm diotakku seperti berbunyi memberikan tanda, layaknya orang gila. Aku terus memukul-mukul pintu dan gagangnya yang ternyata sangat kokoh meski hanya terbuat dari kayu.

Dorong dan tarik, sama sekali tak memberikan efek apapun sementara mungkin dia telah keluar dari dalam kamar sana karena tenaga lelaki lebih kuat dari wanita untuk mendobrak pintu.

Dan benar saja...

Aku merasakan tekanan dari tubuh bagian belakangku yang mulai menghimpitku ke daun pintu.

Disitulah aku menjerit histeris dan menangis sejadi-jadinya.

"Mau pergi kemana?" Katanya menangkapku lagi.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height