Perfect Cool/C11 CEO
+ Add to Library
Perfect Cool/C11 CEO
+ Add to Library

C11 CEO

5 Tahun kemudian...

Seorang pemuda tampan baru saja tiba di perusahaan besar Sejahtera Company. Ia mencari seseorang yang tadi ditelponnya. Namun penjaga pintu menghadangnya masuk.

"Mau kemana?" tegur sang penjaga. Seraya menatap penampilan pemuda tersebut dari atas sampai bawah. Sandal jepit yang dipakai sang pemuda menjadi sorotan utama.

"Saya ada perlu dengan seseorang yang kebetulan ada di dalam gedung ini. Namanya Pak Beni," ucapnya.

Sang penjaga berpikir. Ia langsung ingat dan mempersilahkan pemuda tersebut masuk. Namun seseorang kembali menahannya.

"Jangan biarkan dia masuk. Atas dasar apa kau membiarkan gembel masuk ke dalam perusahaan ini," tegurnya pada satpam yang berjaga.

"Maaf tuan. Dia ada janji dengan Pak Beni," ucap sang penjaga.

Lelaki itu tertawa. "Aku baru sadar, jika mengangkat bagian keamanan juga harus orang yang memiliki otak. Begini nih, kalau mempekerjakan karyawan bodoh."

"Maaf bos, pemuda ini jujur. Dan Pak Beni juga sempat menitipkan pesannya jika akan ada bosnya yang akan datang mencarinya."

Lelaki itu semakin tertawa tapi sekaligus marah. Ia menarik kepala sang penjaga ke hadapan pemuda yang menyaksikan dialog tersebut dengan tenang.

"Buka matamu yang lebar. Apa dia nampak seorang bos. Gembel saja kau kira bos. Buka matamu. Mulai saat ini kau aku pecat! Beraninya membiarkan masuk gembel. Perusahaan ini bisa kena sial!" teriak lelaki tersebut yang nampaknya pemilik perusahaan.

"Bos. Kumohon jangan pecat saya bos. Isteri saya akan melahirkan saya butuh biaya," ucapnya memohon.

Tetapi pria yang dipanggilnya bos langsung menendangnya hingga tersungkur ke lantai. Pemuda yang tadi diam langsung mengulurkan tangannya membantu sang penjaga untuk berdiri.

"Bagaimana ini," ucapnya cemas.

Pemuda tersebut menepuk bahunya.

"Ayo, aku traktir makan siang dulu. Aku akan membantumu mencari solusi," ucap pemuda tersebut. Sang penjaga yang lebih dewasa menatapnya tak percaya. Namun ia mencoba tetap berharap meski harapan itu kecil. Sehingga saat sang pemuda mengajaknya duduk di warung makan tak jauh dari Sejahtera Company sang penjaga menurut.

"Siapa nama Anda? Kenalkan saya Jun," ucap Sang Pemuda.

"Saya Tony," ucapnya.

Jun memesan dua nasi goreng dan dua cangkir kopi.

"Sudah lama kerja di perusahaan tersebut?" tanya Jun.

"Baru satu tahun," ucap Tony.

Percakapan terhenti karena handphone Jun berbunyi. Ia mengangkat sebentar lalu meminta orang yang menghubunginya untuk datang ke warung yang telah ia sebutkan alamatnya. Setelah telpon terputus, dua nasi goreng pun datang lengkap dengan air kemasan dan dua cangkir kopi.

"Ayo makan dulu," ucap Jun.

Lelaki di hadapannya langsung menyantap nasi goreng dengan lahap, namun ia menyusut air matanya yang jatuh.

"Apa isterimu sudah melahirkan?" tanya Jun.

"Kemarin. Dan pihak rumah sakit mengatakan besok sudah bisa dibawa pulang. Aku harus membayar seluruh biaya baru bisa membawanya pulang," ucap Tony. Ia meminum air kemasan. Wajahnya nampak sendu.

Jun melambaikan tangannya melihat Beni datang ke arahnya.

"Bos, bagaimana ceritanya bisa ada di sini?" tanya Beni seraya melirik Tony.

Jun menyuruh Beni untuk duduk. Kemudian ia menceritakan seluruh kisahnya. Beni pun mengerti duduk persoalannya.

"Berapa biaya rumah sakit yang kau butuhkan?" tanya Jun.

"I...itu," Tony ragu mengatakannya.

"Katakan saja, tidak perlu sungkan," ucap Beni agar Tony tidak perlu ragu dengan Jun yang jauh lebih muda darinya.

"Dua puluh lima juta," ucap Tony dengan mata berkaca-kaca.

Jun mengangguk.

"Mengapa kau memilih bekerja sebagai security?" tanya Jun lagi.

Tony pun menceritakan jika sejak muda ia ahli bela diri ketimbang yang lain. Ia memiliki banyak skill bela diri, bahkan sering meraih penghargaan di bidang tersebut. Hanya pekerjaan security yang cocok, apalagi dengan ijazah SMA yang dimilikinya.

"Ben, kau bawa uang dua puluh lima juta?" tanya Jun membuat Tony terkejut dan bertanya-tanya siapa Jun sebenarnya.

"Beri saya waktu lima menit," ucap Beni seraya beranjak ke sebuah Indomaret.

Jun mengangguk, lalu meneruskan makan dengan santai. Sementara Tony kembali melihat penampilan Jun yang sederhana dan nyaris terlihat tidak seperti orang yang memiliki banyak uang. Tetapi anehnya Pak Beni sangat menuruti perintahnya.

"Bos aku datang, maaf uang tunainya tadi hanya dua puluh dua juta. Sudah kuambil di Atm sisa kekurangannya. Nih, bos sudah lengkap, dua puluh lima juta. Di bayar tunai," ucap Beni.

Jun menerimanya seraya tersenyum. Amplop coklat tebal tersebut di serahkan ke depan Tony.

"Bayarlah biaya rumah sakit isterimu," ucap Jun.

Tony menerima uang tunai tersebut dengan tangan gemetar.

"Ini serius?" tanya Tony tak percaya.

Jun mengangguk. "Sebagai gantinya. Setelah isterimu pulang, datanglah ke rumahku. Kau harus bekerja sebagai bodyguard-ku. Apa ya istilahnya. Pokoknya kau menjagaku dan melayaniku secara pribadi. Beni ini kan sibuk di perusahaan sementara kau terus menjagaku. Bagaimana?" tanya Jun.

Tony yang tidak menyangkan langsung menyalami Jun dan berterima kasih berulang kali.

"Ben, mana berkas yang harus aku tanda tangani? Sebentar lagi kampus masuk," ucap Jun.

Beni segera mengeluarkan berkas yang dimaksud. Kemudian Jun menandatanganinya. Setelah selesai Jun langsung pamit dan berangkat ke kampus menggunakan sepedanya.

"Kalau boleh tahu. Siapa dia sebenarnya?" tanya Tony pada Beni.

"Dia adalah bos saya. Pemilik perusahaan terbesar di kota ini. Perusahaan Paradise," ucap Beni.

Tony sama sekali tak menyangka jika pemuda berumur dua puluh satuan itu adalah seorang bos besar Paradise yang memiliki banyak anak cabang tersebar di seluruh Indonesia. Siapa pun tak akan pernah menyangka. Orang kaya mana yang memilih hidup biasa saja dengan uang berlimpah yang dimilikinya.

"Kenapa kau bengong? Heran?" tanya Beni.

Tony mengangguk.

"Dia bilang. Dia sudah cukup kesulitan menghadapi para gadis karena ketampanan yang diwarisinya dari ayahnya. Jadi dia tidak mau lebih mengalami kesulitan jika nanti banyak yang tahu jika dia tidak hanya tampan tetapi juga kaya. Karena itulah, ia memilih menyembunyikan identitasnya demi hidup tenang dan normal. Dengan begitu ia bisa mengenali siapa saja yang tulus padanya dan tidak," ucap Beni membuat Tony paham.

Tony menatap amplop yang kini digenggamnya. Jujur, ia sangat terharu pada sikap dan kebaikan Jun. Ia berjanji akan melindungi Jun dan mengabdi setia padanya.

"Banggalah, kau akan bekerja padanya," ucap Beni penuh bangga.

Tony mengangguk mantap. Ia pamit untuk langsung ke rumah sakit setelah meminta alamat dan nomer telepon Jun dari Beni. Sesampainya di rumah sakit Tony langsung ke ruang administrasi dan membayar semua tanggungan yang harus ia lunasi. Setelah selesai Tony menemui isteri dan menengok anaknya dengan bahagia.

"Darimana kau mendapatkan uangnya mas?" tanya Jingga.

"Alhamdulillah sayang, aku mendapat kerjaan baru dan bos yang lebih baik dari sebelumnya," ucap Tony.

"Syukurlah Mas, ini rejeki anak kita," ucap Jingga seraya memeluk suaminya.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height