Perfect Cool/C14 First Kiss
+ Add to Library
Perfect Cool/C14 First Kiss
+ Add to Library

C14 First Kiss

Kuliah baru saja selesai. Jun mengayuh sepedanya, namun beberapa putaran tiba-tiba laju sepedanya oleng. Jun segera turun dan menemukan ban sepedanya yang kempes.

"Kenapa Jun?" tanya suara yang tidak asing lagi.

"Eh, Ibu. Ini ban sepeda saya kempes," ucap Jun seraya tersenyum pada Ayu.

"Ayo ikut mobilku saja," ajak Ayu.

Jun tentu saja senang. Dengan wajah bak kepiting rebus ia naik ke dalam mobil. Sepedanya ia biarkan saja. Namun ia sudah mengirim pesan agar meminta Tony yang sudah bekerja di rumahnya untuk mengambil dan memperbaiki sepedanya.

"Sebelum pulang, kamu tidak keberatan kan, aku ajak ke sebuah butik sebentar," ucap Ayu.

"Tidak apa Bu," ucap Jun.

Mobil pun melaju ke arah butik. Ayu bercerita jika ia memperbaiki sebuah baju yang memiliki kenangan yang tidak mungkin ia lupakan.

"Apa itu cinta pertama Ibu?" tanya Jun. Sebenarnya hatinya kecewa mengetahui Ayu menyukai orang lain.

"Benar. Saat itu aku bahagia Ayah menjodohkan kami. Meski kami dipersatukan karena keinginan kedua orang tua. Mereka tidak tahu jika calon tunanganku ini memang orang yang aku sukai. Saat itu, ayahku memintaku untuk memakai baju itu dan menutupi atasnya dengan cadar agar calin tunanganku tidak mengenali wajahku. Awalnya aku tidak setuju karena sejak kecil hingga kini aku memang tidak memakai kerudung dalam keseharian. Tapi ayah menakutiku jika aku tidak menurut kemungkinan besar calon tunanganku itu akan menolakku karena aku jelek, tentu saja aku tidak ingin itu terjadi karena aku menyukainya," terang Ayu.

Entah mengapa mendengar cerita itu yang terbayang di benak Jun adalah sosok Gadis.

"Lalu sekarang apa kalian menikah?" tanya Jun.

Raut wajah Ayu berubah muram.

"Tidak. Ayah membatalkan pertunangan itu keesokan harinya. Dia tidak hanya ingin balas dendam pada orang tua tunanganku itu, tetapi ayah juga menghancurkan hatiku. Aku sangat kecewa padanya," ucap Ayu dengan mata berkaca-kaca.

Jun menggenggam tangan Ayu.

"Sabar Bu. Kita tidak tahu rahasia jodoh. Siapa tahu Ibu bertemu dengannya lagi," ucap Jun berusaha menenangkan.

"Mustahil Jun. Aku melihat di berita. Dia mati bunuh diri. Mungkin keluarga menyalahkannya karena kami membatalkan tunangan. Aku selalu merasa dan berdosa bila mengingat kejadian itu, dan sejak itu pula aku tidak mau dijodohkan lagi."

Entah mengapa Jun merasa kejadian yang menimpa Ayu di masa lalu mirip sekali dengan yang menimpanya. Hanya saja perempuan jahat itu bernama Gadis bukan Ayu. Dan tidak mungkin perempuan bercadar itu menyukainya. Mengingat semua kenangan itu rasanya Jun ingin menghabisi dan menghancurkan seluruh keluarga tersebut.

Mobil berhenti di parkiran. Jun segera turun dan membukakan pintu untuk Ayu. Kemudian ia langsung membawakan tas Ayu dan mengekorinya di belakang.

"Gimana? Apa bajunya sudah selesai di perbaiki?" tanya Ayu kepada wanita paruh baya yang langsung datang menyambutnya dengan ramah.

"Tentu saja. Ini dicoba dulu."

Gaun berlengan panjang itu persis sekali dengan yang dipakai Gadis. Mengapa semua sama.

"Jun bagaimana? Apa aku cantik?" tanya Ayu.

Jun terpaku. Ayu sangat cantik memakai gaun tersebut. Ia menjatuhkan tas Ayu tanpa sadar lalu berjalan perlahan ke arah Ayu yang tengah menatapnya. Di luar kesadaran Jun seolah masa lalu kembali terulang tepat di saat Gadis ingin membuka penutup wajahnya. Begitu Gadis membuka penutup wajahnya nampaklah wajah Ayu yang sekarang ia lihat.

"Kau sangat cantik," puji Jun seraya meraih dagu Ayu.

Ayu terpana menatap wajah tampan Jun sedekat itu. Tatapan keduanya saling terpaut. Seolah ada banyak rahasia dan ikatan terselubung yang tidak keduanya sadari. Begitu Jun menunduk dan hendak menyentuh bibirnya dunia seolah terhenti.

"Ehem," Sebuah dehaman menyadarkan Jun untuk menyadari jika wanita dihadapannya belum halal untuknya. Ia langsung gelagapan dan mengambil tas Ayu yang tadi terjatuh.

"Ini bagus sekali. Tidak terlihat pernah sobek," puji Ayu pada penjahitnya. Setelah melepas kembali gaun tersebut Ayu segera membayarnya.

Keduanya pun masuk ke dalam mobil. Kali ini mobil meluncur mengantarkan Jun. Di depan halaman panti mobil berhenti.

"Mau ku antar ke dalam?" tanya Ayu.

"Tidak. Terima kasih sudah mengantar dan..." Jun malu mengatakannya. "Maafkan atas kelancangan saya tadi," ucap Jun.

"Tidak apa-apa. Sampai jumpa besok," ucap Ayu.

Jun memandang kepergian Ayu. Setelah menghilang di tikungan Jun segera menghubungi Tony agar menjemputnya. Sekitar lima menit Tony datang menjemputnya dengan motor matic.

"Jemputan datang Bos," ucap Tony.

"Wah, kau bahagia sekali nampaknya," ucap Jun seraya naik ke boncengan Tony.

"Saya bahagia sejak bekerja denganmu Bos. Ngomong-ngomong hari ini Bos ngelakuin pekerjaan apa?" tanya Tony penasaran.

"Ya, banyaklah. Namanya juga bos yang bertanggung jawab pada anak buahnya. Tentu saja kerjaan yang ngasilin duit. Kayak nyapu, ngepel, bersihkan WC...."

Ckiiit.

Tony mengerem sepeda mendadak mengejutkan Jun.

"Serius bos ngerjain itu. Bukannya uang bos milyaran di bank?" kejut Tony.

"Sialan kau, ngerem mendadak lagi ku hukum push up tiga ratus kali kamu," umpat Jun.

"Hehe. maaf Bos. Jiwa miskin saya meradang mendengar cerita bos," cengir Tony.

"Dengar ya, yang miliaran itu milik karyawan, orang miskin, anak telantar. Sedangkan yang aku makan ya pakai dari kerja keringat aku sendiri," ucap Jun.

"Terserah mah, Bos mah bebas," sahut Tony akhirnya.

"Nah, gitu. Baru sip," puji Jun.

Motor akhirnya masuk ke halaman rumah mewah. Satpam yang berjaga menunduk hormat.

"Sudah makan?" sapa Jun.

Satpam mengangguk seraya tersenyum.

"Nggak, kalau belum makan Tony aja nih, dibikin steik," ucap Jun membuat satpam rumahnya tertawa.

Tony tersenyum mendengar ucapan Jun. Baru kali ini ia bekerja berasa di keluarga sendiri.

Sampai di dalam Jun merebahkan dirinya di sofa. Dengan penuh pengertian Tony memijit pundak tuan mudanya itu.

"Ah, enaknya. Ternyata rasanya jadi pelayan seperti ini ya," gumam Jun.

Tony tersenyum mendengar keluhan Jun.

"Besok sore kuliahku libur. Aku ingin melihat anakmu Ton," ucap Jun dengan mata terpejam.

"Serius bos?" tanya Tony penuh harap.

"He-eh," sahut Jun dengan mata yang terkatup semakin berat.

Tony semakin semangat memijat. Meski Jun sudah terlelap ia memijatnya sampai tuntas ke ujung kaki. Lalu setelah selesai ia menyelimuti Jun kemudian menelpon isterinya Jingga. Mengabari kalau besok bosnya akan berkunjung ke rumah.

***

Di sebuah apartemen Ayu tidak bisa tidur. Ia masih terbayang saat Jun hampir saja menciumnya. Astaga. Ia sama sekali tak menyangka seorang pelayan pribadi berani akan melakukan itu. Hampir saja Ciuman pertamanya raib.

Ayu merasa malu. Ia menutup wajahnya dengan bantal seraya menghentakkan kakinya ke kasur. Mahasiswa tertampan dan paling diincar itu hampir menciumnya. Entah mengapa tiap dekat dengan Jun hatinya terus berdebar.

Ayu meraih foto Keanu di dalam laci mejanya. Mungkinkah karena Jun mirip Keanu lalu dia membiarkan Jun menciumnya begitu saja. Ayu tidak bisa melupakan Keanu begitu saja. Meski dia sudah meninggal hanya ada Keanu di hatinya.

Ayu masih ingat bagaimana malam itu ia menyelamatkan Keanu dari para penjambret. Saat itulah Ayu menyadari jika Keanu dan dirinya sama-sama melarikan diri dari acara perjodohan. Dan berkat itu pula Ayu mengetahui jika calon tunangannya adalah Keanu. Siswa yang sering ia lihat diam-diam. Dan sialnya ayah kandungnya sendiri mempermainkan perasaan semua orang hanya demi masa lalunya.

"Maafkan aku," ucap Ayu. Memeluk foto Keanu.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height