Perfect Cool/C4 Tamparan
+ Add to Library
Perfect Cool/C4 Tamparan
+ Add to Library

C4 Tamparan

Sambil menggendong tas punggungnya Keanu melangkah memasuki rumah masa kecilnya. Agak ragu ia mengetuk pintu rumahnya sendiri.

"Bu! " teriaknya pelan.

Tak ada sahutan. Keanu meraih gagang pintu membukanya dan menutupnya kembali. Sepi. Mungkin wanita yang telah melahirkannya itu ada di dapur. Dengan perlahan ia melangkahkan kaki. Dengan hati yang siap menerima kemarahan ibunya, ia akan meminta maaf.

"Anakmu itu memang tidak tahu aturan!"

Terdengar suara keras dari arah dapur. Keanu seperti sangat mengenali suara itu.

"Wataknya persis dirimu. Pembangkang, akibatnya apa, kau tahu sendiri!"

Keanu semakin dekat ke tempat asal suara. Ia berhenti dan menengok ke arah dapur. Tampak lelaki yang sudah beruban tengah memarahi ibunya. Wanita hebat yang membesarkannya itu hanya berlinang air mata di tempat duduknya.

"Dia begitu karena tidak punya ayah. Liar. Mau ditaruh dimana muka romomu ini. Keluarga besan kita itu orang terpandang. Dulu kau tak mau dijodohkan dengan keluarga mereka. Sekarang kau buat lagi kesalahan yang sama untuk ketiga kalinya. Mau jadi anak durhaka kamu! Kerjamu hanya permalukan orang tua saja," bentak Suryohadiningrat, kakek Keanu.

"Romo, jangan berkata begitu. Keanu juga pasti punya alasan. Mungkin ia punya pilihan lain. Atau ini terlalu dini," bela Larasati.

"Lebih dini lebih baik. Jaman edan kayak gini. Bisa jadi anakmu itu lebih liar darimu!" bentaknya lagi.

Keanu tak tahan melihat ibunya menangis dan dihina seperti itu. Ia langsung melepas ranselnya dan menemui ibunya.

"Bu, apa yang telah dilakukan kakek tua ini sampai ibu menangis begini? " tanya Keanu tidak sopan.

"Lihat! Omongannya saja tidak tahu toto kromo. Sudah tidak becus jadi anak. Tak becus pula mendidik anak! " mendengar perkataan Keanu, hinaan Suryohadiningrat semakin menjadi. Membuat Larasati semakin menangis.

"Bu, maafkan Keanu jangan menangis lagi. Abaikan saja kakek tua yang sudah bau tanah ini," sahut Keanu kasar sambil mengusap air mata ibunya. Ia tidak pernah berbicara kasar selama ini. Namun, ia akan meluapkan amarahnya jika ada seseorang yang menyakiti wanita yang telah melahirkannya. Tidak peduli siapapun orng itu.

Mendengar apa yang diucapkan cucunya. Harga diri Suryohadiningrat meradang. Ia yang sudah lanjut usia menarik Keanu dengan kuat ke hadapannya.

Plak.

Tamparan itu cukup keras. Keanu mengusap pipinya yang terasa panas. Larasati yang terkejut menutup mulutnya dengan mata membulat. Ia cukup shock, anak yang ia rawat dengan kelembutan dan kasih sayang, menerima sebuah tamparan dari kakeknya sendiri. Suryohadiningrat memang sosok yang keras dan disiplin. Sebagai keluarga darah biru dari tanah jawa. Adat ketimuran masih melekat dalam dirinya. Tentu saja ucapan Keanu, remaja modern masa kini itu tak dapat diterima olehnya. Namun Larasati harus mengakui, ucapan Keanu kali ini terdengar tidak sopan terhadap orang yang lebih tua.

Larasati segera memeluk anaknya. Ia meminta agar Keanu jangan melawan. Bahkan ia menyuruh Keanu untuk ke kamarnya. Agar perdebatan itu tidak semakin panjang dan menjadi prahara yang lebih besar. Namun jiwa Keanu yang muda dan labil tentu semakin tak terima dengan perlakuan kakeknya. Selama ia hidup, tak seorang pun pernah menampar apalagi memukul.

"Kakek menampar saya?!? Aku bisa menyeret kakek ke penjara!" teriak Keanu mengabaikan permohonan ibunya. Sementara kakeknya semakim berang dengan ego yang menganggap Keanu telah melewati banyak batasan.

"Dasar anak haram!" teriak Suryohadiningrat.

Seperti petir siang bolong Keanu mendengar ucapan tabu yang dilontarkan kakeknya sendiri. Larasati shock, akhirnya kata yang sejak tadi khawatir meluncur dari mulut bapaknya itu terlontar juga. Inilah kekhawatirannya selama ini. Watak Suryohadiningrat membuat Larasati sering menjauhkan Keanu darinya. Kebenciannya kepada ayah biologis Keanu dan kejadian masa lalu membuat Larasati takut sewaktu-waktu Suryo memberitahukan kebenaran mengerikan kepada putra semata wayangnya.

"Apa kau bilang. Dasar kakek tua tidak beradab!" Keanu tak terima. Sampai ia menunjuk-nunjuk ke arah Suryo.

Melihat situasi semakin tak terkendali. Larasati langsung menghalau anaknya. Dan memohon untuk ke kamarnya.

"Sayang, dengarkan ibu. Masuk ke kamarmu. Ibu mohon. Demi ibu nak, demi ibu," ucap Larasti. Dilihatnya mata Keanu merah menahan amarah dan air mata bersamaan. "Lihat ibu, tatap ibu." Larasati menarik wajah anaknya menghadap wajahnya. "Ken sayang ibu kan," tanyanya dengan air mata berlinang. Keanu mengangguk. "Masuklah ke kamar, nanti ibu akan menyusul."

Keanu bimbang. Nafsunya masih ingin memberi kakek tua dihadapannya sebuah pembalasan. Namun cintanya pada ibu membuatnya mengabaikan amarahnya. Ia segera mengambil ranselnya dan naik ke lantai dua di kamarnya. Langkah kakinya terdengar keras dan begitu sampai di atas dibantingnya pintu kamar dengan kasar.

Brak.

Keanu menutup pintu dengan kasar. Ditaruhnya ransel di sembarang tempat. Ia langsung merebahkan tubuhnya yang penat. Namun, ucapan kakeknya terngiang kembali di telinganya.

'Dasar anak haram! '

Keanu menutup wajahnya dengan bantal. Namun pikirannya tak terkendali. Ia mulai berspekulasi. Jika perkataan kakeknya itu benar. Jika ia anak haram. Anak di luar nikah. Anak yang tak diharapkan. Anak buangan. Pantas saja, setiap kali keluarga besarnya berkumpul hanya Keanu yang berbeda. Kulitnya putih pucat. Tidak seperti kulit ibu atau keluarga besarnya yang putih langsat. Matanya pun berwarna abu, tidak hitam legam seperti ibunya. Fisiknya persis Park Jeun, ayahnya.

Selama ini ibunya hanya bercerita jika mereka bercerai. Perbedaan budaya yang rumit memaksa keduanya berpisah, membuat Keanu kecil di asuh ibunya. Undang-undang negara yang mengijinkan memilih kewarganegaraan, setelah Keanu dewasa. Membuat ibunya sering memohon kepadanya selama ini untuk tinggal bersamanya. Toh ayahnya telah menikah dengan sekretarisnya, nona Ahn. Mengingat mereka telah lama menikah, ibunya bilang mungkin ayahnya sudah memiliki anak. Karena itulah, ibunya berharap Keanu tinggal bersamanya.

Keanu meraih pigura berisi foto bersama Larasati. Di rumah ini tidak ada sama sekali foto ayahnya. Hanya ada fotonya sedari kecil atau berdua dengan ibunya. Keanu tidak pernah menemukan foto pernikahan ibunya dengan tuan Park. Mungkinkah memang tidak pernah ada pernikahan? Membayangkannya saja dadanya terasa sesak. Dan seandainya saja, ya, seandainya saja jika dirinya memang anak haram. Lalu bagaimana? Keanu menutup wajahnya. Memikirkannya saja membuatnya semakin sakit kepala.

Klek. Terdengar pintu dibuka. Keanu tak bergerak. Sebuah sentuhan hangat mengusap punggungnya. Sentuhan ibunya membuat Keanu yang gelisah menjadi nyaman.

"Maafin kakek Ken. Ia hanya marah pada ibu. Bukan padamu," bisiknya. "Jangan dengarkan juga perkataan orang sudah marah. Kau bukan anak haram. Kamu anak ibu," lanjutnya lagi.

Keanu membuka bantalnya. Ia menatap ibunya dan meraih kedua tangannya.

"Ini semua salahku bu. Jika aku tidak kabur malam itu, ibu tidak akan dimarahi dan di-cap gagal mendidik anak. Akulah yang tidak menurut sama ibu. Akulah penyebab semua ini."

"Tidak Ken, Ibu mengerti, kau ber-hak menolak," putus ibunya.

Keanu menggeleng. Ia duduk menghadap ibunya.

"Jangan hawatir bu, aku akan menerima pertunangan ini demi ibu," putus Keanu.

"Tidak nak, jangan memaksakan diri." Larasati tidak ingin mengorbankan anaknya hanya demi ambisi Suryohadiningrat, yang berniat mengembalikan kehormatannya atas kejadian penolakan Laras.

Keanu mengusap tangan ibunya. "Siapkan saja semuanya bu, sungguh, aku percaya jika ibu setuju berarti calon Keanu memang yang terbaik." Keanu mencoba meyakinkan ibunya.

Senyum Larasati merekah. Ia mencium kening Keanu. "Kamu memang anak ibu yang terbaik," ucapnya. "Tidurlah, ini sudah malam," ucap ibunya lagi lalu ke luar kamar.

Keanu menghirup napasnya dalam. Mulai saat ini ia akan membahagiakan ibunya. Janjinya pada diri sendiri.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height