+ Add to Library
+ Add to Library
The following content is only suitable for user over 18 years old. Please make sure your age meets the requirement.

C1 PKJ 1

Senja berwarna jingga begitu indah, sang surya bersiap kembali ke peraduan setelah seharian menyinari bumi dan isinya.

Seorang wanita berumur sekitar 26 tahun terlihat turun dari sebuah taksi, menenteng sebuah keranjang bayi dengan kedua tangan. Wanita itu bernama Della Mahardika, terlihat memakai jaket dengan penutup kepala dan berjalan ke arah apartemen.

"Bagas, Mama minta maaf. Secepatnya Mama akan datang untuk menjemputmu, kamu baik-baik ya, Nak."

Della mengecup kening hingga kedua pipi putranya yang baru berumur beberapa bulan, meski tidak ingin tapi harus melakukannya. Ia meninggalkan puteranya di depan pintu salah satu unit apartemen yang didatangi, mengetuk pintu kemudian pergi begitu saja dari sana tanpa menunggu penghuni unit keluar.

Della pergi menaiki sebuah taksi, memejamkan mata dan berharap kalau pemilik apartemen yang diketuknya mau menjaga dan merawat putranya sementara waktu.

"Alvian, aku akan mencincangmu, lihat saja!" Della mengepalkan telapak tangan karena geram.

Della terpaksa meninggalkan sang putra karena suaminya kabur dengan wanita lain, membuat geram dan darah tinggi. Della ingin memberi pelajaran pada pria yang tak tahu diuntung, Alvian dulu pengangguran dan dibantu mendapat pekerjaan berkat Della. Lantas keduanya menjalin hubungan dan menikah, tapi begitu pria itu sudah mandiri dan bisa hidup enak, Alvian malah berselingkuh dan pergi bersama wanita lain.

***

Della pergi ke luar kota naik bus. Ia nekat mencari keberadaan Alvian berbekal info dari rekan kerja pria itu, yang mengatakan kalau pasangan selingkuh itu berada di kota yang sekarang didatangi.

Della hampir putus asa ketika mendatangi alamat yang didapat, tapi ternyata Alvian sudah tidak di sana, bahkan sudah mencoba bertanya-tanya dengan orang disekitar sana.

"Ke mana lagi aku harus mencari bedebah itu?" Della merasa geram.

Hampir dua minggu Della terlunta-lunta tak jelas, memikirkan kekesalan terhadap suami juga memikirkan kondisi putranya yang entah bagaimana sekarang kondisinya.

"Mama rindu kamu, sayang." Della duduk di bangku yang terdapat di trotoar, menatap foto Bagas yang ada di ponsel.

Della berusaha menjadi wanita yang kuat, tidak mau kalau dianggap remeh karena hanya bisa menangis. Namun, sebagai wanita, wajar jika Della juga ingin sekali meluapkan rasa sakit yang menekan rongga dada.

"Di mana kamu Alvian? Demi Bagas, aku tidak akan memaafkan!" gerutu Della yang kembali geram.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Baru saja menggerutu, Della melihat sosok Alvian yang tengah berjalan merangkul wanita selingkuhannya, mereka tampak masuk taksi dan pergi.

Della pun buru-buru mencegat taksi, meminta sang sopir mengikuti taksi yang ditumpangi Alvian dan wanita selingkuhan.

"Mati kamu, Al! Aku pastikan kamu akan menyesal!"

***

Taksi yang ditumpangi Della mengikuti hingga sampai di sebuah area kos-kosan. Della pun segera turun untuk mengikuti Alvian dari jauh, hingga melihat keduanya masuk ke sebuah kos bebas.

Della sudah berdiri di depan pintu kos tempat Alvian tinggal, dadanya terasa terbakar dan begitu sesak ketika mendengar tawa keduanya dari dalam.

"Ih, jangan gitu! Geli, Al."

"Apanya geli? Masa gini aja geli, bagaimana kalau aku sentuh begini, geli nggak?"

"Ahh ... jangan gitu. Al, tanganmu nakal!"

Kepala Della rasanya mendidih mendengar suara pasangan selingkuh itu. Namun, Della tak lantas bersikap terburu-buru, dengan terus bersikap tenang mengeluarkan ponsel, mencari celah dari jendela dan merekam apa yang dilakukan dua manusia itu di dalam. Della memejamkan mata saat merekam, tak kuasa melihat percintaan sang suami dan selingkuhan.

"Ini sudah cukup untuk menjadi bukti perselingkuhanmu, setelah ini kamu tidak akan bisa mengelak."

Della mengakhiri merekam kegiatan dua manusia itu, lantas mencari pemilik kos dan mengadukan kelakuan mereka, menunjukkan surat nikah miliknya dan mengatakan kalau penghuni kos itu adalah pasangan tidak sah.

"Apa? Wah mereka gila, rumah kosku bukan tempat mesum!" Wanita pemilik kos sangat murka.

Wanita itu memanggil ketua Rt, kemudian mendatangi kamar kos yang dikontrak Alvian, hendak menggerebek pasangan tidak sah itu.

"Mati kamu!" Della tersenyum iblis meski hatinya terasa sakit.

***

"Dobrak aja Pak pintunya!" perintah Della yang sudah tidak sabar.

"Eits, ini pintu baru, mana bisa asal dobrak!" cegah ibu kost.

"Lah, terus gimana, Bu?" tanya Della.

Pak Rt malah bingung sendiri dan memilih menunggu instruksi. Ibu kos merogoh saku daster, mengambil rentengan kunci cadangan untuk kamar kos miliknya.

"Pakai kunci cadangan, tanpa merusak," ujar ibu kos yang merasa begitu cerdas.

Della mengacungkan jempol untuk memberi nilai tindakan ibu kos yang gerak cepat.

Alvian dan wanita selingkuhannya mendengar suara ribut di luar, hingga keduanya tampak panik dan langsung menghentikan adegan gulat mereka serta memilih langsung memakai pakaian.

Begitu pintu terbuka, si wanita sudah memakai busana, sedangkan Alvian hanya baru memakai celana.

"Oalah, pasangan edan (gila)!" umpat ibu kos yang kesal. "Kalian kira ini tempat prostitusi, hah! Ngaku pasangan nikah habis kecopetan, ternyata sungguh ter-la-lu!" ujar ibu kos dengan akhir kata yang terdengar mirip dengan nada bicara penyanyi loma alama.

Alvian begitu terkejut melihat ibu kos dan ada pak Rt, lebih terkejut lagi ketika melihat Della yang ada di sana.

Della berjalan masuk dengan cepat, kepalanya seakan tumbuh tanduk iblis dengan dua taring yang muncul dari mulut. Kini Della menjelma jadi iblis yang akan melumat habis Alvian dan wanita selingkuhan.

Della langsung menarik wanita selingkuhan Alvian, menjambak rambut lantas mendorong hingga terjerambab ke lantai dan membentur dinding.

"AW! Sakit!" pekik wanita itu seraya memegangi kepala dan lengan yang terbentur.

"Sa--" Alvian ingin menyebut wanita selingkuhan dengan sebutan sayang, tapi urung ketika melihat tatapan Della yang siap menghabisinya.

"Mau duel denganku!" tantang Della dengan gaya menggulung ujung lengan, padahal dia memakai kaos pendek.

Alvian sedikit takut, itu karena tahu siapa Della dan kemampuan yang dimiliki wanita itu.

Namun, bukan Della namanya jika berdiam diri saat tertindas, apalagi memaafkan dengan mudah setelah disakiti. Ia mengepalkan tangan dan melayangkan pukulan tepat mengenai rahang Alvian.

"Aghh!" Alvin memekik kesakitan, bahkan sampai berpaling ketika pukulan Della mendarat.

Ibu kos dan pak Rt begitu terkejut, mereka seperti sedang melihat adegan action seperti di televisi dengan mulut menganga.

"Wah, mantap," gumam ibu kos dengan menggeleng kepala.

"Ampun, Del!" Alvian memohon ketika dirinya sudah terjatuh di lantai, mencoba mengiba agar Della tidak menggila.

"Ampun apa, hah? Menelantarkan istri dan anak, tak bertanggung jawab dan malah enak-enakkan hokya-hokya dengan wanita sialan itu. Sekarang kamu minta maaf! Wow, hebat sekali!" cerocos Della yang sudah tidak bisa menahan amarah. Kedua tangan berkacak pinggang dengan tatapan mata yang berapi-api.

"Ampun, Del! Aku khilaf!" Alvian memeluk kaki Della, mencoba sekali lagi meminta belas kasih istri sahnya itu.

Della semakin geram ketika mendengar kata 'khilaf' keluar dari mulut Alvian, hingga dengan kasarnya Della menyingkirkan tangan Alvian dari kaki, bahkan mendorong tubuh pria itu dengan kuat, sudah tidak peduli jika dianggap istri durhaka.

Alvian terdorong ke belakang karena dorongan Della, hingga ketika pria itu terjerembab, dengan sekali hentak Della menginjak pabrik penghasil bibit lele milik Alvian. Seharusnya Alvian bersyukur karena Della tidak memakai high heels tapi hanya sepatu kets biasa.

"AGHH!! Sakit!" pekik Alvian seraya memegangi pabrik lelenya.

Ibu kos dan pak Rt kembali terperangah dengan keberanian Della. Ketika ibu kos menutup mulut bahkan memejam sekilas karena terkejut, pak Rt tanpa sadar menutupi pabrik lelenya karena miris dan membayangkan betapa sakitnya itu.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height