+ Add to Library
+ Add to Library

C5 PKJ 5

Kanaya mendatangi sebuah rumah sederhana, bertekad mencari tahu siapa yang membocorkan rahasia hubungannya dengan pria yang menjadikannya selingkuhan.

"Maaf cari siapa, ya?" tanya seorang wanita ketika pintu terbuka.

Bukannya bersikap sopan, Kanaya langsung masuk dan mendorong wanita yang rumahnya didatangi.

"Katakan siapa bos kamu!" Kanaya menatap tajam wanita itu.

"Maaf, bos bagaimana ya? Anda siapa?" tanya wanita itu.

"Jangan pura-pura! Kamu kaki tangan seorang hacker, 'kan! Katakan siapa dia?" tanya Kanaya beringas.

Wanita itu terlihat terkejut, tapi mencoba menutupi dan berpura tak tahu.

"Saya tidak tahu!"

"Jangan bohong kamu!" Kanaya melayangkan tas ke arah tubuh wanita yang memang dilihatnya pernah menerima sejumlah uang dari istri pria selingkuhannya.

"Mbak ini siapa? Kenapa kasar?" Wanita itu terkejut ketika Kanaya memukulnya.

"Jawab, atau aku akan menghajarmu!" ancam Kanaya.

Wanita yang ternyata adalah karyawan restoran Livia dan juga kaki tangan Susan sebagai penerima bayaran dari pekerjaan kakak ipar Della, terlihat takut. Ketika akan melawan, Kanaya kembali memukul bahkan langsung mengancam anak wanita itu yang baru saja sedang keluar dari kamar.

Akhirnya wanita yang menjadi kaki tangan Susan, memilih memberitahu identitas kakak ipar Della. Membuat Kanaya tersenyum puas.

***

Setelah mendapat info itu, Kanaya menyusun rencana untuk membalas dan meminta bantuan Dimas.

Malam itu, Kanaya pergi ke sebuah klub, tentu saja itu klub milik keluarga Susan. Ia minum sedikit dan menyapukan blush on agar wajahnya terlihat memerah dan orang akan menyangka kalau mabuk.

Kanaya melihat pria yang ditarget, pria itu tentu saja Malik—suami Susan. Kanaya berniat membuat Malik dan Susan salah paham.

Kanaya masuk ke lift di mana Malik sudah berada di dalam. Berpura mabuk dan jatuh ketika pintu lift terbuka di lantai satu, membuat Malik panik dan langsung memapah Kanaya menuju sofa yang berada di resepsionis. Malik memanggil karyawan wanita untuk membantu mengurus Kanaya.

"Dia tidak sadarkan diri, tolong kamu cari info rumah atau siapa yang bisa dihubungi untuk menjemputnya!" perintah Malik.

Karyawan Malik langsung mengangguk dan melaksanakan yang diperintahkan Malik. Namun, Kanaya langsung pura-pura meracau dan memeluk Malik, sengaja agar aroma parfumnya menempel di pakaian pria itu.

"Jangan tinggalkan aku, aku mohon! Aku rela melakukan apapun untukmu!"

Malik berusaha melepas lengan wanita itu dari lehernya, Kiara sampai ikut membantu, karena Kanaya merangkul Malik begitu erat.

"Nyonya! Anda salah orang!" Malik berusaha melepas, hingga akhirnya seorang satpam datang dan membantu suami Susan melepas tangan Kanaya.

Setelah karyawan Malik memesankan taksi dan membantu Kanaya masuk agar bisa diantar pulang. Kanaya langsung bersikap biasa, menghapus riasannya dengan tersenyum jahat.

"Lihat saja! Kamu sudah membuat hidup dan impianku hancur, karena itu aku juga akan menghancurkan hidup dan impianmu!" geram Kanaya seraya menggenggam erat tissue yang digunakan untuk membersihkan wajah.

Sopir taksi yang mengantar Kanaya terlihat bergedik ngeri saat melihat tatapan dan wajah penuh kebencian yang terpancar dari Kanaya.

***

Karena dibutakan cinta yang tak masuk akal, Dimas menuruti kata Kanaya untuk memantau Susan. Meminta agar mencelakai meski tak sampai serius, Kanaya beralasan jika ingin memberi pelajaran saja. Dimas tak tahu kalau sebenarnya Kanaya juga ingin membuat jurang kesalahpahaman antara Malik dan Susan. Bahkan Dimas hampir membuat Susan celaka tapi untungnya kakak ipar Della itu hanya terkilir.

Siang itu, Dimas kembali mengawasi Susan yang sedang berada di sebuah Minimarket. Dirinya mengamati dari jauh seperti biasa.

"Aku sudah sekali mencoba membuat wanita itu celaka, kenapa Kanaya masih tidak puas?"

Ketika Dimas sedang bermonolog, tanpa sadar kehilangan jejak Susan. Dimas tampak panik, lantas mencoba mencari keberadaan Susan.

"Cari siapa?" Tiba-tiba Susan sudah berada di belakang Dimas, menepuk pundak pemuda itu hingga membuat terkejut.

Dimas kebingungan karena dirinya sudah ketahuan, lantas menepis tangan Susan dan berlari dari sana. Susan mengejar Dimas yang berlari sangat kencang. Beberapa orang yang melihat aksi kejar-kejaran itu hanya menyaksikan karena tidak tahu dengan apa yang terjadi.

"Woiii! Jangan lari!" teriak Susan masih mengejar Dimas yang berlari mengarah pada gang sempit.

***

Setelah bicara dengan Livia, akhirnya Della pun mencari rumah kontrakan yang murah untuknya. Ia akan mampir ke rumah Livia setelah pulang kerja, terkadang Livia yang membawa Bagas ke restoran agar Della bisa melihat putranya itu.

Hingga tanpa terasa Della sudah bekerja di restoran Livia selama 5 bulan lamanya, menjalani hidup sebagai janda anak satu. Ia bersyukur karena Bagas terjamin kehidupannya bersama Livia dan Juan.

Bayi mungil itu kini hampir berumur satu tahun dan tampak sehat serta terawat.

"Dompet, ponsel, apalagi yang belum?" Della tengah bersiap pergi ke restoran untuk bekerja seperti biasa.

"Ah, sudah semua."

Della pun mencangklong tali tas menyilang di depan dada, berjalan keluar rumah untuk mencari taksi. Ia berangkat ke restoran untuk bekerja menggunakan taksi karena sudah kesiangan.

Della duduk di kursi belakang dengan menyangga dagu, menatap jalanan yang tampak ramai, hingga tatapannya tertuju pada sosok yang dikenalnya.

Della melihat kakak iparnya itu berlarian, langsung meminta pada sopir taksi untuk berhenti.

"Pak, sini saja. Ini uangnya!" Della keluar terburu-buru.

Wanita itu berpikir jika kakak iparnya pasti butuh bantuan. Melihat ke arah mana pria yang dikejar oleh Susan berlari, Della memutuskan ambil jalur lain.

Saat berada di gang sempit, Dimas terlihat berhenti karena melihat Della yang sudah berkacak pinggang menghadang jalannya. Sedangkan Susan yang melihat keberadaan Della pun tampak tersenyum senang.

"Mau ke mana kamu?!" Susan berjalan mendekat ke arah Dimas.

"Kalian kira karena berdua, aku akan takut, hah!" bentak Dimas yang wajahnya masih tertutup masker dengan penutup kepala.

"Memangnya karena kamu pria, kami akan takut, hah!" bentak Della balik. "Kalau suruh nginjak pabrik bibit lelemu pun aku sanggup!" imbuh Della yang membuat Dimas tiba-tiba merasa ngeri sampai menelan saliva.

Dimas menengok ke bawah, di mana pabrik benih lelenya berada, setelah mendengar bentakkan Della. Della dan Susan yang sadar jika Dimas tidak fokus dan siaga pun langsung bergerak cepat. Della menarik kedua tangan Dimas, kemudian menguncinya ke belakang tubuh lalu menjatuhkan tubuh Dimas ke tanah. Bak adegan action, satu lutut Della bertumpu pada punggung Dimas hingga membuat pemuda itu memekik karena sakit.

"Mau menantang kami! Mau aku hancurkan pabrik lelemu, hah!" ancam Della.

Susan yang mendengar kata bar-bar yang dikeluarkan oleh adik tirinya itu pun hampir meledakkan tawa, tapi mencoba menahannya karena ini adalah bukan waktunya bercanda.

Susan tampak berjongkok di depan Dimas, membuka masker dan penutup kepala yang dikenakan pemuda itu. Kini wajah Dimas terlihat jelas, tampan dan manis.

"Wah, kamu tampan juga," celetuk Della yang memang mulutnya tidak bisa direm.

"Apa dia mencopetmu?" tanya Della pada Susan. Wanita itu tidak tahu duduk permasalahannya dan asal ikutan mengejar saja.

"Tidak, tapi dia hampir membuatku masuk rumah sakit," jawab Susan dengan tatapan tajam yang mengarah pada Dimas.

"Apa? Kurang ajar! Mau macam-macam kamu!" Della menarik keras lengan dan semakin menekan lututnya yang berada di atas punggung Dimas.

"Aghh!!" pekik Dimas kesakitan. "Sial! Wanita itu kenapa tenaganya sangat kuat!" gerutu Dimas dalam hati.

"Katakan padaku! Apa wanita itu yang menyuruhmu? Di mana aku bisa mencarinya?" tanya Susan. Susan sudah tahu kalau Kanaya datang ke rumah tangan kanannya dan mengancam, hingga membuat Susan meradang. Karena tak hanya mengincar dirinya, tapi Kanaya juga mencelakai orang lain.

"Ck, apa kalian pikir aku akan mengatakannya?" Dimas seakan tidak takut, malah balik menatap tajam manik mata Susan.

"Hoi! Tinggal jawab susah amat! Aku hancurin pabrik lelemu, mau!!" ancam Della seraya menekan lututnya lagi.

Dimas memekik lagi, lalu dia pun berteriak, "Kamu ini wanita apa pria! Kenapa kasar sekali!"

"Makanya ngomong! Aku bisa lebih sadis dari ini, mantan suamiku aja ampun-ampun aku injak pabriknya, kalau kamu tidak mau menjawab pertanyaan kakakku, maka aku injak beneran ini!" ancam Della lagi.

"Injak saja, tapi aku tidak akan bicara!" Dimas masih tidak mau menjawab pertanyaan Susan dan malah menantang Della.

"Oh, kamu menantangku. Bagus! Mumpung aku pakai high heels, ini akan permanen sampai akhir hayatmu!" ancam Della menakut-nakuti.

Dimas menelan saliva, tidak berpikir jika Della akan melakukannya. Namun, perkiraan Dimas salah, Della mengikat tangannya dengan tali selempang tas lalu membalikkan tubuhnya, dia sudah tersenyum sadis dengan mengangkat satu kaki.

Susan memalingkan wajah dengan menahan tawa. Dimas sudah tampak ketakutan dengan wajah yang begitu pucat.

"Aghhh!! Jangan! Aku masih perjaka dan masih ingin punya keturunan! Aku akan bicara!" teriak Dimas yang membuat Della menurunkan kakinya.

Susan benar-benar menahan tawa. Della membelalakkan mata tidak percaya dengan apa yang diteriakkan pria tadi.

"Hah, perjaka! Tidak meyakinkan," seloroh Della.

"Jangan menghina! Aku benar-benar masih perjaka!" teriak Dimas tidak terima dengan ketidakyakinan Della.

Susan menepuk pipi pria tadi yang berbaring menatap Della hingga akhirnya melirik Susan yang berada di atasnya.

"Katakan, di mana dia!"

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height