+ Add to Library
+ Add to Library

C10 Masalah

Malam jam 10.

" Kakak Jen, ini sudah malam. Bagaimana kalau kita lanjutkan lagi di hari lain?" Ucap Brian Won dengan nada menyedihkan.

Sepertinya ia sangat lelah karena harus belajar bersama dengan Jeni Yan mengenai akal sehat orang biasa.

Jeni Yan menatap Brian Won dengan ekspresi aneh, " Aku pernah mendengar berita jika kamu sanggup berperang selama satu minggu penuh tanpa mendapatkan istirahat yang cukup.

Tetapi kenapa kamu malah tidak sanggup untuk melakukan hal yang sepele seperti ini?" Tanya Jeni Yan dengan nada ragu.

Brian Won membeku, dia menunduk dan terlihat bingung sendiri dengan keadaan nya.

" Hah baiklah kalau begitu. Memang sih sekarang sudah malam, jadi kita akan melanjutkan pembelajaran ini kapan - kapan saja.

Oh ya, Brian kamu pasti nya sudah mengerti sedikit mengenai akal sehat orang biasa kan?" Tanya Jeni Yan dengan ekspresi penasaran.

Brian Won dengan ragu mengangguk, " Aku paham Kakak Jen. Inti nya aku tidak boleh melakukan tindakan yang mencolok seperti tadi siang."

Jeni Yan mengangguk dengan ekspresi lega mendengar jawaban Brian Won.

" Baguslah jika kamu mengerti. Lalu Brian, apa kamu mau menginap malam ini?"

Brian Won langsung menggelengkan kepala dengan cepat.

" Tidak bisa Kakak Jeni, aku masih harus segera kembali ke rumah besar keluarga Wan.

Selain itu, aku khawatir dengan keadaan Vivian saat ini. Entah kenapa tiba - tiba memiliki firasat buruk soal gadis itu." Jelas Brian Won dengan nada serius.

"..." Jeni Yan membeku.

Dia mengangguk dan berpesan dengan nada serius, " Brian, lebih baik kamu cepat hubungi rumah besar keluarga Wan.

Aku takut firasat buruk mu ini muncul karena memang gadis bernama Vivian itu sedang berada dalam masalah l!"

" Baik Kakak Jen, aku akan pergi sekarang." Brian Won langsung berlari keluar dari apartemen Jeni Yan.

Dia tiba di tempat parkir dan segera membuat panggilan telepon kepada Janang.

Sebenarnya tadi pagi saat Brian Won berangkat, dia sudah meminta nomor pribadi Janang untuk jaga - jaga.

Ia tidak mengira jika nomor Janang akan langsung berguna saat ini.

" Halo? Janang?" Saat panggilan terhubung, Brian Langsung bertanya dengan nada ragu.

" Suara ini, mungkin kah Tuan Brian?" Tanya balik Janang di sisi lain telepon.

" Yap ini memang aku. Janang, apa Vivian sudah kembali ke rumah hari ini?" Tanya Brian Won dengan nada serius.

" Belum, saya kira Nona kecil sedang bersama dengan anda Tuan."

" Tidak, aku tidak sedang bersama Vivian sekarang." Ucap Brian Won dengan nada serius.

" Hah? Lalu, dimana Nona kecil sekarang?" Tanya Janang dengan nada gugup.

" Aku tidak tahu." Jawab Brian Won dengan nada datar.

"...." Janang langsung membeku.

Dari suara nafas yang di keluarkan oleh ponsel di tangan nya, Brian Won bisa menebak jika Janang sudah mulai panik.

" Tenangkan dirimu. Janang, aku butuh nomor ponsel Vivian, cepat berikan kepada ku!" Kata Brian Won dengan nada serius.

Janang terkejut dan dengan cepat bergerak untuk mengirim nomor ponsel Vivian.

Mungkin karena masih panik, jadi nya Janang tidak sadar jika dia sudah mengirim dua nomor ponsel saat ini.

Yang satu memang benar nomor ponsel Vivian, tetapi yang satu nya lagi adalah nomor Yim Shu, teman baik Vivian.

Brian Won langsung mengkopi nomor Vivian dan masuk ke dalam sebuah web yang terlihat sangat futuristik.

( Silahkan Masukkan ID dan Password )

Tulisan seperti itu muncul dan terlihat memenuhi layar ponsel.

Brian Won mengambil kalung di leher nya dan mengetik ID dan Password yang tertulis di balik kalung.

(Identitas Dewa Perang kecil telah di terima, silahkan tentukan tugas apa yang bisa saya bantu untuk anda...)

Brian Won mengetik dengan cepat, beberapa saat kemudian dia sampai pada menu pelacakan.

Dia menempelkan nomor Vivian dan mengklik tombol enter.

Gambar loading muncul selama tiga detik sebelum kemudian berakhir dan sebuah peta digital terbuka.

Melihat tempat di mana titik merah berada, ekspresi Brian Won langsung berubah.

" Bukan kah ini tempat kumuh? Tidak mungkin kan wanita seperti Vivian mau datang ke tempat seperti itu?

Pasti sudah terjadi sesuatu, aku harus segera pergi kesana!" Dengan tegas Brian Won masuk ke dalam mobil dan mulai menyetir dengan kecepatan tinggi.

Mobil Lamborghini Aventador keluar dari parkiran apartemen dan meluncur sangat cepat di jalanan Kota Bunga.

Brian Won terus memacu gas nya hingga kecepatan mobil itu tembus 350 kilometer perjam!

Ini adalah kecepatan tertinggi yang sebenarnya hanya boleh di gunakan dalam lintasan balap.

Tetapi Brian Won seperti nya tidak peduli karena dia harus segera tiba ke pemukiman kumuh.

......

Meski Kota Bunga terlihat sangat maju dan juga modern, tetapi yang sebenarnya Kota ini juga memiliki tempat kumuh seperti yang biasa nya ada di negara miskin.

Di tempat kumuh itu, terdapat sebuah bangunan pabrik yang di tinggalkan.

Di sekitar bangunan pabrik itu terdapat puluhan preman yang berkumpul. Sepertinya mereka sedang berjaga karena ekspresi mereka terlihat sangat waspada saat mengamati sekeliling.

Sementara itu, di dalam bangunan pabrik yang di tinggalkan, terlihat ada sekumpulan preman yang sedang berdiri membentuk sebuah lingkaran.

Berada di tengah kumpulan preman, terlihat Vivian dan Yim Shu yang sangat - sangat ketakutan.

" He he he, Bos apa aku boleh mencicipi gadis ini terlebih dahulu?" Tanya salah satu preman dengan ekspresi mesum.

Slurp!

Preman itu menjilat kembali ludah nya yang hampir menetes dan terus memandang tubuh Yim Shu dengan tatapan mesum.

Preman yang di panggil bos memiliki tubuh gagah dan wajah yang terlihat seperti wajah - wajah kriminal.

Bos preman itu menatap dingin ke arah preman yang sebelumnya bicara," Katakan lagi, kemudian aku akan memotong - motong tubuh mu dan memberikan nya kepada anjing liar yang ada di luar!" Ucap bos preman itu dengan nada dingin.

Gulp...

Menghadapi ancaman dari sang bos, preman itu langsung diam dan tidak berani lagi menatap ke arah Yim Shu dan Vivian.

" Kalian... Apa tujuan kalian menculik kami?!" Tanya Vivian dengan nada tinggi.

" Eits, jangan ngegas. Kami tidak berniat buruk kepada kalian. Kami hanya ingin mendapatkan beberapa uang dengan cara mengancam keluarga kalian." Balas bos preman itu dengan dua telapak tangan nya yang terangkat.

"..." Vivian dan Yim Shu membeku.

' Tidak berniat buruk? ' pikir Vivian dan Yim Shu pada saat yang sama.

Namun Vivian dan Yim Shu merasa sedikit lega sekarang. Awal nya mereka takut jika tubuh mereka akan di rusak oleh orang - orang ini, tetapi tampak nya hal seperti itu tidak akan terjadi.

Orang - orang ini hanya menginginkan uang, dengan latar belakang Vivian dan Yim Shu, persoalan uang adalah hal yang sangat sepele.

" Jika kalian hanya menginginkan uang, maka lepaskan kami! Kami akan mengambilkan kalian uang sebanyak yang kalian mau!!" Ucap Yim Shu dengan cepat.

"???" Bos preman itu terkejut.

" Kalian berdua memiliki uang?" Tanya bos preman itu dengan nada ragu.

Vivian dan Yim Shu mengangguk dengan ekspresi serius.

Wajah bos preman itu sedikit berubah, " Siapa nama kalian?" Tanya bos preman dengan suara dalam.

" Aku Vivian, dan ini adalah teman baik ku Yim Shu." Jawab Vivian dengan nada percaya diri.

"..." bos preman itu membeku.

Dia menatap Vivian dengan tatapan serius dan bertanya dengan ragu, " Vivian, apa kamu putri keluarga Wan?"

Vivian mengangguk dengan ekspresi sombong.

" Karena kau sudah mengetahui nya, maka lepaskan kami! Jika tidak kalian tidak akan bisa menanggung akibat karena telah menculik kami." Ucap Vivian dengan nada sombong.

Yim Shu di sebelah Vivian terlihat ingin menyela namun ia tidak berhasil melakukan nya.

" Vivi, lebih baik kamu diam. Coba perhatikan ekspresi orang ini sekarang." Kata Yim Shu dengan nada gugup.

" Hah? Memang nya apa yang terjadi?" Vivian mengikuti arahan Yim Shu dan melihat bos preman itu dengan hati - hati.

"..."

Vivian dan Yim Shu terdiam, mereka menjadi gugup kembali karena melihat ekspresi bos preman yang terlihat sangat marah.

" Huh! Jadi kamu benar - benar putri orang itu, aku sungguh beruntung.

Nama mu Vivian bukan? Biarkan aku menceritakan kepada mu sebuah cerita." Ucap bos preman itu dengan nada santai.

Ekspresi nya terlihat tenang saat dia mendekati Vivian dan Yim Shu.

Bos preman berjongkok di depan Vivian dan mulai bercerita.

" Setahun yang lalu, ada seorang pengusaha sukses yang memiliki aset seratus juta.

Pengusaha itu hidup dengan tenang dan bahagia bersama dengan dua anak perempuan dan satu istri nya.

Namun kehidupan pengusaha itu berubah karena suatu hal.

Korupsi yang dulu sekali pernah di lakukan oleh sang pengusaha di laporkan ke pemerintah oleh seorang miliarder yang sangat kaya raya.

Sejak saat itu kehidupan baik yang dimiliki oleh pengusaha itu berubah. Aset nya mulai menyusut terus menerus sampai pengusaha itu terlilit hutang puluhan juta.

Pengusaha yang sudah jatuh melarat hanya bisa melakukan tindak kriminal untuk mendapatkan uang dengan cepat dan melunasi hutang.

Berbagai macam kejahatan telah di lakukan oleh pengusaha itu, termasuk penculikan, pembunuhan dan lain - lain.

Sampai saat ini, pengusaha itu belum pernah melakukan tindakan keji seperti pemerk*saan.

Tetapi sepertinya pengusaha itu akan melakukan tindakan keji itu untuk pertama kali nya.Vivian, apa kau tahu?

Pengusaha dalam cerita itu adalah aku, dan miliarder kaya raya yang aku maksud adalah ayah mu!" Ucap bos preman dengan nada kesal.

Wajah nya gelap dan dia menahan murka sampai membuat urat nadi nya membesar.

" Kamu.... Kamu..." Vivian berkata dengan gugup.

Yim Shu terlihat sudah pasrah saat ini. Dia menunduk dan terus berdoa kepada dewa di dalam hati.

Berharap ada keajaiban yang datang dan mereka berdua bisa selamat dari sini.

Bos preman itu berdiri dan berjalan mundur secara perlahan.

" Kalian semua, apa kalian tidak ingin merasakan tubuh sempurna milik dua gadis ini?

Kalian tenang saja, aku tidak akan melarang kalian lagi. Jadi pergilah dan nikmati malam ini dengan gembira..." ucap bos preman itu dengan nada dingin.

" Benarkah? Kita boleh melakukan nya?!" Salah satu preman menelan dengan gugup dan bertanya untuk memastikan.

Bos preman dengan tegas mengangguk dan berkata, " Pergilah, dua gadis ini masih per*w*n.

Siapa yang cepat dia akan mendapatkan darah pertama mereka." Jelas bos preman itu dengan nada acuh.

Ekspresi Vivian dan Yim Shu berubah. Mereka terlihat putus asa dan mulai menangis saat ini.

Melihat puluhan preman yang bergegas ke arah mereka dengan ganas, hati Vivian dan Yim Shu seperti di taruh di pinggir jurang.

' Kakak Juna.... Tolong aku...'

Duar!!

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height